"Bertengkar lagi?" Tia bertanya dengan nada lembut, ia tahu bahwa laki-laki di hadapannya benar-benar rapuh.
"Sakit, gue gak tau kalau semuanya bakal kayak gini," laki-laki itu tiba-tiba mendekap erat tubuh mungil gadis dihadapannya, Tia terpaku sebentar, setelahnya gadis itu membalas pelukan laki-laki itu, hangat namun asing.
"Gue obati ya? Pasti sakitkan?"
Laki-laki itu mengangguk dengan lemahnya, "gak sesakit waktu tau mama milih buat pergi, dan cewek yang gue suka justru bukan suka gue, tapi dia palah suka anak dari selingkuhan bokap gue," ujar laki-laki itu, Tia hanya bisa tersenyum tipis menanggapi celotehan laki-laki dihadapannya ini.
Mereka berdua akhirnya memasuki rumah sederhana milik keluarga Tia, untung saja ibu dan ayah gadis itu tidak ada dirumah, tidak, mereka tidak hanya berdua, karena didalam rumah terdapat pembantu yang tengah istirahat.
"Lo kenapa bertengkar lagi, bahas nyokap lo lagi?" Laki-laki itu menggeleng.
"Lucu gak menurut lo? Dia bilang gue ngerebut kebahagiaan yang dia punya, padahal dia antagonis di cerita gue!" Tia hanya terdiam, ia tak habis pikir, tak habis pikir kenapa semuanya berakhir sangat runyam. Dia mencintai laki-laki di sampingnya ini, luka di hati laki-laki ini sama dengan luka untuknya.
"Sakit Ra, gue gak pernah ngerebut kebahagiaan siapapun, gue hidup bahagia, keluarga cemara yang gak semua orang punya, tapi akhirnya hancur karena nyokap bajingan dia yang jadi selingkuhan bokap gue," tangan laki-laki itu menggenggam lagi membuat lukanya tertekan dan mengeluarkan darah.
"Nath...." Tia mencegah itu dan menegur Nathan yang kembali menyakiti dirinya sendiri. Selingkuh memang bukan hal yang bisa dianggap remeh, namun disini kedua pihak salah karena sudah menyakiti satu pihak yang begitu tulus dalam mencintai.
"Gue capek Ra, untuk apa gue bertahan hidup kalau semua orang gak sayang gue!"
Bodoh, Nathan sungguh bodoh, lihatlah dengan mata indahmu itu, seorang gadis yang mengobati mu begitu mencintaimu, dan sahabat-sahabat yang kau punya, Nathan, kau begitu bodoh dan terlarut larut dalam keadaan.
"Banyak orang yang sayang lo kok, gue sayang lo sebagai sahabat. Katanya lo mau berjuang buat gadis kecil lo itu? Kenapa sekarang lo milih nyerah, Nath?" Nathan memandang wajah ayu gadis di sampingnya, ada benarnya juga. Ia bertahan selama ini untuk mendapatkan pengakuan dari gadis kecilnya yang telah direnggut oleh saudara tirinya itu.
"Lo bener, terima kasih Ra, terima kasih karena lo mau jadi penyembuh buat luka gue!" Nathan memeluk tubuh Tia lagi, gadis itu tersenyum getir, hanya penyembuh, hanya itu ia dimata laki-laki yang ia cintai setengah mati ini.
"Sama-sama Nath, kalau lo butuh temen cerita, lo bisa kesini," gadis itu menikmati pelukan hangat laki-laki yang ia cintai.
"Nathan, kapan lo lihat gue sebagai cewek yang suka lo?" Batin gadis itu menjerit-jerit meminta pengakuan yang tak mungkin ia dapatkan, benarkan? Karena laki-laki dihadapannya begitu mendambakan gadis lain yang merupakan sahabat masa kecilnya.
Di lain sisi seorang laki-laki terduduk dan menangis meratapi keadaan, sudah dua jam ia menangis dalam dekapan malam, keluarganya benar-benar hancur. Ibunya, dewi di hidupnya menangis dalam keputusasaan akibat kebejatan pria yang sayangnya ayah nya. Adik perempuannya yang ia begitu sayangi, dia bahkan tak tega melihat adiknya yang dibanding-bandingkan oleh anak selingkuhan ayahnya, bajingan itu benar-benar ingin bertemu dengan Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Friends Forever
Teen Fiction☾15+☽ Segerombol pelajar sekolah menengah atas yang memilih tinggal di kos-kosan di daerah Yogyakarta, kawasannya yang rindang dan tidak berisik membuat mereka betah berlama-lama disana. Walaupun beberapa tidak lagi menduduki bangku sekolah menengah...