6. Tentang Aurel

576 55 8
                                    

Tolong jangan jadi silent readers ya, sayang-sayangku!

***

Galang dan Thea tiba di depan rumah Keluarga Agra. "Thea, lo sama keluarga lo harus lebih hati-hati mulai sekarang."

Thea memandang Galang dengan raut gelisah. "Emh,... Emangnya lo nggak marah sama perbuatan ayah?"

"Gue minta maaf ya, Lang. Gue tau kok ini udah keterlaluan banget. Nggak seharusnya ayah melakukan itu. Ini pasti merugikan bangsa serigala dan buat Bunda Lestat sedih."

Galang menghela nafasnya pelan. "Untuk alasan apapun perbuatan Agra memang nggak bisa dibenarkan. Agra salah, dan ini sama aja mengibarkan bendera permusuhan terhadap bangsa Serigala. Gue nggak terima sama apa yang dilakukan Agra, tapi kebencian itu nggak bisa membabi buta, Thea. Gue nggak bisa benci sama orang yang mungkin nggak ada kaitannya dengan ini. Lo pernah bilang kan kalo kedekekatan itu berjalan beriringan dengan kepercayaan?"

Thea menganggukan kepalanya dan tersenyum. "Dan gue udah milih buat percaya." Ucap Galang sambil tersenyum.

"Makasih ya, Lang." Ucap Thea pada Galang. Ternyata dari ucapan Thea waktu itu, Galang benar-benar belajar.

"Iya sama-sama sayang. Eh sayang. Thea maksudnya." Latah Galang dengan wajah sumringah.

"Kalo gitu, gue balik ya." Pamit Galang.

Thea menganggukan kepalanya, "Hati-hati ya."

"Iya, yang di hati juga hati-hati ya."

Wajah Thea bersemu merah. "Apaan sih, Lang?!"

"Udah ah, Thea. Jangan nahan gue buat pulang, nanti gue nggak pulang-pulang kalo kayak gini ceritanya." Ujar Galang dengan nada menggoda.

Thea menatap Galang sambil tersenyum mengejek. "Dih, siapa juga yang nahan lo pulang. Mau pulang ya pulang aja."

"Yaudah ini pamit beneran. Gue pulang dulu ya." Ucap Galang dibalas anggukan dari Thea. Setelah itu Galang melesat meninggalkan kediaman Keluarga Agra.

Pintu terbuka, Tristan, Digo, Yasha, dan Liora keluar dari dalam rumah.

"Galang ke sini, huh?" Tanya Digo dengan nada yang tidak ramah.

Thea menatap Digo malas. Ia malas untuk meributkan masalah yang sama untuk kesekian kalinya. Daripada berselisih paham dengan Digo, lebih baik ia menghindar. "Galang nolongin gue." Thea melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam rumah, tapi Digo mencekal tangan Thea.

Thea menyentak tangan Digo. "Lo kenapa sih?"

"Lo susah banget dibilangin jadi kakak. Gue udah bilang kan jauhin Galang." Ucap Digo dengan nada tinggi.

"Serigala menyerang nggak dalam wujud serigala, Thea. Mereka bisa aja menyamar menjadi seekor domba. Lo harus tetap waspada, sedekat apapun lo dengan Galang." Tukas Liora.

Digo mengangguk, "Udah paling bener, lo jauhin Galang."

Tristan memisahkan Digo, Liora dan Thea. "Cukup. Udah Digo, lo nggak perlu kasar. Semua bisa dibicarain baik-baik, dan Thea udah cukup dewasa untuk menentukan jalannya sendiri."

Thea menghembuskan nafasnya kasar. "Digo, gue capek berantem sama lo. Jadi tolong stop. Ini bukan waktunya buat berantem. Ini waktunya kita untuk saling menjaga dari berbagai bahaya yang mungkin mengintai dan membahayakan nyawa."

Tristan menegang. "Maksud lo? Emangnya ada apa?"

"Aurel kembali." Dua kata yang menciptakan rona bagi Yasha.

AGAINST USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang