46.SEMARANG, IM COMING

57 3 0
                                    


Dia yang dulu aku fikir hanya bisa berdiri kaku, kini menggenggam tanganku, menuntun menjalani hari tanpa air mata~Hazell

***


           Beberapa hari kemudian, tepat saat acara sepasaran manten dirumah tadi, Hazell dan Farizam diantarkan kekediaman lelaki itu di Semarang.

Sepasaran adalah jarak antara bertemunya pengantin laki-laki dan perempuan setelah akad atau resepsi ialah lima hari barulah mempelai perempuan boleh dibawa ke rumah pengantin laki-laki guna bertemu kembali. Adapun tradisi lanjutan dari spasatan dapat ditinjau dilangsungkan pada jarak tiga hari.

Seluruh keluarga ikut mengantarkan sepasang pengantin tersebut, kecuali Mbok Darmi. Wanita itu memilih menetap di rumah, mau bersih-bersih katanya.
Padahal Hazell berharap sosok Art yang sudah ia anggap sebagai ibunya itu ikut mengantarkan, sekalian menyaksikan bagaimana kota Semarang yang hanya ia ketahui lewat televisi saja.

"Semoga betah disana ya non. Jangan sering makan makanan pedes, Mbok jauh disini Ndak bisa  minta buatkan jamu."

Seperti itulah wejangan wanita itu, sangat menyentuh sekali bukan!
Hazell memang pencinta makanan pedas, dan asam lambungnya selalu naik jika memakan kandungan capcaisin berlebihan. Tapi kalau ditegur selalu saja menjawab enteng, 'Ada Mbok Darmi yang akan membuatkan jamu andalannya'.

Dan sebelumnya juga terjadi perdebatan antara Farizam dan ayahnya, yang menurut Hazell tidak penting sama sekali.

"Biar Papa aja yang nyetir,"ujar Hendrawan yang kala itu membuka pintu mobil sebelah kanan.

Dengan cepat Farizam menutupnya kembali,"saya saja pak, ehh--Pa."tolaknya menundukkan kepala.

"Udah, kamu duduk aja dibelakang sama istrimu. Nikmati rasanya diantar sopir."

Hazell memutar bola matanya, kenapa hal sepele seperti itu direbutkan!

Rombongan hanya terdiri satu mobil. Pak Hendrawan bertugas sebagai sopir, disampingnya ada Arman yang memangku Jasen.
Kursi tengah berisi Hazell dan Farizam, dan kursi belakang ada Haruma dan Bu Helena.
Cukup untuk menampung semua anggota keluarga bukan!
Terkecuali Hamzah, kakak lelakinya itu tengah sibuk mengurus bisnis di Tanggerang, entah bisnis apa sebenarnya.

"Mas Uzam tidur saja kalau ngantuk."seru Haruma dari arah belakang. Entah apa yang dilakukan adiknya itu kepada suaminya, sampai lingkar hitam matanya sangat terlihat dan matanya tampak sayu.

"Nanti saja Mbak."jawab Farizam yang tiba-tiba menoleh kebelakang,"panggil nama saja."lanjutnya. Jujur saja beberapa hari ini tidak enak mendengar kakak iparnya menyebut Mas pada dirinya, terdengar tidak sopan.

Haruma hanya tersenyum dibarengi anggukan kecil.

Menyaksikan itu, reaksi Hazell hanya datar. Tetap fokus pada jalanan didepan sana.

'Salah siapa setiap malam bukannya tidur malah menyibukkan diri dengan mondar mandir tidak jelas'

***

Rumah ini, bagaimana cara menjelaskannya?
Rumah dengan gaya Joglo ini tampak sangat mempesona saat pertama kali Hazell turun dari mobil.
Rumah dengan nuansa coklat  bercampur merah tua ini, entah kenapa tampak begitu apik.
Mengusung tema Rumah minimalis dengan sentuhan etnik Jawa. Hanya ada satu lantai, tidak seperti rumah modern kebanyakan yang akan mempertinggi bangunan keatas, rumah dihadapan Hazell ini justru memperluas kesamping.

Hazell yang hanya tinggal seorang diri dihalaman rumah dikagetkan dengan usapan lembut di bahunya.

"Ayo,"ujar Farizam berdiri disampingnya dan tersenyum hangat.

HAZELL  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang