"Maksud lo apa nanya kaya gitu ke gue?"
Jaemin menatap Hendery penuh tanya. Mata sendunya terus mengejar mencoba mencari apa yang sebenernya Hendery ini inginkan.
"Lo- lo nggak mau tau gimana kehidupan rumah tangga Jeno sama Renjun?"
Jaemin menatap Hendery dengan mimik yang tidak- yang jelas Jaemin merasa bingung setengah mati, apa yang sebenarnya Hendery mau.
Sudah barang tentu urusan rumah tangga Jeno dan Renjun itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan Jaemin. Lantas mengapa Hendery seolah ingin menyeret Jaemin masuk dan ikut campur?
"Buat apa gue tau soal pernikahan mereka?"
Hendery mengalihkan pandanganya ke luar, tiba - tiba dirinya di landa kebingungan karena pada kenyataannya Hendery juga tidak yakin dengan langkah yang ia ambil.
"Karena- karena menurut gue lo berhak tau."
Jaemin yang sudah berdiri dari tempat duduknya- bersiap untuk meninggalkan sang sahabat, terpaksa duduk kembali karena ia merasa- seperti ada kesempatan?
"Langsung ke intinya. Gue nggak paham maksud Lo apa, Hen."
Hendery tidak bisa menjawab. "Gu- gue."
Seperti ada harapan, namun kemungkinan besar kekecewaan yang datang.
"Mau lo apa sih, Hen? Tolong jangan bikin gue besar kepala karena seolah-olah lo ada di pihak gue. Kalau lo ga yakin sama tindakan lo sendiri- please stop! Jangan bikin gue ke gr an."
"Lo dengerin dulu gue cerita." Ujar Hendery menenangkan Jaemin yang nampak tidak stabil emosinya. "Tenangin diri lo dulu, gue harap lo bisa menanggapi cerita gue dengan kepala dingin."
Hendery menarik nafas panjang, dan menghembuskan nya dengan helaan nafas panjang. Dengan berat dia mulai bercerita-
"Sebenernya semuanya itu ide bokap- bokap gue yang pertama kali bikin rencana perjodohan antara Renjun dan Jeno. Siapa sangka Tuan Lee menerima perjodohan itu tanpa penolakan sama sekali."
Jaemin hanya diam mendengarkan.
"Lo tau nggak, Jaem? Bokap gue nggak ngomong sama sekali soal rencana perjodohan itu. Tanpa punya pilihan, mau nggak mau- Renjun akhirnya menerima Jeno untuk jadi suaminya. Sejak saat itu sampai hari ini- gue merasa bersalah karena Renjun terpaksa harus nikah. Setiap malem gue kepikiran, gue nggak bisa berhenti mikirin apa Renjun bahagia, apa Jeno nge treat Renjun dengan baik? Mereka kan nggak saling mencintai. Meskipun kelihatannya harmonis. Tapi mau Renjun ataupun Jeno mereka tertutup."
Jaemin mulai goyah.
"Belum lagi. Setelah Chenle lahir."
Jaemin mengernyit. "Chenle?"
"Anak mereka namanya Chenle. Setelah Chenle lahir gue rasa makin susah Renjun buat pisah dari Jeno. Lo tau kan Jaem, Lo kan juga punya anak."
"Geu paham."
"Sedih banget gue, Jaem. Renjun adek gue satu - satunya. Seumur hidup itu terlalu lama, Jaem. Gue takut kalau ternyata dia bakal nanggung kesedihan sampai tua. Karena dia nggak pernah mau cerita."
Jaemin diam. Entah, dia mendadak tidak mengerti apa yang dia sendiri sedang rasakan. Rasa marahnya terkesampingkan digantikan rasa iba.
Jaemin meragukan haknya untuk marah. Mungkin benar, rasa sakit hatinya tidak akan pernah sepadan dengan betapa beratnya hidup Renjun menjalani pernikahan taboa rasa cinta. Hatinya jadi sedih. Sedih untuk Renjun.
"Sebenernya Renjun balik juga, karena rencananya mereka mau pisah. Tapi balik lagi, Jeno menolak dengan alasan Chenle- dan ya Renjun akhirnya nurut. Sebenernya Jeno baik, dia suami yang bertanggung jawab- tapi lo ngerti kan kalau mereka nggak saling mencintai?"
Jaemin hanya mampu terdiam.
"Pas gue denger cerita lo tadi- gue jadi kepikiran satu hal."
"Apa?"
"Mungkin Renjun ngerasa nyaman waktu sama lo. Jeno selalu sibuk, dia- ya mungkin lebih baik gue nggak cerita lebih jauh. Intinya gue mau cerita karena gue merasa mungkin Renjun bisa menemukan kebahagiaannya."
Jaemin pun mengangguk.
"Gue tau mungkin Lo sakit hati parah sama Renjun. Tapi kasihan dia-"
"Gue nggak marah kok sama Renjun."
Hendery mengangguk lega. "Thanks."
Jaemin menimbang apakah kiranya yang harus dia lakukan kemudian. Semuanya tidak mudah sekarang, mungkin juga orangtuanya yang semula setuju akan menarik restu untuk Jaemin dan Renjun.
"Terus lo mau gue gimana?"
Hendery menggeleng. "Nggak, gue gak berhak ngatur. Semua terserah lo, Jaem."
"Kalau gue- maju?"
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Teman
Fanfiction[JAEMREN] [BL] Bersakit - sakit dahulu, dapat janda anak satu kemudian 🤲🏻 Keluarga empat orang [Jaemin, Renjun, Jisung, Chenle] + Jeno