44.YANG BENAR SAJA (2)

46 2 0
                                    


Aku pikir ini akhir, tapi ternyata aku salah. Ini awal hidup yang harus dihadapi-- Hazell

***

Hazell menggeleng,"Hazell yang seharusnya berterimakasih, karena sudah mau menerima Hazell."kata Hazell membalas genggaman tangan ibunya itu.

"Jangan kaget dengan Farizam nanti ya."Fatwa mengulas senyum,"dia itu pendiam sejak kecil. Ditambah dengan kepergian ayahnya, yang memaksa dia harus menjadi tulang punggung keluarga sejak dini. Membiayai kuliahnya sendiri, dan mewujudkan cita-cita adiknya menjadi dokter."

Hazell mengerjabkan mata, berusaha fokus.

"Ibu cuma minta, tolong sabar jika dalam rumah tangga kalian nanti dia terkesan tidak perduli. Kamu harus pintar-pintar ngomongin dia, dan jangan bosan dengan konsep kehidupannya yang monoton itu,"ungkap Fatwa lagi.

Tiba-tiba Hazell merasa bersalah, lelaki itu sudah banyak menderita dalam hidupnya dan sekarang ditambah harus menghadapi dirinya, yang bahkan belum bisa memberikan cintanya.

"Bu."

Fatwa mendekatkan duduknya.

"Maaf, Hazell belum bisa mencintai Uzam."ujarnya tak enak hati.

Ibunya itu mempererat genggaman pada tangannya,"seiring berjalannya waktu pasti rasa itu akan tumbuh. Ibu yakin kalian akan merasakan perasaan masing-masing,"katanya.

Lagi-lagi matanya memanas, kali ini disertai dengan kram pada perutnya.
Apakah efek tidak tidur juga berdampak pada bagian perutnya. Sudah pusing ditambah mulas lagi.

Rani mengajaknya berganti pakaian, karena akan melaksanakan upacara Panggih.
Setelah selesai dengan kebaya hitam, Hazell menatap Farizam yang sudah siap dan sedang berbincang dengan ayahnya dan kakak iparnya, Arman.
Lelaki itu, bahkan setelah sah menjadi suaminya belum memulai pembicaraan. Mereka belum punya waktu untuk berdua saja.

Havana yang sejak tadi tidak henti menggodanya kini, menarik tangannya kasar, entahlah apa lagi rencana sahabatnya ini.

"Kalau ready stok yang kaya laki lo itu, kabari gue ya."

Hazell mendengkus kesal, ready stok? Memangnya suaminya itu barang diskon!

***

Malam hari tiba, tamu undangan berdesak-desakan berbaris didepan pelaminan. Sebagainya ingin memberikan selamat tapi sebagian juga ingin mengabadikan momen bahagia.

Diatas pelaminan Hazell meremas perutnya yang terasa sangat sakit, perpaduan antara mulas dan nyeri tidak tertahankan lagi. Ditambah rasa pusing yang semakin menjadi, pandangnya mulai kacau, semua tampak buram dimatanya.

"Ada apa Mbak? Perlu sesuatu, biar saya ambilkan."tanya Farizam ikut duduk memegang lengannya.

Tolong garis bawahi, ini adalah kalimat pertama pasca sah berstatus menjadi suami.

Hazell menggeleng, berusaha menyunggingkan senyum saat serombongan rekan bisnisnya naik pelaminan untuk bersalaman.
Tidak bisa lama menahan, ia akhirnya bangkit dari singgasana, hendak masuk untuk berganti gaun selanjutnya, tapi teriakan Fazura yang sejak tadi berada disampingnya, sukses membuat Hazell menghentikan langkahnya.

"Mbak Hazell kok bajunya merah, bercak darah!"

Darah? Dimana?

Hazell langsung memejamkan mata saat Farizam melepaskan jasnya dan langsung membalut di pinggangnya.

Astaga! Ini bulan apa?

"Ini bulan apa Uzam?"tanyanya saat Farizam mengikat lengan jas pada pinggangnya.

HAZELL  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang