Jangan lupa vote, comment dan share ya.
Tembusin 20 vote dong. Readers banyak, tapi voters dikit.
Selamat membaca!
***
Thea yang sedang menyisir rambut mendengar suara ketukan pada pintu kamarnya.
"Masuk. Nggak dikunci." Teriak Thea.
"Udah selesai siap-siap?" Tanya Liora.
Thea mengangguk. "Udah. Mau jalan sekarang?"
"Kayaknya sih, kan kita harus ke sekolah dulu. Starting point dari sekolah." Ujar Liora.
"Oke."
Liora menatap Thea ragu. "Hmm, pulang sama siapa lo semalam?" Tanya Liora.
Thea menatap Liora dengan pandangan menyelidik. "Lo sengaja ya ninggalin gue?"
Liora mengusap pelipisnya sambil mengulas senyum tipis. "Ya nggak gitu."
"Nggak percaya gue." Ucap Thea.
Liora tertawa, kemudian mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V. "Jangan marah ya. Lo pulang sama Galang kan?"
Thea memutar bola matanya malas. "Kan bener. Lo pasti sengaja ninggalin gue. Apa-apaan lo, minta ditemenin eh gue ditinggalin."
"Ya nggak gitu. Gue semalam emang ada urusan sama ayah. Jadi, gue pulang duluan dianterin Ken." Ucap Liora sambil tersenyum lebar.
Thea mengangguk sambil tertawa. "Ya sambil menyelam minum air kan lo."
"Lo pulang sama Galang?"
Thea menggeleng. "Gue balik sama David."
Liora melongo. "Kok bisa?"
"Ya nggak ada yang nggak bisa. Udah kedepan aja yuk. Yang lain udah pada nungguin." Ajak Thea pada Liora.
Liora menepuk dahinya pelan. Galang ini kenapa sih? Bukannya dia sendiri yang menyanggupi? Sebenarnya niat ini berawal dari ide Ken yang ingin membantu memperbaiki hubungan Galang dan Thea, tapi jadinya semakin mendekatkan Thea dan David.
***
Tristan dan Yasha menunggu di depan rumah. "Udah siap?" Tanya Tristan.
Thea dan Liora mengangguk. "Mau jalan sekarang aja?" Tanya Liora.
"Iya, jalan sekarang aja. Digo udah berangkat duluan, katanya mau jemput Sisi." Ucap Yasha.
"Lo mau pake mobil yang mana Tristan? Kok nggak bareng sama Digo?" Tanya Thea heran. Biasanya karena Nayla dan Sisi sepaket, Tristan juga tidak jauh-jauh dari Digo.
Tristan menatap lurus ke depan. "Gue bareng sama kalian."
Thea terdiam.
Liora mengerutkan alisnya. "Jadi maksudnya ini kita ke rumah Nayla dulu?"
Tristan berdeham. "Nggak, kita langsung ke starting point aja. Nayla udah sama Digo dan Sisi."
Flashback on
Tristan mendapati Digo yang baru pulang mencium adanya bau yang aneh pada Digo. "Lo dari mana? Kok bau asap?" Tanya Tristan heran.
"Gue dari rumah Sisi sama Nayla. Dari tadi lo di sini?" Tanya Digo.
"Yaelah, pacaran mulu. Iya, gue dari tadi di sini." Ujar Tristan.
Digo mengerutkan alisnya dan menggaruk kepalanya. "Lo nggak tau? Lo nggak dapat kabar apa-apa dari Nayla?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAINST US
FantasyJika kebencian abadi terpatri dalam sanubari, apakah menyerah pada keadaan adalah solusi? Untuk kita dan mereka yang saling mencintai, namun terhalang oleh pengabdian abadi. Seberapa jauh cinta mampu menepis perbedaan dan meruntuhkan sekat yang be...