Yasha dan Thea berjalan menyusuri hutan dengan tenang. Setidaknya satu masalah terselesaikan dengan caranya Yasha. Nyatanya benar, hanya cinta yang dapat meredam benci. Senyum itu tidak pernah luntur dari wajah Yasha, Aurelnya kembali. Tidak ada lagi Aurel yang pendendam, meski memang perbuatan Agra itu menyisakan luka bagi Aurel, tapi Aurel tidak lagi berniat untuk balas dendam. Biar waktu dengan perlahan menyembuhkan luka.
Mengenai hubungan Yasha dan Aurel, Aurel memang belum memberi kepastian akan kelanjutan hubungan mereka. Tapi, Yasha masih bisa merasakan cinta itu. Aurel masih mencintainya, dan seandainya Aurel pun memilih tidak lagi menjalin hubungan dengan Yasha, Yasha tidak akan memaksa. Setidaknya ia masih tetap bisa dekat dengan Aurel.
Dalam perjalanan, Yasha dan Thea bertemu dengan Keluarga Marco. Yasha dan Thea menatap malas Keluarga Marco. "Lanjut aja, Sha." Ujar Thea yang diikuti anggukan Yasha.
"Tunggu."
"Tolongin kita." Ucap Fika, salah seorang vampire Keluarga Marco dengan nafas memburu. Ucapan Fika itu diikuti anggukan dari saudara-saudaranya.
Thea menatap Fika heran, tidak mengerti dengan arah pembicaraan Fika. "Tolong apa?" Mereka memang sesama bangsa vampire, tapi tidak biasanya seperti ini.
"Tolong tunggu sebentar di sini. Keluarga gue dalam bahaya, kita lagi diburu sama bayangan – yang kita nggak tau pasti siapa. Sedari tadi bayangan itu mengejar kita. Mungkin, kalo bayangan itu melihat kita dalam jumlah yang banyak, dia bisa takut dan mengurungkan niatnya."
Yasha dan Thea mengerutkan alisnya. "Bayangan apa? Kalian bermasalah sama siapa?" Tanya Yasha heran.
"Kita datang untuk berburu, tapi kita lihat bayangan itu menyerang dan menewaskan beberapa vampire menjadi debu. Bayangan itu mengikuti kita." Jelas Fiko.
Thea menggelengkan kepalanya. "Kalian salah strategi tau nggak. Kalian tau ini hutan, sepi. Kalo kalian nggak mau diburu, keluar dari hutan, pergi ke tempat ramai dan berbaur sampai setidaknya bayangan itu nggak lagi ngikutin kalian."
"Kalian juga bertiga dan bayangan itu sendiri, kan?" Tanya Yasha memastikan.
Pertanyaan Yasha dijawab anggukan oleh Keluarga Marco. Meskipun heran dengan apa yang sebenarnya terjadi, tapi Yasha dan Thea memutuskan untuk menuruti permintaan Keluarga Marco.
Setelah situasi dirasa kondusif, Yasha angkat suara. "Harusnya udah aman, kan? Kami harus pulang, ayah nungguin kami."
"Terima kasih." Ujar Keluarga Marco serempak.
"Kalo setelah ini, bayangan itu masih memburu kalian, ikutin saran gue." Tutup Thea sebelum melesat bersama Yasha.
***
Di kediaman Keluarga Agra terlihat Agra, Tristan dan Liora tengah berada di ruang tamu. "Ada apa ayah memanggil kami?" Tanya Tristan.
"Kemana Thea dan Yasha?" Tanya Agra pada Tristan dan Liora.
"Dalam perjalanan pulang ayah." Jelas Liora.
"Ada hal yang harus ayah bicarakan."
Tristan bertanya, "Apa ini ada hubungannya dengan cincin kami, ayah?"
Agra menatap Tristan heran. "Ada apa dengan cincin kalian?"
"Tadi matahari terasa sangat menyengat ayah, kenapa cincin ini tidak seperti biasanya?" Agra heran mendengar ucapan Tristan.
"Apa cincin ini kehilangan fungsinya?" Tanya Tristan heran, karena ini pertama kalinya cincin itu tidak berfungsi.
Liora menganggukan kepala, ia pun merasakan bahwa cincin itu seperti kehilangan fungsinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAINST US
FantasyJika kebencian abadi terpatri dalam sanubari, apakah menyerah pada keadaan adalah solusi? Untuk kita dan mereka yang saling mencintai, namun terhalang oleh pengabdian abadi. Seberapa jauh cinta mampu menepis perbedaan dan meruntuhkan sekat yang be...