17.

180 8 0
                                    

Naruto memangku Menma, menunggui Kaguya yang sedang berdandan untuk berpesta. Hanya pesta antar kolega biasa, namun Kaguya berdandan istimewa. Seperti biasa, gaun panjang berbelah dada rendah dipakai oleh istrinya, lalu hiasan liontin di dahi istrinya membuat Naruto terperangah. Mulutnya ternganga lalu berbicara dengan balita kecilnya, Menma.

"Wah, lihat itu... Momy cantik sekali. Nanti malam, Menma tidur sama kak Hanggaromo dan Himura saja, ya. Jangan ganggu Momy dan Dady."

Mendengar itu, Kaguya mendelik. "Anata, jangan berpikir aneh-aneh."

"Aneh-aneh bagaimana, Hime? Aku suamimu. Melihatmu dandan cantik untuk pesta seperti ini, membuatku ingin mencumbumu."

Kaguya menghela nafas. " Berhenti bicara yang tak bermutu di depan Menma. Dia sudah mulai suka meniru-niru kita."

Kaguya akhirnya berdiri, lalu berjalan menuju Naruto. Mulut Naruto semakin ternganga melihat jalan Kaguya yang begitu anggun. Hingga Kaguya duduk di sisi Naruto. Senyuman pria itu semakin lebar saja.

"Memang tempatmu hanya di sisiku, Hime."

Menma langsung merangkak ke arah Kaguya. Balita itu rupanya pengen menyusu. Kaguya segera membaringkan Menma di pangkuannya dan menurunkan kerahnya. Jadilah Menma langsung mengenyot payudara Kaguya dengan rakus.

Melihat itu, Hati Naruto jadi hangat. Dia merangkul Kaguya, mencium pelipisnya sambil tangan yang lain mengelus pipi Menma.

"Dia sekarang gampang sekali menyusu. Padahal tadi sudah habis bubur dan jus buah."

"Menma sedang tumbuh, Hime."

Kaguya tersenyum. Dia mencium dahi Menma dan mengelus pahanya. Mata Menma semakin meredup.

"Biar aku susui sampai tidur dulu. Bisa tolong ambilkan perlaknya, Anata. Pasangkan di bawah pantatnya."

"Oh," Naruto segera menuju baby box dan mengambil perlak. Dia menata perlak seperti yang diperintahkan Kaguya. Setelah itu merangkul Kaguya lagi. Naruto menatap Kaguya lagi. Dia memang betah menatap Kaguya ketika menyusui Menma.

"Kau menatap kami lagi, Anata." Desah Kaguya.

"Aku senang melihat kalian. Kalian rumahku."

Tangan Kaguya yang tadinya menepuk-nepuk paha Menma, bergerak mengelus pipi Naruto. "Terima kasih atas cinta yang kau berikan pada kami, Anata."

Naruto mempererat rangkulannya lalu mendesah lega. "Kita sudah sampai di titik ini. Aku tidak menyangka. Aku akan berusaha agar rumah tangga ini tetap kokoh. Hime, bagaimana jika kita kembali ke manshion Namikaze? Kita bawa maid dari sini."

"Kita tunggu Menma besar, Naruto. Aku tidak ingin ada jarak antara Menma dengan kakak-kakaknya."

"Ehm.. Baiklah."

"Kenapa? Apakah kau risih tinggal di sini? Aku terlalu memaksa, ya?"

"Bukan begitu. Dimana pun kalian tinggal, di situ aku tinggal."

Kaguya merebahkan kepalanya di dada Naruto. "Jangan hiraukan ucapan orang, Anata. Kau sedang berjuang untuk karier kedokteran dan akademisi. Fokus saja pada hal itu. Jangan dengarkan omongan orang yang bilang kau menumpang hidup padaku. Lagipula, apa salahnya jika seperti itu? Kau suamiku. Sedang berjuang dan aku sebagai istri menyokongmu. Bukankah itu tugas seorang istri?"

"Ya, kau benar, Hime. Terima kasih telah mendukungku selama ini."

Kaguya merasakan bahwa gerakan mulut Menma semakin lemah. Balita itu semakin tertidur. Sementara orang tuanya saling menyelami perasaan masing-masing. Hingga Kaguya yakin bahwa Menma benar-benar tertidur, Kaguya berbisik pada Naruto. "Putramu sudah tidur. Bawa ke kamar bayi dan panggil Nany-nya. Kita berangkat setelah ini."

Woman in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang