43.YANG BENAR SAJA!

48 2 0
                                    


Keajaiban terbaik dunia tidak terukur dari banyaknya hal indah yang kita dapat. Tapi semua dapat terlihat dari seberapa sering kita tersenyum menjalani usaha yang telah dilakukan

***


"Saya terima nikah Aurelie Hazelliana Hardosono binti Hendrawan Hardosono dengan mas kawin tersebut tunai......"

                       ***

         Tiga jam sebelum akad dimulai, tepat pukul 06:00 wib.

Farizam yang sengaja mempercepat kedatangannya ke Jogja, menatap nanar Helena yang sebentar lagi akan menjadi mertuanya.
Meninggalkan keluarganya yang masih bersiap di Semarang sana.
Bahkan ia membelah jalanan saat langit masih gelap, dini hari tadi.

Kini, pandangannya jatuh pada sosok wanita setengah baya yang tampak terkejut dengan kehadirannya yang terlalu cepat.
Mengabaikan tatapan dan pertanyaan teman-teman H. F yang sedang sibuk dengan kegiatan memasang Teratak serta pelaminan, Farizam terus saja melangkahkan kakinya, menghampiri Helena yang sedang berdiri didepan pintu.
Semoga kedatangannya ini tidak diketahui anggota keluarga lainnya, terlebih Hazell.

Tampak sosok Haruma yang sedang menyangking Dodot juga ikut terpana, sempat menghampiri dan bertanya tujuan datang, tapi langsung melipir masuk karena mendapat interupsi dari Helena untuk tidak ikut campur.

Dan sekarang ini, tepatnya diruang kerja pak Hendrawan, yang dipenuhi rak buku mereka terjebak.

Helena yang sudah duduk angkuh menyilangkan kakinya, dengan tatapan menghadap pintu ruangan yang tampak tertutup rapat.

"Ada apa?"tanya wanita itu.

Tanpa diduga, Farizam malah duduk bersimpuh tepat dikaki Helena. Menundukkan kepalanya dengan tangan yang saling bertumpu.

Helena yang kaget langsung menurunkan kakinya, menegakkan tubuhnya, apa-apaan pemuda ini? Mau apa dia bersimpuh seperti ini?

"Jangan seperti ini."peringat Helena dengan suara yang masih dingin.

"Tolong izinkan saya menikah dengan Hazell, Bu. Saya sadar saya bukan lelaki yang berasal dari keluarga kaya dan mapan. Tapi saya akan berusaha untuk  mencukupi kebutuhan putri ibu. Saya bisa saja membawa Hazell kabur dan kawin lari, tapi saya mau mendapatkan restu dari ibu untuk memulai kehidupan baru bersama Hazell. Saya tidak akan menikah dengan Hazell jika ibu belum memberikan restu."ungkap Farizam dengan suara serak, dadanya bergemuruh hebat, menahan emosi dalam dirinya. Rasanya logikanya diluar nalar, ini adalah langkah terakhir yang bisa dilakukannya.

Helena menegang seketika, setulus itukah pemuda ini mencintai putrinya? Ucapannya benar, bisa saja melakukan kawin lari diluar kota atau luar negeri sana, tapi itu tidak dilakukan. Pemuda ini malah memohon restunya didetik-detik ijab qobul.

Apakah sebagai ibu dirinya sangat keterlaluan?

Farizam merasa dirinya seperti kaku, kala tangan wanita dihadapannya terulur mengusap lembut pundaknya. Kepalanya belum berani terangkat, masih tertunduk menatap lantai yang entah kenapa begitu dingin pagi ini.

"Pak Hendrawan sudah memberikan restunya?"

Farizam mengangguk pelan.

"Ibu kamu?"

Lagi-lagi ia hanya mengangguk.

"Lalu untuk apa lagi restu dari saya, apa masih diperlukan?
Saya bukan orang baik yang harus disembah seperti ini.
Bangunlah."ujar Helena sedikit menarik kedua bahunya.

Dan detik itu juga Farizam mengangkat kepalanya, menatap mata sendu milik Bu Helena yang tampak berair. Wajah wanita itu juga berubah merah.

"Jika kamu yakin dapat membimbing dan mendidik Hazell, menikahlah dengannya. Jangan hiraukan saya."

Artinya? Apa ibu tidak akan merestui kami sampai kapanpun?

Helena tersenyum, mengusap rambut Farizam penuh kasih sayang,"maaf, Farizam. Sudah membuat kamu seperti ini. Sumpah demi Tuhan saya tidak ada maksud untuk menghina, meremehkan apalagi merendahkan kamu. Saya hanya takut Hazell akan melanjutkan hidup dengan lelaki yang salah lagi. Dulu, karena kesalahan saya dia harus menanggung malu, hidupnya sangat menyedihkan. Saya tidak mau itu terulang lagi."

Dan lagi-lagi Helena, mengusap rambut Farizam yang masih bersimpuh dikakinya, lalu berucap,"Semoga pernikahan kalian menjadi pernikahan sekali seumur hidup yang selalu diberi berkah."

Hah? Apa ini? Apa seperti itu cara Helena memberikan restunya?

***

Hazell tersenyum sangat manis kala Rizal-fotografer H. F menjebret kamera dan menimbulkan kilatan cahaya.
Usai menandatangani akta dan surat nikah, mereka diminta mengabadikan momen indah ini.
Tak lupa pose dirinya mencium tangan suaminya juga menjadi adegan yang mengandung sorak riuh dari semua orang.

Ah suami?

Kakaknya dan sahabatnya yang jahil itu terus saja menggoda ini itu, bahkan Rani dan Bayu juga ikut menimpali. Sepertinya mereka kompak mempermalukan dirinya dihadapan banyak orang, terlebih didepan bapak penghulu dan stafnya yang juga ikut menyunggingkan senyum.

Lagi-lagi air matanya tak tertahankan, saat prosesi bersalaman sungkeman dengan orang tua. Ibu Fatwa didampingi kakak iparnya yang tidak lain Pakde Farizam.
Kala suaminya itu dipeluk hangat oleh ibunya, bahkan terlihat raut bahagia dari wajah tua ibunya itu. Entah itu hanya formalitas semata atau sungguhan, yang jelas Hazell bersyukur karena ibunya tidak mempermalukan dirinya didepan hadapan keluarga Farizam.

"Mbak Hazell jahat,"teriak seorang gadis dari arah belakang, membuat semua orang menoleh.

Ternyata Adel sedang menghentakkan kakinya dengan seraya mencebikkan bibir, terlihat sangat menyedihkan. Wajahnya yang masam sangat kontras dengan kebaya Sage yang tampak cerah melekat ditubuhnya.

"Saya sakit hatiiiiiii,"cecar Adel menangis, tapi tak keluar air matanya.

Hazell tersenyum jahil, memeluk erat lengan Farizam,"haduh bagaimana ya Adel, sekarang mas Uzam nya sudah jadi suami saya. Jadi saya harus membatasi pergaulannya,"celetuk Hazell berpura-pura menutup mata lelaki yang kini ikut tersenyum seraya memperhatikannya.

"Sama mas Bayu aja sini,"ujar Bayu mengulurkan tangan merangkul Adel.

Tapi Adel malah kembali berteriak histeris, meraih lengan kemeja Bayu untuk mengelap ingusnya.

Gelak tawa tidak terhindarkan.
Ada ada saja anak itu.

Setelah beberapa keluarga memberi selamat tadi, seraya menunggu tim perias siap dengan barang-barang mereka, Hazell yang sedang duduk sendiri tersentak kaget kala seorang wanita menghampiri dan mengusap lengannya lembut, setelah mendudukkan tubuhnya.

"Sudah jangan menangis lagi,"ujar wanita itu mengusap pelan pipi Hazell. Pasalnya sejak tadi Hazell terlihat sering sekali mengusap cairan bening yang membasahi pipinya.

"Ibu,"Hazell tersenyum lalu menatap Ibu mertuanya ini lekat.

"Terimakasih sudah menerima anak ibu."

Hazell menggeleng,"Hazell yang seharusnya berterimakasih, karena sudah mau menerima Hazell."kata Hazell membalas genggaman tangan ibunya itu.

_______________________

Part ini pendek, karena sebagian tulisannya hilang waktu direvisi ulang, semoga tetap nyambung baca dipart selanjutnya yah.

See you

05/06/23

HAZELL  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang