twenty five

413 91 5
                                    

Setelah selesai makan siang, mereka semua kembali berjalan menyusuri wahana-wahana yang ada di taman hiburan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah selesai makan siang, mereka semua kembali berjalan menyusuri wahana-wahana yang ada di taman hiburan.

Langkah mereka membawa mereka melewati rumah hantu, sebuah bangunan yang terlihat menyeramkan dengan dekorasi gelap dan musik mengerikan yang terdengar samar-samar.

Dari luar juga terdengar teriakan pengunjung yang masuk.

"Jisung takut hantu!" ejek Chenle dengan wajah penuh tawa.

"Aku tidak takut! Kamu yang takut hantu!" balas Jisung dengan marah.

"Kalau gitu ayo kita masuk!" Tantang Chenle.

Jisung mengangguk. "Siapa takut!!"

Melihat perseteruan kecil ini, Renjun menggelengkan kepala sambil tertawa kecil. "Anak-anak, rumah hantu itu menakutkan. Kalian pasti tidak akan suka di dalamnya."

Namun, kedua anak itu tetap keras kepala. "Kami berani! Kami mau masuk!" seru mereka hampir bersamaan.

Jaemin menepuk bahu Renjun dan berbisik, "Sepertinya kita harus membiarkan mereka mencoba, meskipun hanya sebentar."

Renjun menghela napas panjang. "Baiklah, tapi kita harus mendampingi mereka. Jangan sampai mereka benar-benar ketakutan."

Dengan keputusan bulat, mereka semua masuk ke rumah hantu.

Ketika mereka sampai di depan rumah hantu, Jisung dan Chenle langsung menarik tangan Jaemin.

"Ayo, ayo beli tiketnya!" seru mereka dengan semangat, meskipun ketakutan tersirat di mata mereka.

Jaemin hanya bisa tersenyum dan mengikuti, kedua anak itu tidak melepaskan tangannya sama sekali.

Renjun melihat adegan itu dengan sedikit khawatir. "Haruskah kita menyusul mereka?" tanyanya.

Jeno mengangguk. "Iya, kasihan kalau Jaemin sendirian di dalam dengan anak-anak."

Setelah membeli tiket, mereka semua masuk ke dalam rumah hantu.

Begitu memasuki kegelapan, suasana langsung berubah mencekam. Cahaya redup dan suara-suara menyeramkan mulai terdengar.

Jisung dan Chenle, yang tadi bersemangat, sekarang mulai merapat ke Jaemin, memegang erat lengannya.

"Ayah, aku takut." bisik Chenle, sementara Jisung memeluk erat kaki Jaemin.

Jaemin mencoba menenangkan mereka, "Tidak apa-apa, Ayah ada di sini."

Ketika mereka berjalan lebih dalam, patung-patung hantu mulai bergerak dan mengeluarkan suara mengerikan.

Setiap kali ada hantu muncul, Jisung dan Chenle berteriak dan merapat lebih dekat ke Jaemin. Akhirnya, Jaemin menggendong keduanya, satu di setiap lengan.

"Tenang saja, kita hampir selesai." kata Jaemin sambil berusaha tetap tenang.

Sementara itu, di belakang, Renjun dan Jeno mengikuti dengan hati-hati.

Istri Teman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang