Tok! Tok! Tok!Palu diketuk tiga kali. Tanda bahwa putusan sidang sudah final. Perceraian antara keduanya telah terjadi.
Kaguya mengelus perut buncitnya. Di meja lawan, Tenji mendecih, berdiri dari duduknya dan menghampirinya dengan tingkah pongah.
"Kau dengar tadi? Tidak ada satu pun uangku untukmu atau untuk anak haram itu!" Kata Tenji sambil menuding perut Kaguya.
Kaguya menghela nafas,"Seingatku, aku tidak pernah minta sepeser pun uangmu."
Tenji terkekeh,"Ya, Kaguya Otsusuki yang hebat. Pewaris bangsawan Otsusuki. Profesor obsgyne. Kau wanita dengan prestasi hebat. Anak haram ini adalah prestasi terhebatmu."
"Dia bukan anak haram. Dia adalah anak hasil dari kisah cintaku yang penuh dengan kebahagiaan." Kata - kata Kaguya terhenti saat melihat seorang wanita yang menggendong gadis cilik, berdiri di belakang Tenji.
Pandangan mata Kaguya beralih pada wanita itu. "Jangan kawatir, Shion. Ayah putrimu ini sudah seratus persen milikmu sekarang."
Wanita yang dipanggil Shion itu menunduk. Kaguya berdiri, secara hati-hati mengangkat perutnya. Dia berjalan perlahan, lalu berhenti di depan Shion. "Berbahagialah, gadis cilik," kata Kaguya sambil mengelus kepala anak Shion.
Dia berjalan didampingi pengacaranya. Di luar, para wartawan sudah menunggunya. Dia dan pengacara bersiap untuk itu.
"Brengsek!" Tenji uring-uringan. Dia mendekati Shion, mencengkeram tangannya,"Ayo pulang!" Bentaknya sambil menyeret Shion.
---*---
Suara sumpah berkumandang di Aula megah itu. Hari ini, seratus lima puluh dokter spesialis obsgyne disumpah. Termasuk di dalamnya adalah Naruto. Pria berambut pirang itu sumringah, melafalkan naskah sumpah dengan penuh kesungguhan.
Naruto bisa membayangkan kebahagiaan yang akan dilaluinya malam ini. Dia sudah tidak sabar. Sepasang cincin sudah dia persiapkan. Dia akan melamar pujaan hatinya itu malam ini.
Lepas dari acara sumpah. Tsunade, bibinya menghampirinya. Mereka berpelukan. Tampak sekali bahwa dia memamerkan kelulusannya itu.
"Lihat, Nenek! Au!" Naruto berteriak karena Tsunade menjewer kupingnya.
"Sudah kubilang, jangan panggil aku nenek! Aku bibimu!"
"Aush, terserah lah.. lihat ijazah dan surat sumpahku." Naruto menunjukkan dua gulungan kertas. "Aku hebat, bukan? Sekarang ini, aku selevel denganmu!"
Tsunade mendecih. "Masih jauh untuk menyamaiku!"
Naruto membungkuk salut,"Baiklah, profesor Tsunade."
Tsunade mendecih lagi. Dia menghela nafas lalu berkata,"Apa rencanamu untuk merayakannya?"
"Aku akan mengunjungi makam orang tuaku. Lalu..."
"Lalu...?"
"Rahasia!"
"Aish!"
Naruto tertawa ngakak. "Aku pergi dulu."
"Datanglah saat makan siang. Aku jaga malam ini. Hanya makan siang untuk perayaan kelulusanmu."
"Tidak perlu repot."
Naruto mencium pipi Tsunade lalu berjalan menuju mobilnya.
Dua jam kemudian, pria itu sudah sampai di area pemakaman. Dia berdiri di depan dua nisan. Nama Kushina Uzumaki dan Minato Namikaze terpahaf di batu nisan itu.
Naruto mengelus kedua batu nisan itu. Dia berjongkok, lalu menunjukkan ijazah dan surat sumpahnya.
"Ayah... Ibu... Aku seorang dokter obsgyn sekarang. Aku berjanji akan menjadi dokter yang baik." Naruto tersenyum,"Besok, aku akan membawa calon mantu kalian. Ayah, Ibu. Aku sangat bahagia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman in Love
FanfictionSiapa yang bisa menasihati wanita yang sedang jatuh cinta?