Inilah adalah hari kesekian, Neji dan Hinata berbulan madu. Hyuga menyewa villa di pinggir pantai untuk mereka. Madilves tempat yang indah. Tempat yang membuat kebahagiaan mereka serasa lengkap.
Mereka bahkan tak segan-segan berkejaran di dalam rumah. Mereka bergaul seperti layaknya mereka bergaul saat masih kecil. Dan hubungan suami istri itu.. sayangnya belum juga terjadi.
Neji berhasil menangkap Hinata. Hinata meronta-ronta sambil tertawa saat Neji menggelitiki ketiaknya. Lalu Hinata terbanting ke sofa dan Neji mengukungnya.
Hening tiba-tiba terjadi saat mereka menyadari posisi intim mereka. Hinata menanti aksi Neji dengan hati berdebar. Dia ingin memulai namun teringat kata-kata Kurenai tentang pengalaman bercinta yang minim sebagai perawan.
Hinata menunduk, berakting malu-malu padahal dia begitu menginnginkannya. Dan Neji pun mendongakkan dagunya, lalu menciumnya dengan lembut. Tangan Hinata meleleh di kiri-kananya.
Neji mengangkat wajahnya. Mata Hinata masih terpejam. Neji tersenyum dan mencopot semua pakaiannya. Lalu memeluk Hinata lagi.
Hinata gelagapan. Tubuhnya melorot di atas karpet. Tubuh Neji yang kekar mendekapnya erat. Dia merasakan panas di tubuhnya, payudaranya bahkan mengeras dan menggesek dada Neji.
Pria itu menurunkan celananya dan tidak tahan untuk menghunjamkan batangnya yang sedari tadi mengancung. Dia menerima semua itu. Keperawanannya menghisap dan memijat batang Neji hingga pria itu mengerang. Hinata merasakan ganjalan nikmat di tengah pahanya.
Hinata memeluk Neji. Air matanya berlinang karena pada akhirnya dia bisa melalukan semua itu dengan Neji, suaminya yang sah. Bahkan keperawanan buatan itu bekerja dengan sempurna, robek dan mengeluarkan darah.
"Sakit?" Tanya Neji.
Hinata mengangguk karena ini memang sakit. Milik Neji bahkan lebih besar dari pada Toneri.
"Errgghh..," Neji mengerang.
Tangan Hinata gemetar memeluk punggung Neji. Lalu, pria itu mulai bergerak. Hinata menjerit-jerit menerima ritme genjotan Neji.
Sore itu, mereka telah menyempurnakan pernikahan mereka.
Hinata terbangun saat matahari terbenam dan bulan tampak di atas perairan laut. Neji duduk di samping kepalanya dan pria itu merokok. Ini adalah pertama kalinya dia melihat Neji merokok.
Hinata mengangkat tangannya. Telunjuknya mengelus paha Neji. Pria itu terkejut dan segera mematikan rokoknya.
'Aku tidak tahu kalau kau merokok."
"Aku merokok saat stres."
"Apa yang membuatmu stres sekarang. Kita baru saja menyempurnakan pernikahan kita."
Neji menarik kepala Hinata dan merengkuh tubuh wanita itu hingga berbaring di pangkuannya. "Apakah kau bahagia karena itu?"
"Sangat. Aku sangat bahagia. Apakah akan ada Neji kecil di dalam sini?" Hinata mengelus perutnya.
Neji tertawa terbahak,"Apakah kau kira akan secepat itu?"
"Aku tidak bisa terbang ke Amerika kalau aku cepat hamil anakmu, bukan?"
"Kau begitu ingin pergi ke sana?"
"Aku ingin ke sana karena kau juga di sana."
"Kalau begitu, kita segera ke sana setelah bulan madu."
"Ehm," Hnata mengangguk.
Neji mencium bibir Hinata dan mereka melakukannya sekali lagi. Hinata merasa bahagia. Dia begitu melayang. Neji mencumbunya begitu lembut. Dan itu membuatnya merasa jadi putri yang berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman in Love
FanfictionSiapa yang bisa menasihati wanita yang sedang jatuh cinta?