11.

220 7 0
                                    

Seperti yang dijanjikannya, Kaguya menikahi Naruto. Mereka mengunjungi makam orang tua Naruto dan Naruto memamerkannya,"Ayah, Ibu. Lihatlah... ini calon istriku. Dia juga sedang mengandung cucu kalian. Hari ini kami akan menikah.Aku mohon restui kami. Sayang, bicaralah sesuatu pada ayah dan Ibu."

Kaguya tersenyum saat Naruto merangkulnya,"Ayah, Ibu. Aku mohon, restui kami. Aku berjanji akan selalu membahagiakan Naruto, merawatnya sepenuh hati."

"Ya, kau akan merawatku seumur hidup." Naruto mencium pelipis Kaguya.

Tampak sekali kebahagiaan dan cinta di mata keduanya. Hinura dan Hanggaromo sebagai wali nikah di pihak Kaguya dan Jiariya serta Tsunade di pihak Naruto. Naruto mencium bibir pengantinnya penuh perasaan cinta sehingga para saksi bertepuk tangan.

Mereka mengadakan pesta privat di manshion Namikaze. Naruto melingkari pinggang Kaguya erat. Dan keempat tamunya menggoda mereka.

"Oke, saatnya melepas stocking," teriak Jiariya.

"Kau mesum. Kaguya sedang hamil. Apakah itu perlu?" Tsunade menghardik Jiariya.

"Kenapa tidak? Bukankah itu yang ditunggu oleh Naruto?" Jiariya merangkul Naruto, "Bagaimana Naruto? Kau siap belah duren malam ini?"

Naruto nyengir. Kaguya malu-malu dan sikembar bersorak,"Cihuy!"

"Suit.. suit..," Hanggaromo bersiul.

"Apanya yang dibelah? Durennya sudah bengkak begini?" Entah kenapa Kaguya bisa bercanda di saat ini.

"Kau semakin membuatku ingin memakan duren montong ini, Hime." Bisik Naruto tapi masih bisa didengar oleh tamu-tamunya.

Suasana semakin riuh dan Tsunade mulai ngomel-ngomel.

"Naruto, ingat ya.. istrimu ini sedang hamil. Lihat saja kandungannya sudah turun seperti itu. Dia bisa melahirkan kapan saja. Jangan membuat keadaan semakin parah."

"Diam saja, Bibi. Bilang saja kau iri karena Jiariya hanya menganggurkanmu."

"Apa?"

"Jangan kawatir, Naruto. Bibimu tidak akan nganggur malam ini," Jiaraiya merangkul Tsunade tapi Tsunade menendang selangkangannya.

"Euuhh.. pasti itu sakit." Kata Himura.

"Ayo, kita lakukan saja, Naruto."

"Kaguya!" Bentak Tsunade.

Kaguya menunduk malu-malu."Ini malam pernikahanku Tsunade. Aku ingin merayakannya. Lagian, anakku sudah lama tidak ditengok oleh ayahnya."

Naruto segera menciumi wajah Kaguya.

"Kau keterlaluan berkata seperti itu di depan anak-anakmu." Tsunade tambah sewot.

"Saya tidak keberatan mendengarnya," kata Himura. "Ibu bahagia sekarang. Saya juga ikut bahagia."

Hanggaromo menimpali,"Sudah sejak lama aku tidak melihat ibu tersenyum. Ibu tersenyum sekarang. Dan itu karena kau, Naruto. Naruto.. aku serahkan ibuku yang berharga padamu. Bahagiakan dia. Jangan pernah menyakitinya atau bogem mentahku akan mematahkan pe***mu."

Kaguya merasa terharu. Dia memeluk putra-putranya. "Terima kasih karena kalian bisa mengerti ibu."

"Ah.. sudahi nangis-nangisannya. Kalian jadi lepas stocking apa tidak?" Jiariya yang sudah sembuh dari nyeri di selangkangannya berteriak.

"Ya, tentu saja!"

Naruto antusias. Tsunade menghela nafas lelah. Si kembar memapah Kaguya hingga duduk nyaman di sofa. Kaguya duduk menyamankan tubuh hamilnya, lalu dia menaikkan gaunnya sehingga menampakkan pahanya yang indah lalu menumpukan kedua kakinya.

Woman in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang