10.

5.6K 712 96
                                    

Selesai dengan acara pelepasan kelinci itu tentu saja keduanya kembali lagi kepada kegiatan masing-masing dari mereka.

Sebetulnya hanya Mark saja karena Haechan langsung kembali ke tempatnya setelah itu.

Pekerjaannya memang sudah selesai dan entah kenapa ia merasa kelelahan sehingga ia memilih untuk menghabiskan sisa harinya dengan beristirahat sembari menunggu makan malam.

Sebetulnya tadi Mark sudah berniat untuk mengantar Haechan sampai ke depan pondoknya, namun Haechan tentu saja melarang hal tersebut.

Bukan apa-apa, selain karena memang Haechan tidak ingin ada orang lain yang melihat ia tengah bersama dengan Mark, ia juga tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk.

Pondoknya kan memang berisi para omega dan Mark adalah seorang alpha. Bisa berbahaya juga Mark berada di sana.

Lagipula Haechan heran, apa Mark tidak mengingat tentang hal itu? Tapi bagaimana bisa, ia sudah tinggal di sini entah sejak kapan, dan yang pasti lebih lama dari dirinya.

Tapi sudahlah, beberapa langkah lagi pun ia sudah berada di kamarnya. Tidak sabar ingin segera berbaring.

Di dalam ruangan ternyata ia tidaklah sendirian, ada Jaemin yang tengah berbaring di ranjangnya. Anak itu tampak memejamkan matanya namun wajahnya terlihat sedikit pucat.

Ia ingin sekali berpura-pura tidak tahu dan mengabaikannya, tapi ternyata ia tidak bisa. Melihat Jaemin yang tengah seperti itu sedikit banyak membuat Haechan khawatir juga. Meski Jaemin sedikit menyebalkan, mereka sudah berada satu ruangan selama beberapa waktu, ia akan merasa sangat jahat jika mengabaikannya.

Karena itu lah kaki yang tadinya akan langsung menuju ranjangnya berganti arah mendekati Jaemin.

Saat Haechan sudah berada dekat dengannya, Jaemin tiba-tiba saja membuka matanya dengan cepat. Hal itu sedikit mengejutkan bagi Haechan, ia takut Jaemin tengah kerasukan saat ini.

"Kau kenapa?" Pertanyaan itu akhirnya keluar dari mulut Haechan setelah beberapa saat keduanya sama-sama terdiam.

Jaemin masih menatap Haechan dengan intens dan Haechan pun kini tengah memasang posisi waspada. Ia hanya takut jika tiba-tiba Jaemin menyerangnya, anak ini seperti ada dendam kepada Haechan entah kenapa.

"Aroma mu berbeda." Jaemin perlahan bangkit dari posisinya yang semula merebahkan diri di ranjang menjadi duduk bersandar. Ia terus mengendus-ngendus aroma Haechan seperti seekor anjing.

Ya hal itu tidaklah salah meski tidak juga sepenuhnya benar. Separuh dari mereka adalah serigala bukan? Serigala dan anjing masihlah memiliki hubungan keluarga.

Karena hal yang dilakukan Jaemin, Haechan pun ikut mengendusi aroma tubuhnya sendiri, ia mengecek apakah kini tubuhnya mengeluarkan bau tidak sedap?

Bukan apa-apa, ia kan memang habis berjalan cukup jauh dengan Mark, tentu saja ia mengeluarkan keringat yang mungkin saja berbau tidak sedap.

Tapi ternyata tidak, ia tidak mengendus bau tidak sedap dari dirinya sendiri. Apa mungkin penciuman Jaemin sedang tidak baik? Mungkinkah efek dari sakitnya?

"Tidak, aku tidak bau badan."

"Bukan bau badan, bodoh. Sudah sana aku ingin tidur." Jaemin memutar matanya lalu kembali merebahkan diri membelakangi Haechan. Ia sedikit kesal dengan entah kepolosan atau kebodohan anak itu.

Jaemin ingin memaki lebih banyak namun badannya sudah lemas sekali, ia tidak mempunyai tenaga untuk melakukannya sekarang ini.

"Kau belum menjawab. Apa kau sedang sakit?" Haechan belum menyerah, meski sudah diusir ia masih saja bertanya. Ingin memastikan karena jika Jaemin sampai kenapa-kenapa, ia dan Renjun lah yang akan mendapat masalah.

LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang