18.

167 8 2
                                    


"Ough..."

Hinata meremas spreinya. Dia benar-benar tidak bisa menahan diri. Sasuke di bawahnya masih menggodanya. Dildo yang ditancapkan pria itu di liangnya memberikan getaran yang membuat dia menggeliat dengan agak mengangkat perut besarnya. Sementara putingnya mengeras karena berahi.

"Bagaimana, hem... geli-geli enak?"

"Mmmmhh....Ooohh.... hhhoooohhh,"

Rilislah sudah. Cairannya membasahi sprei. Janinnya menendang kandung kemih sehingga urin juga muncrat dari liangnya.

Sasuke terkekeh. Hinata tersipu malu. Pria itu berbaring di sampingnya dan meminta sambil membelai belalainya,"Senangkan aku, dong. Gantian."

Hinata bangun perlahan. Rambutnya yang panjang menyampir ke pundak. Pandangan matanya yang sayu dan pipinya yang memerah membuat Sasuke gemas. Sasuke mencubit pipinya dan Hinata agak kaget.

"Kau manis," Sasuke memuji.

Hinata menggeser pantatnya sehingga dia mendekati belalai Sasuke. Dia berbaring miring dengan posisi kepala tepat di selangkangan Sasuke, lalu menunduk dan Sasuke meleguh, menikmati permainan yang lembab dan hangat rongga mulut dan lidah Hinata di belalainya.

"Uuugggghhh... ugh... Gooh!"

Perlu banyak waktu hingga pria itu liris. Lalu pria itu berbaring miring, membuka kaki Hinata dan menjilati selangkangan Hinata. Membuai Hinata hingga mendesah-desah lagi.

Sudah tiga minggu mereka dekat. Sasuke entah bagaimana bisa merayu Hinata melakukan itu untuk kesekian kali. Wanita itu bahkan mengenal sekstoys sekarang. Sasuke benar-benar perayu ulung.

Mereka akhirnya kelelahan berbaring berdampingan sambil menatap langit-langit. Hinata mengelus perutnya, memberikan afeksi pada janinnya setelah bercinta pada Sasuke. Tak ayal janinnya menendang juga.

"Kau masih bangun rupanya."

"Hn," Sasuke mengira Hinata bicara dengannya. Dia menoleh dan melihat Hinata menunduk, masih mengelus-elus perutnya.

"Apakah kau lapar? Baiklah, Ibu ambil camilan sekarang."

Hinata akan bangun dari ranjang. Sasuke menyentuh pundaknya dan dia menoleh. "Biar aku saja yang ambil."

"Sasuke, sudah. Biar aku saja."

"Jangan ngeyel." Sasuke duduk, dan mencari boxernya. "Kau mau apa? Bilang."

"Susu hamil dan bubur gojiberi. Panaskan di microwave untuk buburnya.

"Baiklah, tunggu di sini. Aush... di mana boxerku?"

Hinata terkikik melihat tingkahnya.

"Ah, masa bodoh. Di apartemen ini bahkan tidak ada orang." Dia keluar dari kamar begitu saja. Bugil!

Hinata tersenyum sambil menggelengkan kepala. Dia tetap berusaha bangun. Dia mencabut beberapa tissu di nakas lalu menyeka organ intimnya. Masih sangat lengket di situ. Hinata merasa kasihan pada bayi dalam kandungannya.

"Nak, maafkan, Ibu. Ibu benar-benar tidak bisa menahannya. Perpisahan ibu dengan ayahmu membuat ibu kesepian. Ibu sadar jika ibu aktif secara seksual. Ibu akan berusaha menguranginya, Hem... Ibu janji."

Gerakan diberikan oleh janin sebagai signal. Hinata mendesah,"Syukurlah kau mau mengerti."

Hinata turun dari ranjang. Dia menuju kamar mandi untuk mandi dan keramas. Sasuke memasuki kamar membawa nampan makanan pesanan Hinata. Dia tersenyum mendengar suara gemericik air. Dia meletakkan nampan di nakas lalu masuk ke kamar mandi.

Dia memeluk Hinata dari belakang. Wanita itu kaget dan dia mempererat pelukannya. "Tidak semudah ini untuk mandi, Sayang."

Remasan tangan Sasuke di payudaranya dan ciumamnya yang merambat di lehernya, membuat Hinata terlena lagi. Mereka melakukan itu sekali lagi di bawah guyuran Shower. Tangan Hinata menumpu dinding sedangkan Sasuke menyodoknya dari belakang dengan ritme yang teratur. Kali ini mereka rilis bersama-sama.

Woman in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang