24

275 7 0
                                    

"Oh, lihatlah... janin anda sehat, Nyonya." Kata Kaguya sambil menempelkan stick USG di perut pasiennya.

Sang pasien terkekeh. Suaminya mencium pipinya.

"Obat penelitian Anda berhasil. Kami senang bisa mengikuti penelitian ini."

"Hem... selamat ya...," hanya itu yang Kaguya ucapkan. Dia juga tidak tahu apakah kehamilan pasiennya karena obat hasil penelitian atau kontrol positifnya. Tapi, melihat kebahagiaan di mata pasiennya Kaguya jadi bahagia juga.

"Dokter, apakah anda juga meminumnya? Anda juga hamil lagi di usia ini."

"Istriku, kau sangat tidak sopan." Suami pasien merasa tidak enak.

Kaguya menunduk untuk mengelus perutnya. "Saya juga bersyukur masih diberi kesempatan mengandung lagi."

"Selamat juga untukmu, dokter. Tapi, jika dokter cuti, maka kami periksa pada siapa? Jangan profesor Orochimaru. Saya tidak ingin istri saya disentuh dokter laki-laki."

"Saya akan merujuk istri anda pada Profesor Tsunade. Nah.. lihatlah.. perkembangan bayi anda sempurna. Kita lihat jenis kelaminnya. Apakah anda siap?'

Suami istri mengangguk. Mereka sama-sama menatap layar monitor. "Wah, laki-laki. Selamat, ya!" Kata Kaguya.

Suami istri itu saling berpelukan dengan gembira. Kaguya melihat mereka. Sangat bangga dengan profesinya karena selalu melihat kebahagiaan pasangan menantikan generasi penerus mereka. Dia mengisi rekam medis pasiennya. Pasien yang terakhir dan dia merentangkan tangannya, menggerakkan lehernya yang kaku.

Tendangan di perutnya terasa. Dia mengelus perutnya dan merasakan tendangan lain lagi,"Belum tidur, Nak? Baiklah... kita lihat keadaanmu. Semoga nenekmu, Tsunade masih di ruang prakteknya."

Kaguya berdiri perlahan dan memutuskan untuk menemui Tsunade. Dia berjalan di lorong perlahan. Kehamilannya yang sudah tua membuat nafasnya ngos-ngosan. Dia menunggu lift dan membungkuk saat cengkeraman menyiksanya.

Seseorang dari belakang tiba-tiba memeluknya. Dia menoleh sambil mengatut nafas. Dan melihat Danzo Shimura menatapnya kawatir.

"Kau akan melahirkan?"

Kaguya menggeleng. "Sesekali aku merasakan kontraksi di usia kehamilan ini. Ini normal. Huft... huft.."

"Kau mau kemana? Perlu ku antar?"

Kaguya tersenyum. "Memeriksakan diri ke Tsunade."

Danso masih kawatir.

"Aku tidak apa, sungguh!"

"Tunggu di sini! Aku ambilkan kursi roda."

"Tapi...,"

"Tunggu saja!"

Kaguya menghela nafas. Danzo benar-benar mencari kursi roda. Kaguya menegakkan punggung saat rasa sakitnya sedikit demi sedikit hilang. Dia memijiti punggung dan terlihat Danzo datang lagi sambil mendorong kursi roda.

"Duduklah, aku antar ke Tsunade."

"Tapi..."

"Duduk saja."

"Baiklah, pemaksa."

Danzo terkekeh. Kaguya duduk hati-hati di kursi roda. Danzo memencet lift dan lift terbuka. Dia mendorong Kaguya yang duduk di kursi roda masuk dalam lift.

Lift berjalan. Danzo melihat Kaguya mengelus-elus perutnya. Dia bisa melihat bahwa Kaguya begitu keibuan. Dia pun menyentuh bahu Kaguya. Kaguya menoleh padanya dan tersenyum.

"Anak itu pasti bahagia punya ibu yang penyayang sepertimu."

"Terima kasih."

Pintu lift terbuka saat sampai di lantai yang dituju. Danzo mendorong kursi roda yang diduduki Kaguya ke ruangan Tsunade. Tsunade terkejut melihat kedatangan keduanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Woman in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang