[11] nullity

471 63 6
                                    

Dengusan keras terdengar di tengah-tengah air hujan yang jatuh pelan-pelan di atas atap mobil, lalu kemudian di susul pelan oleh sebuah kekehan geli.

"Udaranya sejuk sih, tapi masalahnya kita akan malam di perjalanan kalau begini caranya!" Chenle menggerutu kesal. Mobil Mark dan Jeno yang di kendarai Haechan baru saja bebas dari kemacetan lalu lintas setelah hujan yang mengguyur kota, menyebabkan jalanan licin yang pada akhirnya membuat satu pengendara mobil dan dua pengendara motor mengalami kecelakaan.

Di sebelahnya Mark yang berusaha sabar hanya terkekeh kecil menanggapi gerutuan-gerutuan Chenle.

"Setelah ini mau ada yang mau di singgahi lagi?" Suara Jisung terdengar dari speaker tape, sambungan yang sengaja di lakukan dengan mobil belakang supaya mereka bisa terus berkomunikasi.

"Ada, kita masih harus beli isi kotak P3K, plester demam dan hot patch. Di depan ada satu minimarket dan kita bisa singgah disitu sebentar," jawab Mark dengan lugas.

"Aiihhh patch nya harus di beli banyak nanti ya hyung, tubuhku pegal semua!" Sahut Haechan.

Chenle menyetujui statement yang di lontarkan Haechan. Keduanya kemudian sibuk berbincang satu sama lain beriringan dengan suara deru mobil.

Mobil mereka sudah masuk ke perbatasan, gedung-gedung dan bangunan mulai jarang di dapati, pun dengan jalan yang kian sepi karena orang-orang memilih untuk tinggal di dalam rumah di cuaca habis hujan seperti ini.

Jisung mengerutkan dahinya saat pesannya tidak kunjung di balas oleh Jeno sejak tiga jam yang lalu. Terakhir, Jeno memintanya untuk membeli lebih banyak obat penurun demam, pereda nyeri dan plester demam. Saat Jisung bertanya untuk apa, Jeno tidak membalas lagi.

Diam-diam dia gelisah, takut-takut kalau salah satu kakaknya sedang dalam masalah di villa sana.

"Hyung, kita—"

Ckiiitttt!!!!!

Tiiinnn!!!!!!!

Suara decitan ban mobil dengan aspal terdengar nyaring saat Haechan menginjak pedal rem, di susul bunyi keras akibat refleks Haechan saat satu ekor rusa tiba-tiba melintas di depannya.

"Apa-apaan?!" Pemuda tan itu memekik kesal.

Rusa yang hampir dia tabrak sontak membelokkan arah larinya karena kaget akan lampu dan klakson mobil. Detik kemudian, seorang pria dengan rentang usia berkepala tiga ikut muncul di bibir jalan.

"Maafkan aku!" Pria itu lantas membungkukkan tubuhnya ke arah mobil Haechan. "Rusa ku kabur dari kawanannya, aku tidak tau kenapa tapi aku sudah berusaha mengejarnya. Maafkan aku sekali lagi karena hampir membuat mu celaka," teriaknya lagi.

Melihat wajah pria yang juga cemas itu, mau tidak mau Haechan dan Jisung memaafkannya. Toh, semua ini tidak salah siapapun, dan tidak ada yang terluka akan kejadian barusan. Jadi, masing-masing pihak setuju untuk melanjutkan aktifitas masing-masing.

Haechan mendengus melihat mobil Mark yang kian melaju jauh tanpa mau menunggunya dan Jisung.

"Mereka laju sekali, apa tidak lihat kita disini mendadak berhenti?!" Gerutunya, menyuarakan kesalnya ke arah yang lain.

"Sambungannya mati hyung, ponsel mu jatuh," kata Jisung. Dia lalu membungkuk sedikit dan mengulurkan tangannya yang panjang untuk mengambil ponsel Haechan yang jatuh tidak jauh dari kaki kakaknya itu. "Aku akan sambungkan lagi, hyung fokus menyetir saja."

Haechan menurut dan kembali menjalankan mobil.

Sementara Jisung fokus pada ponsel Haechan, dahinya kembali mengkerut saat ponsel itu tidak kunjung menyala.

Spirit Of The DreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang