Hari ini merupakan hari terakhir ujian sekolah. Semua berjalan dengan lancar. Setelah ini, murid-murid tinggal menunggu kelulusan dan bersiap memasuki dunia baru.
"Gila, soalnya pada susah-susah banget ya." Celetuk Tobi pada Nayla, Sisi dan Galang. Pasalnya Tobi kesusahan dalam banyak soal, alhasil cukup banyak yang ia sendiri tidak yakin akan jawabannya.
Sisi menatap Tobi kemudian mengejeknya. "Iya susah, kan lo nggak ada isinya."
"Apanya yang nggak ada isinya, Neng Sisi?" Tanya Tobi pada Sisi.
"Otaknya." Teriak Sisi disambut tawa dari Nayla.
Tobi menggelengkan kepalanya. "Ckckck. Sekate-kate banget lo peniti sinden. Pake ngatain otak gue nggak ada isinya."
"Emang ada?" Tanya Nayla pada Tobi sambil tersenyum.
"Ya nggak ada sih. Eh otaknya ada, tapi isinya kayaknya nggak ada deh."
Sisi dan Nayla tertawa. Sementara Galang hanya menyimak sedari tadi.
"Paku payung. Tumben-tumbenan lo diem dari tadi? Ah galau lo ya? Ada masalah apa sama kakak ipar?" Celetuk Sisi pada Galang. Pasalnya Galang terlihat berbeda. Hari ini Galang lebih banyak diam.
"Nggak ada masalah Si. Orang dia baru aja jadian sama Thea." Ucap Nayla yang membuat Galang melirik ke arah Nayla. Tapi Galang tidak merespon ucapan Nayla.
"Hah." Teriak Sisi dan Tobi disaat yang bersamaan.
Sisi mengulurkan tangannya. "Cie. Selamat ya paku payung. Doa disepertiga malam lo dijabah sama Allah."
Tobi tertawa mendengar ucapan Sisi. "Bener sih ya, cuma kuasa doa yang mampu meluluhkan hati. Parah nih Si, gue harus tolongin Thea sih. Gue mau bawa ke dokter mata, kali aja matanya ketutup sesuatu gitu. Kok bisa mau sama Galang." Ejek Tobi.
"Apaan sih. Udah ah." Jawab Galang seadanya.
Sisi mengerutkan alisnya. "Kalo baru jadian kenapa muka lo kusut banget sih? Yakali langsung berantem. Jangan-jangan, kakak ipar udah sadar dan langsung putusin lo ya?" Tanya Sisi dengan hebohnya.
"Eh Neng Sisi, bentar. Bisa aja mukanya kusut, lecek begitu, karena overthinking soal ujian tadi. Bisa aja dia takut nggak lulus, karena nggak bisa ngerjain ujian. Dia ngerjainnya asal-asalan kali."
Galang menepuk bahu Tobi. "Kalo ngomong yang bener. Lo sama gue itu beda. Lo nggak ada isinya, gue ada isinya meskipun sedikit."
"Ye, dikit aja sombong lo." Ejek Tobi.
"Udah ah. Gue mau pulang aja." Ucap Galang kemudian berlalu.
"Lang, pulang bareng gue napa Lang." Teriak Tobi.
Nayla berlari kecil menyusul Galang. "Bentar ya Si."
***
"Galang."
Teriakan itu membuat Galang memelankan langkahnya, meskipun ia sedang tidak dalam kondisi baik. Tapi ia mengenal suara itu. Suara orang yang membuat posisinya semakin rumit, pikir Galang.
"Lo marah sama gue?" Tanya Nayla seadanya.
Galang membalikan badannya. "Kenapa gue harus marah sama lo?"
Nayla mengangkat kedua bahunya. "Gue nggak tau, tapi dari tadi lo nggak mau bicara sama gue."
Nayla mengulurkan tangannya sambil tersenyum. "Eh tapi selamat ya, kan lo udah jadian sama Thea. Lo harus jagain Thea baik-baik. Jangan bikin sakit hati. Pokoknya langgeng deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAINST US
FantasyJika kebencian abadi terpatri dalam sanubari, apakah menyerah pada keadaan adalah solusi? Untuk kita dan mereka yang saling mencintai, namun terhalang oleh pengabdian abadi. Seberapa jauh cinta mampu menepis perbedaan dan meruntuhkan sekat yang be...