Kaguya mengelus perutnya. Dia sudah duduk selama berjam-jam dalam posisi itu. Air matanya mengalir. Dia masih melamunkan awal mula hubungannya dengan Naruto.
Hanya sebuah kata cinta dari bibir pria itu dan Kaguya menyerahkan segalanya. Kaguya hanya mengetes dalamnya air waktu itu. Dia hanya ingin menguji pesonanya. Dia hanya ingin membuktikan apakah perkataan Tenji benar. Bahwa dia adalah wanita tua yang tidak menarik.
Namun, nyatanya pesonanya mampu menjerat residen muda yang tampan seperti Naruto. Dia akui, dia menikmati itu. Perlakuan Naruto padanya begitu lembut, dia bahkan tergolek di atas lantai yang dingin waktu itu, sementara Naruto menikmati tubuhnya dengan nafas mgos-ngosan, sama seperti dirinya yang juga meleguh tak tahu malu.
Dia semakin mabuk, terbang di atas awan, diantara sentuhan-sentuhan mesum yang dilakukan oleh Naruto. Hingga benih pria itu menyembur ke dalam rahimnya, disambut oleh cairan cintaya yang meledak seperti jeritannya.
Naruto ambruk di dadanya. Tubuh mungilnya harus menerima kekarnya tubuh Naruto di atasnya. Dan dia mendekap erat, lalu mengelus pungung pria itu.
"Oh...Kau hebat. Pria yang hebat."
Nauto terkekeh di telinganya. Mengingat statusnya sebagai istri dan ibu dari dua orang anak, dia berkata pada Naruto,"Sekarang pergilah. Ini waktunya kau pergi, bukan?"
Naruto mengangkat tubuhnya. Ada kekecewaan di mata pria itu saat akhirnya dia melepaskan batangnya dari dalam tubuh Kaguya. Naruto duduk di samping Kaguya yang masih terbaring di lantai. Kaguya bahkan memalingkan muka darinya.
Naruto merasa gundah. Kaguya tahu itu. Pria itu memakai pakaiannya kembali. Memberesi alat lukisnya dan akhirnya meninggalkan ruang studi itu. Kaguya meringkuk, menangis sesenggukan, karena merasa mengkhianati pernikahannya.
Hari-hari berikutnya, Naruto berulah. Banyak kesalahan yang dia lakukan sebagai residen di rumah sakit. Kaguya selalu memarahinya. Namun, entah ada saja ulahnya. Seolah disengaja untuk membuat Kaguya jengkel.
"Jika kau seperti ini terus, kau tidak akan lulus uji kompetensi!"
"Apa perdulimu aku lulus atau tidak!"
Naruto pergi begitu saja. Kaguya terkejut karena Naruto membentaknya balik. Dia hanya bisa memandang hampa punggung Naruto.
Masalah Shion datang lagi. Wanita itu datang ke rumah sakit dengan keluhan dalam rahimnya. Naruto sebagai residen yang tugas jaga malam akhirnya tahu perselingkuhan Tenji. Shion hamil lagi padahal putrinya masih balita dan pertengkaran dengan Tenji membuat kamdungannya keguguran.
"Maafkan saya, Nyonya... maafkan saya." Shion hanya bisa menangis pedih..
Air mata Kaguya mengalir. Naruto melihat itu dan merasa trenyuh juga.
"Kalian masih berhubungan. Himura merelakan uang sakunya untuk putrimu karena Tenji tidak mau menafkahimu sementara kau masih berhubungan dengannya?"
"Dia... ada kalanya dia begitu lembut... dan.."
"Hentikan! Apakah kau tak tahu malu?"
Kaguya berbalik,"Naruto, Minta profesor Tsunade menanganinya! Aku sudah tidak obyektif lagi jika menanganinya."
Kaguya meninggalkan kamar Shion. Dia menangis seorang diri di rooftop dan Naruto entah bagaimana tahu kalau dia di sana.
"Bagaimana kau tahu kalau aku di sini?"
"Aku tahu .. itu saja..."
Naruto mendekatinya, mengelus pipinya. Dia mendongak, menatap mata Naruto dan pria itu terpancing. Pria itu menurunkan wajahnya, lalu mencium bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman in Love
FanfictionSiapa yang bisa menasihati wanita yang sedang jatuh cinta?