Jangan lupa vote dan comment.
Promosiin cerita ini bisa kali wkwk.
Selamat membaca!
***
Begitu sampai di rumah Galang, Liora bergegas masuk dan mendapati Ken terbaring lemah di sofa. Dalam posisi Ken yang masih tidak sadarkan diri. Galang dan Tobi yang awalnya dekat dengan Ken, perlahan menyingkir seolah memberi ruang.
"Ken." Pekik Liora menghampiri Ken.
Liora dalam posisi berlutut, memegang tangan Ken. "Ini kenapa bisa kayak gini sih?" Tanya Liora pada siapa pun yang sekiranya bisa menjawab pertanyaannya.
Galang berdeham. Ia melirik ke arah Tobi kemudian berbisik. "Tobi, lo tolong bikinin minum dong." Sengaja, karena ada percakapan yang seharusnya tidak Tobi dengar.
"Yaelah Lang. Lo mau suguhin minum buat semuanya ini? Daun teh pada abis entar. Eh tapi jadi tuan rumah nggak boleh pelit kan? Entar rezekinya seret. Gue bikinin dulu deh." Tanya dan jawab Tobi. Tobi pergi ke dapur.
"Bukannya lo orang terakhir yang ketemu sama Ken?" Tanya Galang.
Liora mengerutkan alisnya. "Gue cuma sebentar ketemu sama Ken. Makanya gue juga bingung kenapa dia bisa jadi kayak gini, bahkan dalam kurun waktu yang sesingkat ini."
Thea tampak berpikir. "Ken lagi nggak bermasalah sama siapa pun kan?"
"Setau gue sih nggak. Ken itu nggak suka terlibat pertikaian sama siapa pun." Jawab Galang sambil menatap Thea.
Liora memandangi Ken. "Tapi dia nggak bakal mati kan?" Tanya Liora khawatir. Pertanyaan ini mungkin terdengar konyol, tapi sejujurnya pertanyaan ini lahir, karena Liora tidak ingin kehilangan Ken.
David tertawa mendengar pertanyaan Liora. "Ken mengalami luka dalam, tapi nggak terlalu parah kok. Pukulan yang dia terima memang keras, tapi bukan pukulan berulang kali. Gue curiga itu seolah cuma jadi peringatan aja, bukan berniat untuk membunuh." Jujur David saat tadi memeriksa Ken, sebelum menghampiri kediaman Keluarga Agra.
Liora tercekat. Pikirannya mulai berkecamuk. Apa mungkin Agra pelakunya? Tapi bukankah Liora sudah punya perjanjian dengan Agra?
Tobi kembali dengan sebuah nampan berisikan beberapa gelas teh hangat.
Ken perlahan membuka matanya. Ia mengelus dadanya. "Ken." Panggil Liora.
"Princess Liora." Ucap Ken sumringah. Ken yang semula berbaring, perlahan bangkit untuk duduk, dibantu oleh Liora juga.
"Siapa? Siapa yang ngelakuin ini?" Tanya Liora.
Ken menggeleng. "Udah nggak apa-apa. Yang penting sekarang, aku baik-baik aja." Ujar Ken menenangkan Liora.
"Lo tau orangnya?" Tanya Thea. Pernyataan Ken seolah mempertegas bahwa Ken tau siapa pelaku yang sebenarnya. Tapi memilih untuk bungkam.
"Kendedes, ni minum dulu tehnya, biar lo lebih mendingan." Ujar Tobi sambil menyerahkan segelas teh panas.
Ken mengangguk. "Makasih ya Tobi."
"Thea, bentar ya. Gue mau bicara sama Ken. Di depan aja kok. Lo tunggu di sini aja ya."
***
Liora dan Ken duduk di kursi taman depan rumah Galang.
"Lo jujur sama gue? Lo tau kan siapa yang ngelakuin ini?" Desak Liora.
Ken menatap Liora ragu. "Nggak. Udah kali Princess Liora. Yang penting aku baik-baik aja. Itu lebih dari cukup, kan?"
Liora menatap lurus ke depan, sebelum bersuara. "Apa ayah pelakunya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAINST US
FantasyJika kebencian abadi terpatri dalam sanubari, apakah menyerah pada keadaan adalah solusi? Untuk kita dan mereka yang saling mencintai, namun terhalang oleh pengabdian abadi. Seberapa jauh cinta mampu menepis perbedaan dan meruntuhkan sekat yang be...