29. Welcome Back, Hara!

657 53 89
                                    

Jangan lupa vote, comment, dan share.

Hai, kaget nggak? Wkwk.

Bab ini panjang sih. Karena hari ini 29 Juni!
A special day. Doain aku ya, semoga karya-karyaku bisa terus menghibur kalian. Sekarang maupun di masa yang akan datang.

Selamat membaca!

***

Tristan mengelus lembut wajah teduh di hadapannya. Ia benar-benar berada dalam dilema. "Gue sayang sama lo, Thea. Sayang banget."

"Tapi situasi ini juga nggak mudah buat gue."

"Tapi gue nggak mungkin diam aja liat lo kayak gini. Gue harus apa?"

"Gue minta maaf ya, gue nggak bisa jagain lo."

Digo mengepalkan tangannya. Ia benci situasi ini. "Ini karena Galang. Coba kalo dia nggak ninggalin Thea. Nggak akan kayak gini."

Liora menggeleng. "Gue bingung siapa yang salah."

"Galang. Jelas Galang yang salah." Tekan Digo.

Yasha menarik nafasnya pelan, menenangkan diri. "Berhenti nyalahin orang lain." Ujar Yasha dengan nada tenang.

Digo mengerutkan alisnya. "Lo gila ya? Lo semua terima Thea kayak gini? Udah jelas Galang yang salah."

"Kalo nggak terima juga, emangnya kita bisa apa? Bisa kita putar waktu?" Tanya Liora.

Liora menatap Digo. "Bisa nggak sih lo nggak usah bikin kita tambah pusing karena nyalahin orang lain? Fokus aja dulu sama Thea!"

Digo menggeleng. "Harusnya kita nggak biarin Thea satu kelompok sama Galang. Dia nggak becus."

"Cukup Digo." Ujar Tristan.

Tristan bergetar. "Kalo mungkin ada orang yang paling bersalah, itu gue."

"Sebagai kakak, Thea itu tanggung jawab gue. Gue lalai untuk itu. Gue bukan kakak yang baik. Gue bahkan nggak bisa jagain dia. Gue bodoh."

Liora menggeleng dan mendekap Tristan. "Tolong berhenti. Berhenti nyalahin diri lo sendiri. Lo kakak yang baik."

Digo menggeleng. "Eh nggak. Nggak seharusnya lo nyalahin diri sendiri."

Yasha mengangguk. "Ini bukan salah lo Tristan. Kita nggak punya kuasa untuk merubah takdir. Lo selalu merasa nggak cukup, padahal buat kita semua, itu lebih dari cukup. Lo kakak yang sangat baik."

"Gue nggak nyalahin lo Tristan. Katakanlah lo punya tanggung jawab untuk itu, tapi Thea nggak ada dalam pengawasan lo saat itu." Ujar Digo dengan nada yang tidak lagi menggebu-gebu.

Tristan menutup matanya pelan, kemudian memandangi Thea. "Dunia terlalu jahat ya Thea? Makanya lo putusin buat istirahat sejenak?"

"Maafin dunia ya kalo dia terlalu banyak kasih lo rasa sakit."

"Maafin dunia kalo dia terlalu banyak kasih lo ketidakpastian."

"Tapi gue harap, ketika lo bangun, lo akan terus menemukan alasan-alasan sederhana untuk tetap bahagia."

Tristan mengambil handphone, kemudian menempelkannya di telinga. Pertanda ia menghubungi seseorang.

"Kamu dimana?"

"Nayla mana?"

"Ada apa?"

"Nanti gue ke sana."

Sambungan telepon itu ditutup sepihak oleh Tristan.

AGAINST USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang