Pada sore itu mereka berkumpul di sebuah lapangan besar untuk mengikuti acara yang sangat penting saat awal memasuki masa kuliah.
"Hallo adik-adik yang ganteng dan cantik, nama saya Jemma, selamat datang ke Swastamita University!"
Para mahasiswa baru sedikit terkejut karena menemukan kakak tingkat yang rendah hati seperti Jemma, bahkan mungkin di kampus lain akan jarang ditemui saat melakukan ospek.
"Jadi seperti yang diagendakan sekarang, kalian akan melakukan game untuk mendapatkan tanda tangan kakak tingkat yang sudah tercatat sejumlah sepuluh orang, jadi tugas kalian adalah mengumpulkan sepuluh tanda tangan tersebut kepada panitia ospek dalam waktu empat jam!" Jelas seorang laki-laki dengan almamater berwarna abu-abu yang berlogokan universitas mereka saat ini.
"Sebelumnya, kalian harus membuat anggota kelompok! Kalian bebas ingin membuat kelompok dengan prodi a dan prodi b, syarat lainnya adalah laki-laki sendiri dan perempuan sendiri, masing-masing harus beranggotakan enam orang, kalian paham!"
Semua calon mahasiswa berteriak kencang, "siap, paham kak!" Teriakan itu sangat nyaring hingga dapat didengar dari dua gedung yang terdapat cukup dekat dengan lapangan untuk ospek.
Lagi-lagi karena entah jodoh atau soulmate, Mina dan Rahma satu kelompok, tentunya bukan hanya mereka berdua namun terdapat Lady, Tata, Yanis, dan Vivi.
"Sumpah gue bosen lihat muka lu terus!" Sinis Mina kepada Rahma yang anteng menganggu kucing gembul berwarna abu-abu yang menjadi ikon kampus.
Mendengar itu Rahma mendelik tidak terima, dia mengeluarkan jurus boombastic side eyes miliknya, "eh Tursino, lagian gue juga enek lihat lo terus, udah di kosan lo sekamar sama gue, di hotel lo sekamar sama gue, liburan ke gunung lo seruangan sama gue, sekarang juga gue masih lihat lo!" Balasnya tak kalah sinis, namun itu hanya sekedar candaan karena mereka sebenarnya adalah sahabat yang saling terikat dengan baik.
"Udah deh kalian kalau ketemu ribut terus, dari masalah kulit ayam, masalah kegilaan, masalah sekamar dan lainnya!" Lelari Lady, mungkin bisa dibilang gadis itu adalah orang yang paling waras diantara Mina, Rahma, Vivi, Yanis.
Tingkat kewarasan mereka bisa diukur dari tingkah laku mereka. Mina merupakan gadis dengan tingkat kesabaran tipis dan dia sangat jahil, Rahma sendiri memiliki sifat yang tak jauh beda dari Mina. Intinya jika Mina adalah monyet maka Rahma adalah kethek (monyet) hanya berbeda bahasa saja. Vivi merupakan perempuan gila yang hobi mengumpat dengan kata-kata kasar, apalagi saat tidak dinotice oleh Damian. Jika Yanis, tidak usah ditanyakan seberapa gilanya dia saat bersama kekasihnya yaitu Aric.
Di sisi lain terdapat enam gadis yang menyeringai senang, mereka adalah Salsa, Yas, Olip, Irene, Ocha, dan Tia. Alasan mereka begitu adalah karena empat dari mereka memiliki koneksi orang dalam. Sebut saja mereka Olip, Irene, Salsa, dan Tia, masing-masing dari mereka memiliki saudara yang berkuliah di kampus Swastamita.
"Untung aja kak Aldo sekolah disini, mana dia kakak tingkat yang harus kita cari buat minta tanda tangan!" Ucap Tia dengan senang, Aldo Stevan Sanjaya merupakan mahasiswa semester tiga yang aktif dalam organisasi, dia adalah mahasiswa kedokteran di kampus Swastamita.
Begitulah kira-kira sebagian kelompok yang sudah memilih anggota mereka masing-masing.
"Waktu untuk pemilihan masing-masing kelompok sudah selesai, sekarang kalian bisa langsung meminta tanda tangan kakak tingkat yang sudah tertulis!" Seru ketua panitia ospek tadi, laki-laki bername tag Sean Alexander Pradipta.
Sebelum game benar-benar dilaksanakan, terdapat beberapa kloter agar tidak terjadi kerumunan atau keributan di area kampus. Saat ini adalah bagian kloter pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Friends Forever
أدب المراهقين☾15+☽ Segerombol pelajar sekolah menengah atas yang memilih tinggal di kos-kosan di daerah Yogyakarta, kawasannya yang rindang dan tidak berisik membuat mereka betah berlama-lama disana. Walaupun beberapa tidak lagi menduduki bangku sekolah menengah...