Sudah seminggu berlalu sejak Jaemin dan Renjun terakhir kali bertemu.
Dalam seminggu ini, komunikasi mereka terhenti.
Hanya ada kesunyian dan kerinduan yang mengisi hari-hari Jaemin.
Setiap malam, saat dia berbaring di tempat tidurnya, pikirannya dipenuhi oleh bayangan wajah Renjun, senyumnya, dan kehangatan pelukannya.
Kerinduan itu semakin mendalam, merayapi setiap sudut hatinya hingga terasa menyesakkan.
Di rumah, Jisung juga merasakan ketegangan ini.
Jaemin harus menjawab pertanyaan Jisung yang sering bertanya tentang Mama Renjun, dan Jaemin hanya bisa menjawab dengan senyuman yang dipaksakan, berusaha menenangkan anaknya sementara hatinya sendiri penuh dengan kegelisahan.
Setiap kali Jaemin mengantar Jisung ke sekolah, dia berharap bisa melihat Renjun atau Chenle.
Namun, setiap kali yang dia temui hanyalah pengasuh dan supir yang datang menjemput Chenle.
Ketiadaan Renjun membuat kerinduan Jaemin semakin membara. Dia merasa kehilangan bagian penting dari hidupnya, bagian yang membuatnya merasa utuh.
Jaemin sering duduk merenung di kantornya, memandangi ponselnya, menunggu pesan atau panggilan dari Renjun yang tak kunjung datang.
Dia ingin sekali menghubungi Renjun, tetapi dia juga tahu bahwa Renjun sedang berjuang untuk meyakinkan orangtuanya. Renjun pernah memintanya untuk menunggu, untuk memberi waktu, dan Jaemin berusaha keras untuk menghormati permintaan itu.
Namun, setiap hari yang berlalu tanpa kabar dari Renjun membuat Jaemin semakin tersiksa oleh rasa rindu.
Kerinduan ini begitu kuat hingga kadang membuatnya sulit untuk fokus pada pekerjaannya.
Setiap detik terasa begitu lambat, setiap menit tanpa Renjun seperti menambah beban di hatinya.
Jaemin tahu bahwa dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu.
Dia percaya pada cinta mereka, pada kekuatan hubungan mereka. Dia tahu bahwa Renjun sedang berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan restu dari orangtuanya. Tetapi, ketidakpastian ini membuatnya merasa terjebak dalam kesepian yang dalam.
Malam hari adalah saat yang paling berat bagi Jaemin. Ketika semua orang sudah tidur dan keheningan menyelimuti rumah, rasa rindunya pada Renjun semakin menyiksa. Dia sering terjaga, menatap langit-langit kamar sambil mengenang saat-saat indah bersama Renjun.
Di sekolah, Chenle yang biasanya ceria kini terlihat lebih diam. Ketika Jaemin melihat Chenle dari kejauhan, hatinya semakin terasa perih. Dia ingin menghampiri dan memeluk Chenle, tetapi dia tahu bahwa dia harus menahan diri. Dia harus menunggu Renjun menyelesaikan masalah ini.
Jaemin hanya bisa menunggu, berharap, dan menahan rindunya.
Pagi itu, hari Minggu, Jaemin baru saja bangun dan sedang menikmati secangkir kopi di ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Teman
Fanfiction[JAEMREN] [BL] Bersakit - sakit dahulu, dapat janda anak satu kemudian 🤲🏻 Keluarga empat orang [Jaemin, Renjun, Jisung, Chenle] + Jeno