Naruto memunguti baju Kaguya yang berserakan di lantai. Malam panas mereka yang disebabkan oleh mabuknya Kaguya, berakhir oleh pagi hari yang menyapa. Muntahan Kaguya di lantai sudah Naruto bersihkan. Naruto bahkan sudah mandi dan berpakaian rapi. Hari ini adalah wawancaranya untuk masuk program doktor. Dan dia tidak bisa melewatkan kesempatan ini. Tinggal satu langkah lagi dan dia adalah mahasiswa program doktoral.
Naruto ingin mendapatkan asupan semangat dari wanita yang dicintainya. Wanita itu masih tertidur lelap. Dia mungkin kelelahan akibat semalam. Naruto sebenarnya tidak tega membangunkannya, tapi dia harus.
Naruto memasukkan pakaian itu ke keranjang cucian. Lalu ke dapur, menyiapkan sarapan untuk Kaguya dan bekal untuknya. Roti bakar cukup untuknya. Sup hangat mungkin cukup untuk menghilangkan sisa mabuk Kaguya. Dia memasukkan roti ke tasnya lalu menghantarkan sup ke kamar.
Hidung Kaguya seketika bisa mengendus aroma sup itu. Namun, wanita itu masih gengsi untuk bangun. Dia memilih untuk terus memejamkan matanya. Sampai dia merasa tepi ranjang bergerak, tanda Naruto duduk di situ dan dia merasa tangan Naruto menepuk pundaknya lembut.
"Makanlah, aku tahu kau sudah bangun," kata Naruto.
"Jika kau ingat, aku baru makan saat tengah malam." suara serak Kaguya, menyahut, masih dengan mata terpejam dan posisi ogah-ogahan.
"Tapi kau makan untuk dua orang. Bangunlah dulu dan makan. Aku mohon."
"Aish! Kau memaksa sekali," kaguya jengkel, tapi dia bangun juga. Duduk bersandar di kepala ranjang dan menerima mangkuk sup yang disodorkan Naruto.
Naruto mengelus perut Kaguya saat wanita itu mulai menggali supnya.
"Hai, anak Ayah.. Apakah kau baik-baik saja pagi ini? Maafkan kami yang menggangumu malam ini."
Kaguya menghela nafas lega saat Naruto melalukan itu. "Dia baik-baik saja. Aku yakin itu."
"Kau bisa mengunjungi Tsunade lagi. Aku mohon."
"Aku bilang dia baik-baik saja!"
"Kau tidak bisa melakukan swadiagnosis walaupun kau profesor obsgyn."
Kaguya mendengus,"Baiklah."
Senyum Naruto seketika merekah,"Kehamilan ini pasti membuat perubahan hormon padamu. Emosimu turun naik. Aku rela menerima itu."
Air mata Kaguya seketika menetes. Naruto terkekeh. Sambil menyeka air mata Kaguya, Naruto berkata,"Aku akan melakukan tes wawancara untuk masuk program doktoral. Doakan aku, ya? Hanya doamu yang membuat langkahku serasa ringan."
Kaguya tersenyum sekarang,"Ya, pasti, Naruto. Aku akan mendoakanmu."
Naruto mencium dahi Kaguya. Dia menatap mata Kaguya dan berjanji,"Setelah ini, kita ke makam orang tuaku, lalu.. kita daftarkan pernikahan kita. Kau mau kan?"
Kaguya mengangguk. Naruto seketika memeluk Kaguya, "Oh, senangnya. Akhirnya aku memiliki keluarga."
Kaguya melepaskan pelukan Naruto. Naruto protes,"Kau tidak ingin terlambat, bukan?' Kata Kaguya.
"Baiklah, aku berangkat sekarang.' Naruto memegang dagu Kaguya,"Sampai jumpa lagi, ibu dari anak-anakku,' Naruto mencium bibir Kaguya, lalu melepaskan ciumannya untuk mengucapkan,"calon istriku," mengecup bibir Kaguya lagi sekali dan berkata lagi,"kekasihku."
Kaguya terkekeh. "Sudah.. kau akan terlambat nanti."
"Ehm, aku berangkat."
Naruto meninggalkan kamar itu. Kaguya meneruskan makan dan merasakan sepi. Lepas makan, wanita hamil itu segera bersih-bersih diri dan bersiap ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman in Love
FanfictionSiapa yang bisa menasihati wanita yang sedang jatuh cinta?