26. Kerja Sama

557 53 72
                                    

Wow. Happy 2K readers!

Jangan lupa like, comment, dan share.

Selamat membaca.

***

Sejak dulu, Galang terbiasa dengan Nayla sebagai pusat dunianya. Rasa terbiasa itu lama-kelamaan mulai menciptakan rasa kepemilikan. Tapi beranjak dewasa, Galang harus menerima bahwa Nayla punya pilihannya sendiri, dan itu bukan Galang.

Galang juga tidak menyangka, pertemuannya dengan Thea mengantarnya pada cerita yang berbeda. Juga satu fakta yang baru Galang sadari bahwa kehilangan Thea itu tidak menyenangkan. Ia kehilangan tempat untuk berbagi. Ia kehilangan tempat untuk pulang dari segala rasa sakit. Ia kehilangan bahagia untuk sejenak.

Dalam proses kehilangan Thea, ia bahkan sempat kehilangan dirinya sendiri. Mengenai hubungannya dengan Nayla juga sempat renggang, meski Galang tetap peduli.

Galang menatap wajah yang ia rindukan sekian lamanya. "Makin lama makin cantik aja."

Thea menghembuskan nafasnya pelan, menatap Galang sekilas, kemudian tertawa kecil. "Gombal terus."

"Nanti lo sibuk nggak? Mau jalan?" Tawar Galang.

Thea mengerutkan alisnya. "Emang nantinya kapan?"

"Tiap hari juga gue jabanin. Kan kita harus ciptain banyak kenangan berkesan. Gue mau pergi ke banyak tempat sama lo."

"Kenapa?" Tanya Thea sambil tertawa.

"Biar setiap sudut di kota ini adalah kita." Iya, itu penggalan lirik lagu.

"Apaan sih." Sedari tadi, tawa itu tidak luntur dari wajah Thea. Karena barangkali, ia juga merindukan momen-momen seperti ini bersama Galang.

"Besok bisa?" Tanya Galang lagi. Ia benar-benar ingin memperbaiki keretakan yang sempat tercipta di antara keduanya.

Thea teringat akan rencana keluarganya. Rencana itu harus direalisasikan sesegera mungkin. "Hmm, Lang. Maaf kalo dalam waktu dekat, gue belum bisa deh kayaknya. Ada urusan keluarga soalnya."

Galang menatap Thea serius. "Urusan keluarga apa? Kok gue belum tau?"

"Kan kita satu keluarga. Artinya ya keluarga lo itu keluarga gue juga. Eh keluarga gue juga." Ujar Galang sambil menepuk mulutnya.

Thea tertawa, kemudian berucap. "Gue serius tau, Lang. Mungkin dalam waktu dekat, kita belum bisa ketemu."

"Emang ada ya urusan?" Tanya Galang pada Thea.

Thea mengangguk. "Iya. Ada urusan yang harus diselesain. Soalnya menyangkut keluarga gue."

"Maksudnya emang ada ya urusan yang lebih penting selain gue?" Tanya Galang dengan percaya dirinya kemudian tertawa.

Thea menepuk Galang pelan. "Becanda mulu. Ada. Ada banget. Banyak." Ujar Thea sambil tertawa.

Galang menepuk dahinya. Rencananya dengan anak-anak Hara yang lain juga harus segera dieksekusi. Galang tampak ragu, sebelum akhirnya berucap. "Oh iya Thea. Gue juga punya urusan dalam waktu dekat."

Thea mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya.

"Gue sama anak-anak Hara yang lain, berencana untuk membangkitkan kembali Ayah Hara." Ucap Galang.

Thea terkejut mendengar penuturan Galang. "Membangkitkan kembali Hara?"

Galang mengangguk.

"Itu kerinduan Bunda Lestat. Apa udah ada kabar tentang bunda? Gue pernah nyari Lang, menyusuri hutan. Tapi bahkan jejaknya nggak gue temuin di sana."

AGAINST USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang