11.

3.8K 533 84
                                    

Jadwal makan malam telah tiba, Haechan dan Renjun berjalan bersamaan menuju ke ruang makan. Perjalanan itu diisi dengan obrolan di antara keduanya, topiknya masihlah seputar Jaemin.

Haechan bertanya kepada Renjun, kapan Jaemin pergi dan mengapa anak itu pergi lebih cepat, padahal dia sendiri yang berkata malam nanti.

Renjun bersikap seolah-olah ia adalah seorang ibu, ia menjawab pertanyaan dari Haechan dengan penuh kesabaran sampai anak itu benar-benar terpuaskan.

Setelah tiba di ruang makan keduanya menolehkan kepala mereka kesana dan kemari mencari tempat yang kosong. Sebenarnya hanya Renjun yang melakukan itu, Haechan menoleh karena mencari keberadaan Jeno. Ia tidak merasa terganggu jika berada di dekat Jeno, mungkin karena hanya Jeno lah yang ia kenal.

"Kita duduk di sana saja, Renjun."

Baru saja Haechan hendak menarik tangan Renjun untuk pergi ke tempat Jeno, tangannya sudah lebih dulu ditarik oleh seorang. Mau tidak mau ia mengikuti orang tersebut.

Haechan sudah tidak terlalu terkejut, ia sudah sangat hafal dengan feromon dari orang ini. Bagaimana tidak, mereka bahkan sempat bertemu beberapa jam yang lalu.

Tidak seperti yang sebelumnya saat ia hanya bisa pasrah mengikuti Mark, kali ini Haechan sedikit berontak. Anak itu menarik tangannya dari genggaman Mark, sontak saja alpha tersebut segera menatapnya.

"Tidak perlu, kali ini masih banyak tempat yang kosong."

Haechan tidak sedang emosi, ia mengatakan itu dengan nada yang lembut, entah ia sadar atau tidak telah mengeluarkan nada seperti itu.

"Kau tetap ikut denganku."

Dan Mark tetaplah Mark dengan segala perkataannya yang mutlak. Tapi bukan Haechan jika ia tidak mendebat apapun yang diperintahkan alpha tersebut. Siapa dia bisa memerintah Haechan?

"Kau pemaksa sekali ya? Aku sudah katakan tidak perlu, Mark. Harusnya kau langsung mengerti perkataanku. Sudahlah, lagipula makan denganmu tidak membuatku nyaman karena orang-orang terus saja menatapku. Entah apa yang salah dengan mereka."

Setelah mengatakan hal itu Haechan berbalik dan bersiap pergi meninggalkan Mark. Namun, lagi-lagi tangannya ditarik untuk mengikuti Mark. Kali ini tarikan nya lebih kencang dan membuat Haechan sedikit meringis.

Seperti yang sudah Haechan duga, tatapan orang-orang kembali mengarah ke mereka berdua, ia sangat tidak nyaman dengan hal itu.

Tiba di tempatnya, Mark menyuruh Haechan untuk segera duduk di sebelahnya, bahkan genggaman tangannya pun belum ia lepaskan.

"Bung, kau sepertinya menarik tangannya terlalu kencang."

Itu suara dari Lucas.

Dia sedari tadi memperhatikan segala tingkah laku tidak biasa dari sahabatnya itu sembari tertawa-tawa. Namun, setelah melihat bagaimana Mark menarik tangan Haechan, ia menjadi kasihan.

Mark awalnya tidak menyadari, setelah ia melihat wajah Haechan yang seperti orang kesakitan barulah ia sadar. Dan tentu saja ia menyesal.

Dengan segera ia melepaskan genggaman tangannya, melihat bagaimana tangan kecil itu menjadi merah karena ia terlalu keras menariknya. Bekas cengkraman berbentuk jari-jari Mark terlihat sangat kontras di kulit tan Haechan. Itu sakit, tentu saja.

"Haechan, maafkan aku."

Mark menyesal, dengan sedikit panik ia meminta maaf kepada Haechan atas perlakukannya barusan. Tapi Haechan hanya diam, tidak merespon, bahkan menoleh pun tidak.

"Ak-"

"Berdiri!"

Sialan! Mark mengumpat dalam hati, permintaan maafnya terpotong oleh perintah itu. Kali ini Jaehyun yang melakukannya. Ia sudah memperhatikan Mark dan Haechan, sudah mengerti bahwa ia harus mengambil alih untuk kali ini.

LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang