twenty eight

331 82 4
                                    

Di rumah keluarga Na, sinar matahari siang yang cerah menerobos melalui jendela, menciptakan pola cahaya yang hangat di lantai ruang tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di rumah keluarga Na, sinar matahari siang yang cerah menerobos melalui jendela, menciptakan pola cahaya yang hangat di lantai ruang tamu.

Di tengah-tengah ruangan itu, Jaemin duduk bersama orangtuanya, Tuan dan Nyonya Na di sofa yang nyaman.

Meskipun suasananya damai, wajah Jaemin terlihat penuh beban.

Jaemin merasakan detak jantungnya semakin cepat saat ia mulai berbicara. "Pa, Ma, Renjun ingin kami menikah tahun ini. Aku ingin melamarnya, tapi aku merasa belum sepenuhnya siap. Bagaimana menurut Ayah dan Ibu?"

Tuan Na menatap anaknya dengan penuh perhatian. "Jaemin, menikah adalah langkah besar. Jika kamu mencintai Renjun dan siap bertanggung jawab, kami mendukungmu. Tapi ingat, keputusan ini harus datang dari hati kamu sendiri."

Nyonya Na mengangguk setuju. "Kamu harus yakin dengan keputusanmu. Jangan ragu untuk meminta bantuan kami kapan saja. Yang terpenting adalah kamu dan Renjun bahagia. Jangan biarkan keraguan menghalangi mu jika hatimu sudah mantap."

Jaemin menghela napas dalam-dalam, merasa lega mendengar dukungan orangtuanya. Meskipun rasa gugup masih menyelimuti hatinya, dia merasakan beban yang sedikit terangkat. "Aku benar-benar mencintai Renjun, dan jika dia ingin kita menikah tahun ini, aku siap. Aku hanya ingin memastikan aku membuat keputusan yang tepat."

Tuan Na tersenyum lembut. "Kami tahu kamu akan membuat keputusan yang bijaksana. Pernikahan adalah tentang komitmen dan kerja sama. Pastikan kamu dan Renjun selalu berkomunikasi dengan baik dan saling mendukung."

Nyonya Na menambahkan, "Ingat, dalam pernikahan, kalian akan menghadapi banyak tantangan. Tetapi jika kalian saling mencintai dan mendukung, kalian akan mampu mengatasinya bersama. Kami selalu ada untuk kalian."

Dengan rasa percaya diri yang baru, Jaemin mengangguk. "Terima kasih, Ayah, Ibu. Aku akan berbicara dengan Renjun dan meminta restu kalian."

Tuan dan Nyonya Na saling bertukar pandang sebelum Tuan Na berkata, "Kami merestui kalian, Jaemin. Semoga kalian berdua selalu bahagia dan harmonis."

Jaemin merasa hatinya hangat oleh restu dan dukungan dari orangtuanya. Dengan langkah yang lebih ringan, dia bersiap untuk melangkah ke tahap berikutnya dalam hidupnya bersama Renjun.

Keesokan paginya, Jaemin bangun lebih awal dari biasanya.

Matahari baru saja mulai menyinari langit, memberikan cahaya lembut yang meresap melalui jendela kamarnya.

Ini adalah salah satu hari paling penting dalam hidupnya, hari di mana dia akan meminta restu orangtua dari orang yang dia cintai.

Dia merasa campuran antara gugup dan penuh harap, tetapi dia tahu ini adalah langkah yang harus dia ambil.

Setelah berpakaian dengan rapi, Jaemin melihat Jisung yang masih mengantuk, berdiri di pintu kamar.

Jisung meskipun hanyalah putra angkat Jaemin, namun dirinya sangat berarti bagi Jaemin.

Istri Teman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang