Jangan lupa vote, comment and share!
Minimal 25 vote yuk!
Kangen nggak sama aku?
Rasanya udah lama nggak menyapa kalian lewat untaian kata dan karya hihi.
Maaf ya ternyata pemulihannya lebih lama dari yang aku kira. Sekarang juga masih batuk sama pilek sih wkwk.
Kalian jaga kesehatannya ya!Semoga bab ini bisa mengobati kerinduan kalian. Meskipun sedikit.
Yaudah deh. Selamat membaca.
***
Keesokan harinya,
Thea melangkahkan kakinya keluar rumah bersama dengan Liora. Pagi ini, keduanya berencana untuk berolahraga di taman.
"Tumben banget ngajakin olahraga." Ujar Thea pada Liora.
Liora tersenyum. "Yaudah sih nggak apa-apa juga. Sekali-sekali gitu."
Thea menatap Liora dengan pandangan menyelidik. "Gue nggak bakal jadi nyamuk kan?"
Liora berdecak. "Nggak lah, tenang aja."
"Kan serigala kesayangan lo itu ikut mulu."
"Gue nggak janjian sama dia sih. Yaudah yuk berangkat."
Langkah kaki keduanya terhenti begitu mendapati seorang laki-laki berwajah oriental berdiri seolah menghadang keduanya.
"David."
"Hai."
Thea menutup matanya pelan. Kenapa David datang sepagi ini? Apa David sudah mendengar semuanya dari sudut pandang Rey?
Thea menoleh ke arah Liora. "Gue nyusul ya. Ada yang harus gue bicarain dulu soalnya. Lo panggil serigala kesayangan lo aja, dia kan selalu ada buat lo." Ujar Thea seraya menggoda.
Liora tertawa sambil mengangguk kemudian berlalu.
"Udah balik dari Bandung?" Tanya Thea.
David mengangguk. "Iya. Tadi katanya mau bicara kan? Mau bicara apa?" Tanya David lembut.
Thea melihat sekitar. Meski tidak terhalang oleh restu, tapi isi pembicaraannya dengan David sebaiknya tidak ia bicarakan di sini. "Ke sana aja yuk?" Ajak Thea.
David mengangguk kemudian keduanya melesat.
"Sini duduk." Ujar Thea.
"Lo dari mana? Maksud gue, kok masih pake ransel? Terus kenapa lo udah datang sepagi ini ke sini?" Tanya Thea hati-hati.
"Maaf ya jadi ganggu waktu lo sama Liora. Harusnya gue hubungin lo dulu sebelum ke sini." Ujar David merasa bersalah.
Thea menggeleng. "Bukan, bukan itu maksud gue. Nggak apa-apa sih. Harusnya gue yang minta maaf."
David mengerutkan alisnya. "Minta maaf apa?"
Thea menatap David heran. Ia menggeleng. "Jangan bilang dari Bandung lo langsung ke sini?"
David mengangguk. "Iya. Gue belum pulang."
"Belum ketemu sama siapa gitu? Sama Hara, Bunda Lestat, Aurel, Rey, dan lain-lain?" Tanya Thea memastikan.
David menggeleng. "Belum, emangnya kenapa?"
Thea melongo. Bisa-bisanya setelah kembali dari Bandung, kediaman Keluarga Agra menjadi destinasi pertama yang David singgahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAINST US
FantasyJika kebencian abadi terpatri dalam sanubari, apakah menyerah pada keadaan adalah solusi? Untuk kita dan mereka yang saling mencintai, namun terhalang oleh pengabdian abadi. Seberapa jauh cinta mampu menepis perbedaan dan meruntuhkan sekat yang be...