"Lang." Panggil Nayla pada Galang yang sedang memainkan handphone.
Galang mengalihkan pandangannya dari handphone. Ia meletakan handphone di meja. "Kenapa Nay? Eh bentar ya, gue ke toilet dulu. Gue kebelet soalnya." Ujar Galang yang meninggalkan ruang tamu rumah Nayla. Tadi, setelah pulang sekolah Galang mampir di rumah Nayla.
Melihat Galang tidak lagi terlihat di pandangan mata, Nayla mengambil handphone Galang. Ia mengirim sebuah pesan lewat handphone Galang, lalu meletakannya kembali di meja.
Tring
Mendengar notifikasi, Nayla segera mengambil dan membuka pesan itu. Itu pesan yang ia mau. Sejauh ini, semua berjalan sesuai rencana.
Galang melihat Nayla memegang handphone miliknya. "Lo ngapain Nay?" Tanya Galang curiga.
"Gue...gue cuma mau bantuin lo aja." Ucap Nayla dengan handphone Galang yang masih ditangannya.
Galang mengambil handphone itu dari tangan Nayla. "Nay, lo..." Ia menggelengkan kepala begitu membaca pesan yang dikirimkan Nayla.
"Gue udah atur semuanya, Lang. Lo tenang aja."
"Gue udah reservasi tempat yang cocok buat kalian. Kalian butuh tempat yang nyaman kan buat bicara? Setelah itu, lo bisa makan juga di sana. Setidaknya kalian bisa makin deket dan makin baik hubungannya. Jam 6 di Pamela Café ya."
"Nay..."
"Lang, lo nggak mungkin bikin Thea kecewa untuk kesekian kalinya, kan? Semuanya demi kebaikan lo juga. Gue yakin Thea orang yang tepat buat lo. Gue pengen lo bahagia, Lang. Tapi kayaknya itu belum akan terwujud, kalo lo masih sering nyangkal perasaan lo sendiri."
"Pulang sana, siap-siap. Lo harus kesana ya, Lang."
***
Thea menatap layar handphone, biasanya Galang akan langsung menelpon untuk sekedar bertanya kabar ataupun mengajak keluar. Tapi kali ini berbeda, Galang hanya mengirim sebuah pesan. Thea meletakan handphone di kasur dan beranjak untuk bersiap.
Setelah selesai bersiap dan sebelum keluar dari rumah, Thea masuk ke dalam kamar Digo. Dilihatnya Digo masih berbaring dalam keadaan tidak sadarkan diri. Selama Thea hidup dengan bangsa serigala, ia terbiasa untuk membantu penyembuhan serigala yang terluka. Biasanya Thea akan meracik ramuan herbal untuk diminum atau dibalurkan pada luka. Tapi tentu kasusnya berbeda untuk Digo, karena Digo adalah seorang vampire. Tentu perawatannya juga berbeda. Untuk kasus seperti ini, hanya waktu dan diri sendiri yang dapat menyembuhkan luka dalam itu. Jadi, hanya Digo yang dapat menyembuhkan dirinya sendiri.
Thea mengusap kepala Digo, dan ia juga mengusap bagian luar dari luka dalam Digo. "Meskipun lo nyebelin, tapi gue tau lo sayang sama gue. Tapi, lo memilih menunjukan rasa sayang itu dengan cara yang berbeda. Cepat sembuh, Digo. Seandainya ada yang bisa gue lakuin, gue akan lakuin apapun demi kesembuhan lo. Tapi untuk saat ini, ayah pun memberi lo waktu untuk menyembuhkan diri sendiri."
Thea bertemu dengan Tristan ketika keluar dari kamar Digo. Ia pun menyampaikan pesan pada Tristan. "Tristan, gue mau pergi dulu ya."
"Lo mau kemana, Thea?" Tanya Tristan.
"Gue mau pergi sama Galang. Bentar doang kok, gak apa-apa kan?" Jujur dan tanya Thea.
Tristan menganggukan kepalanya. Seandainya memang Galang bisa membuat Thea bahagia, ia akan menyetujui hubungan itu, bahkan sekalipun dunia menentangnya. Ia akan terus berdiri di depan Thea untuk melindungi, dan berdiri di samping Thea untuk berjalan bersama. "Boleh. Hati-hati ya. Kalo ada apa-apa, kabarin aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAINST US
FantasyJika kebencian abadi terpatri dalam sanubari, apakah menyerah pada keadaan adalah solusi? Untuk kita dan mereka yang saling mencintai, namun terhalang oleh pengabdian abadi. Seberapa jauh cinta mampu menepis perbedaan dan meruntuhkan sekat yang be...