Hinata menggeleng. Kurenai meletakkan makanan di nakas lalu duduk di tepi ranjang. Hanabi masih menepuk-nepuk pundak kakaknya. Kurenai mengelus perut Hinata dan Hinata semakin menangis pedih.
"Kau harus tetap makan demi bayi dalam kandunganmu, Hinata."
Hinata terisak sampai nafasnya sesak. Kurenai memeluknya. Dia berjanji, akan membela Hinata untuk mempertahankan bayi itu.
Dan, pada malam itu, pertama kalinya rumah Hiashi dihiasi oleh pertengkaran Hiashi dan Kurenai karena Hinata. Mereka bahkan berpisah kamar.
Hiashi akhirnya mengalah. Dia bersedia menerima calon cucunya itu. Namun, dia akan sekuat tenaga menyembunyikannya. Dia juga aksn memisahkan Hinata dari Toneri.
Hiashi menemui Toneri satu bulan kemudian. setelah pria itu benar-benar sadar. Di kamar pasien itu juga ada Ishinki Otsusuki., ayahnya. Dan Toneri memohon untuk dipertemukan dengan Hinata.
"Percayalah padaku, paman. Aku tidak memperkosanya. Ksmi saling mencintai."
"Hinata Hyuga masih syok," kata imura, "Dia adalah korban disini. Akan lebih baik jikan anda menjauh dari korban.:
"Korban apanya?. mereka kekasih." Elak Ishinki.
"Paman, Hinata sedang hamil sekarang. Aku mohon... aku sangat ingin menemuinya. Dia sedang mengandung anakku."
"Anak apa?" desah Hiashi. "Hinata pendarahan saat menemukanmu tergeletak di kamar mandi." Hiashi berbohong. Tapi... Sumpah mati, dia begitu ingin agar hal itu terjadi.
Toneri terkesiap mendengarnya. Mata yang terbelalak akhirnya menyendu, dia menangis tersedu-sedu. Pria itu begitu menyedihkan di mata Hiashi.
Hinata merawat kandungannya dalam kesedihan. Hiashi melarangnya menemui Toneri. Dia bahkan mengungsikan Hinata di desa terpencil. Hanya seorang nenek bernama Chiyo, orang kepercyaan Hiashi, yang menemani Hinata. Nenek itu adalah seorang bidan senior Hyuga. Sangat jago menyimpan rahasia pasien. Apalagi, Hiashi mengatakan bahwa dia akan mencari pengadop bagi cucunya itu. Dan nenek Chiyo bisa menemukan pasangan yang cocok untuk bayi itu.
Sehari-hari Hinata hanyalah termenung, memandang gunung yang menjulang di langit. Background desa yang asri itu. Dia mengelus perutnya. Mulai ada lekukan di perutnya dan dia tahu bahwa bayinya semakin sehat.
"Hime sayang. Waktunya makan." Sapa nenek Chiyo sambil membawa nampan. Hinata mendekatinya perlahan dan duduk di depan meja, tempat Chiyo meletakkan nampan.
"Makan yang banyak, ya?" Chiyo mengelus kepala Hinata saat Hinata mulai memakan makanannya.
"Kau sangat cantik. Jika bayi ini perempuan, dia akan cantik sepertimu."
Hinata mengamati wajah Chiyo."Nenek... bisakah aku membesarkan bayi ini sendiri?"
"Tidak bisa, Sayang. Kau dengar sendiri keputusan ayahmu, bukan?"
Air mata Hinata menetes."Kenapa semua harus menuruti Ayah?"
"Karena ini yang terbaik, Sayang."
Hinata menunduk sedih lagi. Seperti itulah Hinata setiap harinya. Hingga usia kandungannya semakin tua.
Di usia kandungannya yang ketujuh bulan, Kurenai datang bersama Hanabi serta Mirai dan Hiroshi. Mereka membawakan perlengkapan bayi. Hinata tampak sumringah menerima itu semua. Dia menatanya di rak rendah. Bersiap-siap akan kelahiran bayinya.
Kurenai memeluknya. Hinata tersenyum saat Kurenai mengelus perutnya. "Cucuku rupanya tumbuh sehat di dalam sini."
Hinata menggenggam tangan Kurenai,"Mama... bagaimana rasanya melahirkan? Apakah itu sakit? Apa yang harus kulakukan?"