2 bulan kemudian
Sore itu kampus masih saja ramai dengan para mahasiswa. Termasuk seorang gadis berambut pendek yang kini tengah duduk di perpustakaan sendirian, sedangkan di luar sana langit sudah menunjukkan warna oranye yang indah, gadis itu duduk di bangku dekat jendela.
"Aku capek, aku capek terus ditekan sama keluarga besar, papa, sama mama. Kak tolong kembali lagi, aku butuh kakak," gadis itu menelpon seseorang yang dekat dengan dirinya.
"Kamu capek? Kalau capek kamu jangan lupa istirahat. Kakak gak bisa ketemu kamu sekarang ini, apalagi istri kakak disini lagi hamil besar,"
Gadis itu menangis dan melirik langit yang sudah mendung dan detik kemudian hujan deras turun seketika.
Gadis itu bersuara lagi, "tapi aku butuh kakak, aku adik perempuan kakak kan? Kenapa kakak lebih memprioritaskan istri kakak disini, aku capek kak!" Gumam gadis itu diselingi tangisan.
"Kakak tau, kakak tau kamu capek. Tapi kakak disini sudah berkeluarga, kakak gak bisa selalu ada disisi kamu seharian penuh kayak dulu lagi. Udah ya istri kakak udah marah-marah karena kelamaan telponan sama kamu"
Setelahnya sambungan telpon terputus membuat heningnya suasana perpustakaan diisi oleh tangisan gadis itu, suaranya tidak terlalu keras karena dirinya menahan tangisannya itu sebisa yang ia lakukan.
•••
Di kos-kosan
Suasana yang ceria tiba-tiba berubah suram saat melihat dua gadis yang tak lain adalah Olip dan Lady, mereka berdua murung dan seperti mayat hidup.
"Mereka kenapa deh?" Yas melirik Mina yang tengah memakan popcorn karamelnya.
Mina menaikkan kedua bahunya, "mana gue tau, gue bukan cenayang kali!" Ucap gadis itu.
Tanpa mereka sadari ada dua gadis yang memiliki sensitivitas tinggi itu saling melirik, "kayaknya mereka punya masalah besar deh sampai kayak gini!" Ocha berkata sambil mengaduk teh hangatnya, sedangkan dua gadis itu masih bertatapan.
Di sudut lainnya pun mulai kacau dua laki-laki tengah bertengkar hebat di rumah besar milik ayah mereka.
"Stop lo deketin cewek yang gue suka!" Sentak laki-laki berambut cokelat tua, mata tajamnya menatap tajam pada saudara tirinya yang memiliki tubuh lebih besar darinya.
Laki-laki lainnya itu tertawa, "bahkan lo gak bakal kenal dia kalau bukan karena gue!"
"Gue mohon kali ini aja, kali ini aja gue mohon sama lo. Tolong jangan ambil kebahagiaan gue lagi,"
Bukannya merasa empati kepada saudara tirinya tersebut laki-laki berambut hitam itu tertawa, "APA YANG GUE AMBIL DARI LO APA? BUKANNYA LO YANG UDAH MASUK KE KELUARGA GUE, LO YANG BUAT MAMA GUE BUNUH DIRI KARENA MAMA LO ITU SELINGKUHAN BOKAP GUE...," Teriak laki-laki tersebut dengan penuh amarah.
Laki-laki itu menepuk dadanya sendiri, "...apa yang gue ambil dari lo? Kebahagiaan? Keluarga? Cewek? Bukannya semua itu lo yang ambil dari gue, apa lo kurang seneng lihat gue di benci papa dan diasingkan dari keluarga hah?!"
Setelah mengatakan itu laki-laki itu berjalan keluar dan memukul kaca di ruangan tersebut hingga pecah dan menyisakan luka di tangan kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Friends Forever
Teen Fiction☾15+☽ Segerombol pelajar sekolah menengah atas yang memilih tinggal di kos-kosan di daerah Yogyakarta, kawasannya yang rindang dan tidak berisik membuat mereka betah berlama-lama disana. Walaupun beberapa tidak lagi menduduki bangku sekolah menengah...