two

1.3K 162 10
                                    

"Ayah!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah!"

Jaemin mengerjapkan matanya yang buram, barusan adalah suara favorit Jaemin. Malaikatnya tengah mengusik tidur nyenyak nya.

"Biarkan ayah tidur, Jisung-ah.." kata Jaemin menulikan pendengarannya. "Ini kan hari Minggu."

Jisung. Bocah laki - laki berusia 5 tahun, yang biasa dipanggil Jisungie adalah putera yang Jaemin adopsi lima tahun yang lalu, tepat dihari ulang tahunnya yang ke 30.

Meski sempat diragukan, tapi Jaemin berhasil merawat Jisung sendirian selama lima tahun belakangan ini. Oleh karena itu, Jaemin memutuskan untuk tetap tinggal bersama kedua orangtuanya.

Apa standar hidup setelah berusia 35 tahun? Memangnya tidak lelah hidup berdasarkan standar hidup orang lain?

Sebenarnya tidak ada yang berbeda dari Jaemin yang dulu dan Jaemin yang sekarang, dia tetap pendiam dan juga tidak suka bersosialisasi, juga masih tinggal bersama ayah dan bundanya.

Hidupnya masih flat dan monoton karena dia masih melajang di usianya yang lewat kepala tiga. Satu hal yang membaik, Jaemin sudah jauh lebih mapan. Sejak dulu menabung gaji untuk menikah, tapi sampai sekarang uangnya belum juga terpakai.

Sang bunda sangat perhatian, membantu menjaga Jisung disaat Jaemin sibuk dengan pekerjaannya di kantor.

"Tapi Ayah janji mau belikan Jisungie jajan." Pekik sang putera heboh tepat di telinga kanan Jaemin.

Jaemin menutup kedua telinganya. "Kan bisa nanti siang, jagoan.."

"Maunya sekarang!"

Jaemin menghela nafasnya pasrah. "Kamu sarapan sana, Ayah mandi dulu."

****

"Pagi bun."

Jaemin mendudukkan dirinya di kursi, menikmati sepiring nasi goreng yang sudah bundanya siapkan di meja makan.

"Aduh aduh, anak Ayah semangat banget makannya." Goda Jaemin saat melihat Jisung makan sendiri dengan tenang tanpa berlarian seperti biasanya. "Biasanya makan disuapin nenek."

"Iya dong, kan mau beli jajan."

Nyonya Na melirik Jaemin. "Jajan lagi?"

"Udah nggak papa bun, sekali - kali." Jawab Jaemin santai. "Lagian Jisung suka jajan."

"Itu sih gara - gara kamu, dia jadi kebiasaan." Bantah Nyonya Kim. "Kalau sama bunda, Jisung nggak pernah tuh minta jajan. Iya kan, Jisungie?"

"Ya mau gimana lagi."

"Kamu tuh belum bisa mendidik anak!" Nyonya Na menggeleng ribut. "Makanya kamu cari istri!"

Jaemin mengerutkan dahinya. "Kok jadi istri?"

"Ya apa lagi dong? Kamu ganteng, udah mapan, jangan lupa kalau kamu tuh udah tua! Mau kamu jadi perjaka tua?"

"Jodoh di tangan Tuhan, bun."

"Kamu masih single kan?" Tanya Nyonya Na tanpa melihat kearah Jaemin. "Bunda punya temen, anaknya single juga. Siapa tau cocok sama kamu."

"Anak siapa lagi yang bunda mau jodohin sama aku?"

"Udah, kamu terima jadi aja."

BRAK

Jaemin menggebrak meja dengan sangat keras, Jisung pun sampai kaget hingga sendok makannya terlempar jauh entah kemana.

"Aku nggak mau!"

"Kamu itu bukan sekedar udah tua, Jaem." Jelas Nyonya Na dengan lembut. "Tapi kamu juga seorang ayah, Jisung butuh sosok ibu, Jaem."

Memang benar, Jaemin tidak menyangkal. Mungkin selama ini Jaemin egois, Jisung berhak mendapat kasih sayang seorang ibu.

Tapi Jaemin tidak bisa, dia belum siap untuk berumah tangga karena dia tidak bisa menikah tanpa cinta, apalagi menikah karena perjodohan. Jaemin tidak bisa.

"Jisungie sayang, kita beli jajan sekarang saja, bagaimana." Ajak Jaemin

Jaemin bergegas menggendong Jisung yang tampak bingung, keduanya berlalu dari ruang makan- meninggalkan Nyonya Na yang nampak pasrah.

To be continued

Istri Teman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang