"Lo oke, jaem?"
Semenjak kepulangan Jeno beberapa menit yang lalu. Jaemin tidak mengatakan sepatah katapun.
Hendery tidak begitu memahami situasinya, namun ia menduga duga semua ini ada hubungannya dengan sang adik, Renjun.
Hendery menyadari ketidaknyamanan Jaemin selama Jeno ada disini bersama mereka, juga setelah Jaemin tau kalau Jeno adalah suami Renjun.
Hendery menduga sahabatnya ini menyimpan perasaan untuk sang adik.
"Gue harus gimana, hen?" Ucap Jaemin lirih, lebih terdengar seperti bisikan. "Gue harus gimana?"
"Cerita ke gue dong."
"Gue yakin habis ini lo bakal nggak mau ketemu gue lagi." Jaemin tersenyum getir. "Kalau lo tau yang sebenarnya. "
"Gue janji, gue bakalan netral."
Jaemin menatap Hendery dengan tajam. Mencari kebohongan dalam diri Hendery. Namun Hendery tampak serius dengan ucapannya.
"Sebenernya ada apa sih?"
"Gue suka sama adek lo!" Jawab Jaemin penuh emosi. "Gue cinta sama Renjun!"
"JAEM!"
Hendery tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Semua tergambar jelas di raut wajahnya.
Jaemin tersenyum kecut. "Kenapa? Udah benci sama gue?"
Hendery menenggak minumannya sekali teguk. Nafasnya berderu, entah. Ingin marah marah rasanya.
Tapi Hendery berusaha menahan amarahnya. Semua hal di dunia ini terjadi karena suatu alasan. Hendery ingin mendengar Jaemin menyelesaikan ceritanya.
"Gue nggak akan marah sekarang." Ujar Hendery berusaha tenang. "Gue mau lo cerita sampai selesai, jaem."
Jaemin menatap Hendery tidak mengerti. Reaksi Hendery benar - benar di luar perkiraan Jaemin.
"Gue ketemu Renjun sepuluh tahun lalu. Dia baik, gue suka sama dia. Tapi gue nggak pernah ketemu dia lagi."
Jaemin mengambil jeda dalam ceritanya.
"Sepuluh tahun gue nunggu. Siapa tau ketemu lagi, tapi ternyata rencana Tuhan lain. Renjun jadi istri sahabat gue."
Hendery menatap Jaemin prihatin.
"Gue pikir gue ga bakalan bisa nikah, hen. Karena gue cuma pingin nikah sama Renjun. Kenapa gue angkat anak? Ya karena gue nggak ada kepikiran sama sekali buat nikah."
"Jaem."
"Sampe hari pas gue ketemu sama Renjun di supermarket sama lo. Gue lari nemuin Renjun, sampe lupa anak gue. Secinta itu gue sama adek lo."
Jaemin tidak melepaskan pandangannya dari Hendery. Sepercaya diri itulah dirinya, memberitahu Hendery seberapa besar ia sayang pada Renjun.
"Lo harus tau hari - hari gue yang penuh harapan, setelah ketemu Renjun lagi. Untuk sekian lama akhirnya gue pingin berkeluarga, hen."
Hendery bingung, dia tidak tau.
"Lo tau? Gue bahkan pernah diposisi nyesel udah ngadopsi anak gue. Lo tau kenapa, hen? Karena ayah lo keliatan mandang gue rendah karena gue udah punya anak."
Hari itu saat Jaemin dan Jisung berkunjung ke rumah Renjun. Saat Tuan Huang memandang remeh dirinya, Jaemin tidak pernah lupa.
"Gue udah ngenalin Renjun ke keluarga gue, hen."
"Yang bener lo, jaem?"
"Gue juga udah pernah ngajak Renjun nikah, bangun keluarga kecil sama - sama. Tapi jawabanya nggak jelas. Ngawang, gantung, abu - abu. Ternyata itu semua karena dia udah punya keluarga kecil sendiri. ANJING!! Gue nggak tau kalau dia istrinya Jeno."
"Lo kemana jaem pas pernikahan Jeno sama Renjun?"
"Gue di kantor aja. Gue bohong tadi, bilang gue tugas keluar kota "
"Kenapa?"
"Karena gue nggak pernah diundang. Jeno menggebu - gebu ngundang gue. Tapi undangannya nggak pernah sampe ke tangan gue. Mungkin lo nggak tau, tapi Tuan Lee nggak suka kalian berteman sama orang miskin kaya gue."
"Jaem-"
"Semuanya udah gue ceritain." Kata Jaemin dengan lebih tenang. "Sekarang terserah lo mau nilai gue gimana."
Hendery bergeming. Cinta memang buta, perasaan memang tidak bisa dipaksa. Hendery tidak tau harus memihak siapa.
"Kalau nggak ada yang mau lo tanyain lagi gue cabut!"
Jaemin bergegas mengemasi barang - barang dan bersiap meninggalkan restoran.
"Jaem- lo.. nggak mau tau soal pernikah mereka?"
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Teman
Fanfiction[JAEMREN] [BL] Bersakit - sakit dahulu, dapat janda anak satu kemudian 🤲🏻 Keluarga empat orang [Jaemin, Renjun, Jisung, Chenle] + Jeno