Jangan jadi silent readers ya, sayang-sayangku!
***
Galang keluar dari kelas ditemani oleh Tobi, langkahnya terhenti melihat Tristan dan Nayla yang sedang berpegangan tangan.
Tobi memandangi Galang, kemudian memandangi Tristan dan Nayla yang jaraknya tidak jauh dari pandangan mata. Begitu terus sampai akhirnya, "Kenapa lo? Cemburu ya?"
"Cie Galang cemburu."
"Emang sih Lang, panas dan sakitnya tuh di sini." Ucap Tobi sambil menunjuk pada posisi dada.
"Kayak gini nih yang sering banget gue rasain ketika lihat Neng Sisi sama si Digo tukang endus itu. Sakit banget Lang. Tapi, ya gimana ya. Padahal juga cakepan gue kan, Lang? Iyakan? Orang-orang juga mengakui kalo seorang Tobi Cuaca ini sebelas dua belas sama Aliando. Gue aja heran kenapa sih Neng Sisi milihnya Digo yang modelannya kayak begitu. Cakepan gue kali." Ujar Tobi dengan percaya diri.
"Tapi ya Lang, suatu saat Neng Sisi pasti nyesel karena udah menyia-nyiakan sosok sebaik Tobi Cuaca ini. Pasti dia nggak akan nemuin gue di orang lain, Lang."
Galang mengalihkan tatapannya dari Tristan dan Nayla. Ia memilih diam ketimbang menimpali ucapan-ucapan Tobi.
"Lang, gue pulang bareng sama lo ya!" Seru Tobi. Ucapan itu tidak terdengar seperti pertanyaan melainkan pernyataan.
Galang menatap Tobi malas. "Kalo motor gue bisa nangis, udah nangis kali ya sering bawa beban seberat itu."
Tobi menggelengkan kepalanya dengan mulut melongo. "Ckckck. Sekate-kate banget lo, enak aja. Ya meskipun bener sih. Tapi lo harus tolongin gue, Lang." Ucap Tobi sambil menggoyangkan tubuh Galang.
"Sebagai sahabat yang baik, lo harus bantuin gue dalam rangka penghematan ongkos buat transportasi. Lumayan banget duitnya bisa gue pake buat jajan, Lang."
Galang berjalan mendahului Tobi.
"Galang. Buset main pergi aja. Tungguin gue napa, Lang. Tega banget."
Tobi menyamakan langkah dengan Galang, meskipun agak kewalahan mengejar Galang.
Galang teringat bahwa saat ini Keluarga Agra sedang dalam bahaya.
"Lo naik angkot aja deh, gue ada urusan bentar. Nggak bisa pulang bareng."
"Lang, duit gue abis. Gue pulang bareng lo aja ya? Emangnya lo ada urusan apa sih? Lagak lo kayak orang bener aja. Paling juga mau tebar pesona sama si Thea kan? Lang, dia kan pulang bareng keluarganya. Lo pulang bareng gue aja kenapa sih." Mohon Tobi.
Galang mengeluarkan selembar uang lima ribuan. "Ambil daripada pulang jalan kaki."
Dengan terpaksa Tobi mengambil selembar uang lima ribuan yang diberikan Galang.
***
Thea berjalan terburu-buru menyusuri koridor. Ia tanpa sengaja menabrak Galang.
"Maaf, maaf, gue nggak sengaja." Ucap Thea begitu mendapati Galang dihadapannya.
Galang tersenyum sumringah. "Eh sayang." Galang menepuk pelan mulutnya.
"Maksud gue Thea."
"Lo mau kemana Lang?" Tanya Thea to the point.
Galang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Mau pulang sih, lo mau gue anterin?"
Thea tampak berpikir, kemudian menyetujui pertanyaan Galang.
Dalam perjalanan Thea mengerutkan alisnya saat tau bahwa ini bukan arah menuju rumahnya. "Lang, kan harusnya belok kanan bukan kiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAINST US
FantasíaJika kebencian abadi terpatri dalam sanubari, apakah menyerah pada keadaan adalah solusi? Untuk kita dan mereka yang saling mencintai, namun terhalang oleh pengabdian abadi. Seberapa jauh cinta mampu menepis perbedaan dan meruntuhkan sekat yang be...