[8] orphic

476 61 5
                                    

Kreekkkk!

Haechan menunduk saat dia rasa sikunya menyenggol sesuatu sampai jatuh tidak jauh dari tumitnya. Alisnya naik sebelum mengambil kumpulan kunci yang terjatuh di atas lantai.

Dia melirik ke arah meja Jeno, dimana mungkin tempat kunci itu tadi berada sebelum jatuh tersenggol sikutnya.

Saat akan meletakkannya kembali, sudut mata Haechan tidak sengaja melihat sosok Jisung yang lewat di depan pintu kamar. Dia mengurungkan niatnya untuk meletakkan kunci, memilih untuk mengantongi kumpulan kunci itu dan menyusul Jisung.

"Sung-ah!"

Jisung menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.

"Mau kemana?" Tanya Haechan sembari mengambil langkah sejajar dengan Jisung.

"Hyung, apa hyung ada lihat Chenle?" Bukannya menjawab, Jisung malah bertanya balik pada Haechan membuat pemuda yang kerap di juluki matahari itu mengerutkan dahinya heran.

"Chenle? Bukannya dia ada bersama mu dari tadi? Di kamar, dengan Jaemin?"

"Iya, tapi itu tadi. Dia bilang dia lapar. Lalu kami sama-sama ke dapur untuk membuat telur tomat, saat aku sedang kembali ke kamar untuk mengambil saus sambal, dia sudah tidak ada lagi di dapur. Bahan-bahan yang dia kerjakan tertinggal semua disana. Aku sudah mencarinya ke seluruh vila, juga ke halaman depan. Tapi dia tidak ada. Sekarang aku mau periksa ke belakang."

Haechan tidak bisa menahan dirinya untuk tidak panik mendengar cerita dari Jisung. "Baiklah, aku akan menemanimu untuk mencarinya ke belakang, ayo."

Keduanya lalu bergegas menuju pintu belakang vila dan keluar dari sana menuju arah hutan sambil sesekali memanggil nama Chenle. Tapi tidak ada jawaban, membuat mereka mau tidak mau makin berjalan masuk ke dalam hutan.

"CHENLE-YA!!!" Jisung dan Haechan berteriak bersamaan saat melihat Chenle yang berdiri sendirian di tengah hutan.

Yang di teriaki terperanjat kaget dan menoleh ke belakang, mendapati wajah panik dua sahabatnya.

"Yak! Apa yang kau lakukan disini hah?!" Sentak Haechan saat sudah sampai di depan Chenle.

"Demi Tuhan Zhong Chenle, bagaimana bisa kau berjalan sendiri ke sini?" Tambah Jisung.

Chenle yang mendapatkan tatapan cemas serta kesal itu tentu saja heran, dia tidak langsung menjawab dan malah mengerutkan keningnya. "Kalian ini kenapa? Tentu saja aku bisa disini. Ini hanya beberapa langkah dari vila," sanggah pemuda itu.

"Hanya beberapa langkah kau bilang?! Chenle-ya, lihat sekeliling mu, ini hutan dan kau sudah pergi sangat jauh dari vila!" Haechan masih tidak bisa menurunkan suara khawatirnya.

"Tidak mungkin! Aku hanya-—" tenggorokan Chenle tercekat saat dia tidak menemukan bangunan vila di belakangnya. Dia lalu melihat ke sekelilingnya dan mendapati dirinya di dalam hutan yang lebih lebat di banding dengan hutan yang ada di belakang vila.

Netranya mulai bergetar memandang Jisung dan Haechan. "A-—aku serius...saat memasak tadi, aku mendengar suara seseorang meminta tolong di halaman belakang. Jadi ku putuskan untuk memeriksanya. Aku-—ku rasa aku hanya berjalan beberapa langkah dari pintu belakang vila, hyung!" Ucapnya terbata dengan napas yang menggebu.

"Baiklah baik, sekarang tenangkan dirimu." Jisung merangkul kedua bahu Chenle dan mengelusnya perlahan agar anak itu tenang.

Sambil menunggu Chenle tenang, Haechan memperhatikan hutan di sekitarnya. Hari saat itu tidak cerah dan hampir mendung, di tambah dengan pepohonan hutan yang agak rapat, membuat cahaya sukar masuk disana.

Spirit Of The DreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang