Tidak melulu tentang cinta, pernikahan juga mengajarkan arti kesabaran***
Hari ini akhirnya tiba. Hari yang Hazell tunggu beberapa tahun lalu, semasa dirinya masih berpacaran dengan Mario. Memantik akan dipersunting oleh lelaki yang mendekatinya dengan cara yang ekstrim ini.
Dulu Hazell yang bahkan belum lulus SMA selalu diuntit oleh Mario yang saat itu sudah menjadi mahasiswa. Hazell bukan gadis yang akan terpincut hanya karena diiming-imingi harta. Dia sempat menolak mentah-mentah Mario dan memberikan sumpah serapahnya. Tapi seperti karma, sebulan sejak kejadian itu, hatinya mulai luluh dengan kedewasaan lelaki itu yang sabar menghadapi kelakuannya yang kekanak-kanakan.
Tepat saat dirinya akan berangkat KKN waktu itu, Mario menyatakan cintanya, berjanji akan menunggunya pulang dan akan selalu menjaganya. Realistis saja, perempuan mana yang tidak goyang mendapat perlakuan seperti itu. Akhirnya Hazell luluh dan menjalani hubungan dengan status PACARAN.Bahkan Hazell sendiri tidak tahu dari mana Mario mengenal dirinya, dan kenapa malah memilih dirinya, disaat diluar sana banyak wanita yang lebih dalam hal apapun dibandingkan dirinya yang jutek dan galak itu.
"Calon pengantin dari tadi senyam senyum terus."
Hazell memejamkan matanya, bayangan masa lalu membuatnya melamun hampir selama proses make up.
"Apaan sih,"elak Hazell tersipu malu.
Kebaya white ice blue ini tampak cantik kala melekat pada tubuhnya. Dipadukan dengan rok batik dengan motif hitam menambah manis. Melati yang menjuntai sampai perutnya sejak tadi dielus lembut dengan senyum yang tidak hilang.
Cunduk mentul yang berjumlah lima juga sudah bertengger di kepalanya.Sangat cantik.
Hazell memuji penampilan sendiri yang terpantul dari cermin dihadapannya.Pernikahan diadakan dihotel Grandmax. Cabang hotel terbesar dan masih dibilang baru. Hotel yang dulunya juga menjadi tempat pernikahan Sarah. Karena memang luas hotel ini lebih luas dibandingkan cabang hotel Hericson lainnya yang berada di Jogja. Dan sekali lagi, ini juga ajang promosi.
"Cieee Mbak Hazell on the way jadi ibu-ibu,"ungkap Adel dengan cerianya, gadis itu muncul dari balik pintu bersama Rani dan juga Bayu.
"Yang mau belah duren emang beda hawanya,"celetuk Bayu mengedipkan sebelah matanya.
"Selamat ya Mbak,"ujar Rani memeluk Hazell.
"Uzam kemana, tidak ikut?"tanya Hazell saat netranya tidak menangkap sosok pria berkacamata tersebut.
"Mas Uzam pulang kampung, ibunya masuk rumah sakit,"jawab Adel dengan raut sedih yang sangat jelas.
"Semoga tidak terjadi apa-apa."
"Mbak Rani datang bersama mereka?"kini Havana ikut menimpali. Jujur saja dirinya kaget jika Rani sudah menikah, padahal wajahnya masih sangat baby face.
"Sama suami saya Mbak."
"Acaranya jam berapa Mbak,"tanya Bayu mulai melongok pergelangan tangannya. Dirinya merasa tidak nyaman satu ruangan bersama para wanita."
"Kalau tidak diundur jam 10 Bay."
"Saya mau keluar dulu."
"Silahkan."
***
Ballroom dihias seapik dan semawah mungkin. Hamparan bunga yang dipadukan dengan kristal yang bergantung menjadi pemandangan yang paling mendominan saat pertama kali menginjakkan kaki.
Nunasa putih yang dipadukan pada tembok silver, entah kenapa begitu cocok hari ini.
Anggota H.F hari ini turut hadir dalam acara, walaupun tidak semua organizer mereka yang pegang, malah mereka datang lebih ke menjadi tamu undangan.Tidak ada yang mengalahkan kebahagian Helena hari ini, bahkan Hazell yang menjadi calon pengantin pun kalah antusias dengan wanita setengah baya yang kini tampil cantik dengan kebaya ice blue senada dengan kebaya pengantin.
Hazell tak hentinya menyunggingkan senyum, hatinya berbunga-bunga bukan main, para kerabat wanita sejak tadi mengerumuninya didalam kamar. Kerabat jauhnya yang tinggal di Jakarta juga datang. Terlihat juga anggota keluarga Hericson berdatangan memenuhi ballroom yang tampak mulai sesak.
"Udah dimana Mario?"tanya Hamzah masuk dengan Jasen dalam gendongannya.
"Bentar lagi sampai."
Hamzah mengangguk mengerti, diiringi Arman dan beberapa sepupunya yang baru datang.
"Lo gak papa kan, gue nikah duluan,"Hazell tampak tidak enak melihat Hamzah yang sedang berbincang dengan Adel dan Rani.
"Santai."timpal lelaki itu mengusap punggungnya.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 09:20
Tapi keluarga Sujayanto tidak kunjung datang. Sujatmiko yang sejak tadi tampak sibuk mondar-mandir mulai gelisah seraya beberapa kali menempel benda pilih persegi panjang pada telinganya, berharap sang kakak segera datang dan meredam keributan yang mulai timbul akibat dirinya."Coba telfon lagi,"ujar Havana duduk dihadapannya. Jujur saja suasana hatinya yang tadi berbunga kini berubah menjadi kekhawatiran yang tak tertandingi.
"Gak diangkat Van,"cicitnya pelan.
"Gue keluar dulu ya, liat keadaan didepan.
"Oke."
Nyatanya tidak sebentar, hampir sepuluh menit sahabatnya itu tidak kunjung kembali. Mengabaikan obralan Adel dan beberapa sepupunya yang sedang tertawa, Hazell menyincing bagian belakang kebaya yang menjuntai ketanah.
Perasaanya benar-benar tidak enak, pasti ada yang tidak beres.Sesampainya di ballroom, semua orang menatapnya dengan tatapan........ bersalah.
Ayahnya yang tadi sedang berbincang dengan Sujatmiko kini menghampiri dirinya.
Mengusap bahunya lemah, dan tatapannya berubah sendu."Mario dimana Pa?"
Hendrawan tersenyum parau, mata tuanya tampak sayu.
"Sebaiknya kamu duduk dulu,"ujarnya menarik tangannya agar duduk pada kursi yang berada dibelakangnya.Dari arah luar, Arman datang dengan berlari, mengatupkan mulutnya yang tadi sudah terbuka, seperti ingin mengatakan sesuatu.
Hazell menggeleng kuat, keringat dingin tiba-tiba mengalir membasahi wajahnya, ada apa ini?
Haruma menghampiri dirinya dengan wajah sendu dan lemah lembut, ditengah banyaknya orang yang sejak tadi berjalan dihadapannya, hanya wanita itulah yang berinisiatif menghampiri dan menyalurkan energi positif.
"Sebenarnya ada apa kak?"tanya Hazell menoleh.
"Enggak ada. Jangan panik seperti ini, rileks dan jangan berfikiran aneh-aneh,"ujar Haruma merangkul lengan adiknya dan mengelusnya.
"Enggak ada bagaimana, semua orang bingung, tapi aku tanya kenapa, gak ada yang mau jawab,"timpal Hazell dengan mata yang mulai memanas, tubuhnya mulai gemetar.
"Tenang, Hazell. Jangan membuat asumsi sendiri, semua akan baik-baik saja."suara Havana mulai meninggi tapi tetap dengan raut tenang.
Tidak mendapatkan jawaban dari semua keluarga yang dia tanya, sebuah notifikasi lebih dulu berdering, membuat handphone yang sejak tadi dia genggam langsung menyala.
Ada email masuk.
Jujur saja dia takut untuk membacanya, ditengah kekacauan yang mulai terjadi ini, ia hanya berharap tidak ada hal buruk, setidaknya pernikahannya akan terus berjalan.
"Dibuka dulu, siapa tahu kabar baik,"seru Haruma yang memang melirik benda persegi panjang itu ditangannya.
"Aku takut kak."
Usapan kakaknya sedikit menenangkan, perlahan ia membuka look screen lalu muncul deretan tulisan yang siap memporandakan matanya.
Kilasan kenangannya bersama pria itu langsung berputar tanpa permisi memenuhi isi kepalanya, semua janji, perlakuan baik, pertengkaran dan perdebatan antara keduanya bahkan obrolan mereka tadi pagi masih teringat jelas. Dan angin pagi ini merubah semuanya.
Pesan yang dia baca, tidak sanggup dilanjutkan."Kak, Mario......"
__________________________
20/05/23
KAMU SEDANG MEMBACA
HAZELL ✓
ChickLit[SELESAI] Konsep kehidupan yang Hazell inginkan sangatlah sederhana, hanya mandiri, sukses dan kaya. Tapi hal sepele itu sangat sulit didapatkan seorang diri. Sibungsu dari keluarga mentereng ini, semata mengalami daur hidup yang cukup men...