PROLOG

12.3K 862 29
                                    

"Seluruh siswa harap berkumpul di aula sekarang juga!" Suara seorang guru terdengar dari speaker yang berada di setiap kelas. Haechan yang juga mendengarnya mendengus malas, tapi meski begitu ia tetap mengangkat bokongnya dan beranjak ke aula seperti yang tadi diperintahkan.

Sepanjang lorong menuju aula sudah banyak siswa-siswi yang berkumpul dengan wajah cerah, tak lupa mereka juga bercerita sepanjang perjalanan dengan suara yang masih bisa didengar. Hal itu sangat berbanding terbalik dengan Haechan.

Ia hanya menampilkan wajah malas dan tidak tertarik disaat teman-temannya yang lain begitu bersemangat.

Sebetulnya bukan tanpa alasan Haechan seperti ini. Ia sudah mengetahui apa yang akan dilakukan di aula sana dan ia benar-benar tidak tertarik dengan hal itu. Bahkan jika ia bisa, ia tidak ingin pergi.

Hari ini adalah hari pemilihan, dimana beberapa siswa akan diundi secara acak, jika mereka terpilih maka mereka akan dikirim ke tempat pelatihan. Pelatihan nya pun bukan sembarang pelatihan. Para siswa di sekolah ini yang terdiri dari Alpha, Beta, maupun Omega nantinya akan dilatih bagaimana cara bertahan hidup di alam liar untuk melatih insting alami mereka juga diajarkan bermacam-macam hal. Dan jika berhasil lulus dari sana, akan ada pemberian sebuah sertifikat.

Sertifikat itulah yang diinginkan dan diincar oleh orang-orang. Haechan tentu bukanlah salah satunya. Sertifikat itu membuat hidup pemiliknya menjadi lebih mudah dan juga terjamin. Tidak perlu memikirkan sulitnya mencari pekerjaan, cukup tunjukkan sertifikat tersebut dan kau akan mendapatkan posisi yang kau inginkan. Tentu ada beberapa posisi yang tidak bisa begitu saja diberikan.

Hal itu mungkin terdengar menyenangkan bagi orang lain, namun tidak untuk Haechan. Ia adalah seseorang yang sangat tidak menyukai kegiatan melibatkan fisik yang membuatnya lelah, sehingga hal seperti itu adalah bencana baginya.

Tenang saja, ia tidak perlu berdoa agar tidak terpilih karena ia memang sudah sangat yakin tidak akan terpilih. Ia anak yang tidak pernah beruntung, dengan kata lain ia selalu sial. Untuk beberapa hal ia bersyukur karena itu. Orang-orang yang terpilih nanti pasti adalah orang yang beruntung dan Haechan bukanlah orang yang beruntung, sudah jelas ia tidak akan terpilih. Ya, semoga saja.

Bermacam-macam aroma feromon yang tercampur di dalam ruangan luas itu membuatnya mual. Haechan sangat jarang sekali pergi ketempat ramai dan bersosialisasi, ia asing dengan hal seperti ini. Bahkan di kelasnya pun ia tidak benar-benar mempunyai teman baik, hanya teman yang sekedar teman saja, jika diperlukan barulah ia akan bicara.

Kepala sekolah dan para guru pun ikut berbaris, di hadapan mereka ada beberapa kotak yang ia yakini berisi nama-nama para siswa. Pengundian seperti ini sebetulnya adalah peraturan yang baru dibuat oleh pemerintah, dulu para siswa yang mempunyai kemampuan akan dipilih langsung tanpa diundi, tapi sayang di beberapa tempat kecurangan terjadi. Mereka yang mempunyai uang dan kekuasaan membayar agar mendapatkan posisi di pelatihan tersebut sehingga orang-orang yang memang mempunyai kemampuan tersingkir begitu saja. Kejam, dengan uang mereka bisa mendapatkan apapun.

Sebenarnya tidak ada bedanya juga dengan pemilihan ini. Mereka yang punya kemampuan namun tidak beruntung tetap saja akan tersingkir

"Kalian tentu sudah tau tujuan kami mengumpulkan kalian di sini. Saya akan mengundi dua nama secara acak, kalian yang sudah terpilih tidak diperbolehkan untuk menolaknya. Dan untuk kalian yang tidak terpilih, jalan sukses setiap orang berbeda, tetap semangat." Suara kepala sekolah terdengar, beliau mulai menjelaskan bagaimana cara kerja dari undian tersebut. Haechan tentu saja sama sekali tidak memperhatikan. Ia justru membiarkan matanya melirik kesana kemari mencari sesuatu yang mungkin saja menarik untuk dilihat.

Sejujurnya sejak kemarin ia sudah berniat untuk tidak pergi ke sekolah hari ini, ia tau hari ini hanya akan menjadi hari yang membosankan. Tapi sayangnm majikan di rumahnya alias sang ibu tidak memperbolehkan itu, ia dipaksa untuk tetap berangkat hari ini.

"Lee Haechan." Haechan tersentak kaget saat namanya disebut begitu lantang, seluruh mata bahkan kini mengarah kepadanya dan ia hanya berdiri dengan wajah yang kebingungan.

Ia mendapat firasat yang buruk saat mereka mengeluarkan aura suram, terlebih para alpha, tatapan mata mereka seakan menembus tubuhnya dan feromon mereka mulai terasa sedikit lebih menekan. Membuat tubuhnya merinding saja.

"Maaf pak, kenapa bapak menyebut namaku?" Haechan bertanya sembari mengangkat sebelah tangannya, masih dengan wajah kebingungan.

"Kau tidak mendengarkan sejak tadi?"

Kepala Haechan menggeleng secara refleks mendengar pertanyaan itu. Ia memang tidak mendengarkan apapun, sejak tadi ia hanya sibuk dengan hal lain. Kejujuran Haechan itu membuat guru-guru bahkan para siswa di sana menghela nafas mereka.

"Nama mu terpilih dalam undian, Haechan. Itu artinya, kau akan berangkat kepelatihan."

"Ta-" baru saja ia ingin berbicara guru lain sudah memotong perkataannya.

"Dan seseorang yang sudah terpilih tidak diperbolehkan untuk menolak!"

Apa-apaan itu? Ia sama sekali tidak setuju. Ia tidak ingin pergi ke pelatihan, sudah bisa ia bayangkan betapa mengerikannya tempat itu. Ia pasti akan sangat-sangat tersiksa di sana. Ia akan selalu disuruh ini dan itu, tidak bisa tidur nyenyak, makan enak, dan pasti tidak akan ada sinyal! Bayangkan, tidak ada sinyal! Oh Tuhan Haechan ingin menangis membayangkannya.

Lagipula, kemana kesialannya pergi? Kenapa justru si sial pergi saat ia sedang membutuhkannya? Benar-benar sialan!










***

Saran dan kritik nya kawann

Karena ini AU mungkin ada beberapa hal yang beda dari kebanyakan cerita werewolf atau abo yang biasa kalian baca.

LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang