Di kos-kosan putri nampak Eka dan Vivi yang menangis sambil berpelukan mengabaikan tatapan heran penghuni lainnya, mereka semua nampak kebingungan kenapa dua gadis yang kasmaran ini kelihatan sedih sehabis kencan.
"Mereka kenapa? Masa iya di palak, muka mereka masih cantik," Jelas celetukan aneh itu langsung mendapatkan gaplokan maut dari Ocha, Mina hanya bisa mengaduh kesakitan.
"Kalian gak papa?" Tanya Rahma, sayang inisiatif baiknya disambut oleh tangisan yang lebih kencang lagi, Eka dan Vivi semakin menangis kencang.
"WOE, BISA DIEM GAK SIH!" Teriak Nata, teriakan kencang yang berasal dari ruangan sebelah.
"BERISIK BANGET LO, KALAU NANGIS YANG WAJAR DONG! KERING KERING TUH TENGGOROKAN!" Sambung Aksa, seketika salah satu dari mereka berdiri dan berjalan menuju kos-kosan putra dengan muka garangnya.
"Loh, loh, loh mau kemana? Mereka lagi nangis loh," Niatnya sih mau mencegah salah satu dari mereka untuk memukul mundur penghuni sebelah namun sepertinya malam ini akan sangat seru, jadi ia urungan.
"Cegah bego, dia kalau ngamuk kayak Reog!" Perkataan dari Olip langsung membuat Via tersadar, ia sebenarnya bad mood, dan sepertinya jika ada keributan sedikit akan menaikkan moodnya lagi tapi, ia lupa bahwa yang mengamuk merupakan mama dari harimau putih kecil. Mati sudah mereka.
"WOE, WOE, ANJING SAKIT!"
"UDAH WOY, DENGKUL GUE!!! YA ALLAH GUE BARU JATUH TADI SORE,"
Teriakan dari kedua laki-laki itu hanya dihadiahi ringisan ngilu dari kedua belah pihak, bahkan suara pukulan dan tamparan sangat renyah.
"Ouch, gila tuh adeknya bang Raffael. Pantat gue sakit anjing, digaplok pake pantat teplon," Ringis Aksa, sedangkan Nata hanya menangis dan berguling-guling karena dengkulnya yang luka ditekan penuh dendam oleh gadis itu.
"HUWAAA MAMA!"
"Alay lo ah!" Sentak Aksa, tanpa sengaja laki-laki itu menekan luka Nata membuat Nata menjerit kencang.
"ANJING LO AKSA!" Jeritan Nata disahuti tangisan Vivi dan Eka yang semakin kencang. Sudah seperti backsound horor saja.
Setelah perang kecil berakhir kini Eka dan Vivi disidang oleh Dewin sebagai yang paling tertua.
"Jadi kalian kenapa? Berangkat mukanya cerah kayak habis hujan duit. Pulang-pulang nangis-nangis kayak kuntilanak? Ada masalah sama cowok online itu, mereka jelek atau gimana? Kalau nangis kayak gini gak bakal ngasih solusi," Tuturnya dengan penuh kelembutan, Vivi dan Eka saling bertatapan dan menarik nafas mereka dalam-dalam sebelum mengucapkan kebenarannya.
"Mereka gay,"
"HAH?!" Teriakan kaget mereka semua mengundang teriakan dari Nata dan Aksa lagi, untung ada Raffael disamping kedua curut itu yang memudahkan adiknya untuk balas dendam.
"Jadi gini..., tadi kan gue sama Vivi janjian ketemuan di cafe Rembulan. Kita nunggu pacarnya Vivi datang, pacar online maksudnya, tapi pas itu cowok kenalan gue lagi ada di toilet,"
"Jujur aja mereka berdua ganteng banget, gue lihatnya sampe mau ngences aja rasanya. Gak lama cowok kenalan gue balik, pas pacarnya Vivi denger suara cowok kenalan gue, huwaaa...," Perkataan Eka terjeda karena kembali menangis.
"Ternyata mereka itu, mereka,"
"Mereka kenapa? Pasangan gay?" Tanya Yas dan Yanis bersamaan, Eka dan Vivi mengangguk sebagai tanggapan.
"Iya, mereka dulu pacaran huwaa,"
"Parahnya lagi cowoknya Vivi yang luarannya gentle dan gagah ternyata Uke nya, aduh gak kuat mau nangis lagi," Jelas Eka, Vivi yang mendengarnya kembali menangis ia tidak menyangka pria yang ia kenal selama dua tahun ternyata belok. Ia mana tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Friends Forever
Teen Fiction☾15+☽ Segerombol pelajar sekolah menengah atas yang memilih tinggal di kos-kosan di daerah Yogyakarta, kawasannya yang rindang dan tidak berisik membuat mereka betah berlama-lama disana. Walaupun beberapa tidak lagi menduduki bangku sekolah menengah...