Langit masih gelap ketika Jaemin menghentikan mobilnya di depan rumah Renjun. Cahaya lampu jalanan yang redup menerangi wajahnya yang penuh kelelahan.
Renjun mengangguk kecil sebagai ucapan terima kasih sebelum membuka pintu mobil dan melangkah keluar.
Di teras rumah, tampak kedua orangtua Renjun dan suaminya, Jeno, berdiri dengan wajah tegang.
Mereka telah menunggu kepulangan Renjun dengan cemas. Tuan Huang tampak paling khawatir. "Renjun! Kenapa pulang selarut ini? Kami semua sangat khawatir!"
"Ayah, maaf Renjun pulang terlambat. Ada sedikit masalah tadi."
Jeno hanya diam, ini semua salahnya.
Tuan Huang melihat ke arah Jaemin dengan curiga. "Siapa laki-laki ini? Kenapa dia yang mengantarmu pulang?"
Renjun tentu tidak ingin Jaemin dapat masalah. "Mas lebih baik Mas pulang saja."
Jaemin setuju, bagaimanapun ini masalah keluarga dan Jaemin hanya orang luar.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Renjun?" Sepeninggalan Jaemin, Nyonya Huang memandang Renjun dengan prihatin. "Kenapa tidak kembali bersama Jeno? Kenapa baru kembali saat hari hampir pagi?"
"Renjun benar-benar minta maaf. Tolong beri waktu untuk menenangkan diri."
Renjun masuk ke dalam rumah, suasana di dalam sedikit tegang. Renjun memandang orangtuanya dengan tatapan penuh makna sebelum mengajak Jeno bicara empat mata di kamarnya.
Kedua orangtuanya mengerti dan membiarkan mereka berdua.
Renjun menatap Jeno dengan serius. "Mas, kita perlu bicara."
"Apa lagi yang ingin kamu bicarakan?" Jeno menghela napas, kemudian duduk di sofa. "Bukankah sikap Mas sudah jelas?"
Renjun menunduk sejenak sebelum mengumpulkan keberanian. "Aku tidak bisa terus begini, Mas. Aku ingin kita berpisah."
"Renjun, berhenti meminta perpisahan. Pikirkan Chenle. Kita tidak bisa bercerai, bagaimana dengan anak kita?"
"Aku sudah memikirkan semuanya. Aku tidak ingin Chenle tumbuh dalam keluarga yang terus-menerus bertengkar. Itu tidak baik untuknya."
Jeno memegang tangan Renjun. "Tolong, Renjun. Mas tahu Mas menyakitimu, tapi Mas bisa berubah. Demi Chenle, kita bisa memperbaiki ini."
Renjun menarik tangannya, suara bergetar. "Mas, aku sudah mencoba. Tapi kali ini aku sudah lelah."
"Renjun, Mas mencintai Chenle. Mas tidak bisa membayangkan hidup tanpa kamu dan anak kita."
"Aku juga mencintai Chenle, dan karena itulah aku ingin dia melihat bahwa orang tuanya bisa bahagia, meski itu berarti kita harus berpisah. Aku harap Mas bisa mengerti."
Jeno menggeleng. "Mas masih tidak bisa menerima ini, Ren. Apa yang akan kamu katakan pada Chenle? Bagaimana dia akan mengerti?"
"Mas, pikirkan masa depan Chenle. Jika kita terus bersama, dia akan tumbuh dengan melihat kita bertengkar setiap hari. Dia akan belajar bahwa hubungan seperti ini normal, padahal tidak. Kita perlu memberinya contoh yang baik tentang cinta dan kebahagiaan, meskipun itu berarti kita harus berpisah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Teman
Fanfiction[JAEMREN] [BL] Bersakit - sakit dahulu, dapat janda anak satu kemudian 🤲🏻 Keluarga empat orang [Jaemin, Renjun, Jisung, Chenle] + Jeno