21-Another Side

3.5K 346 13
                                    

Mick dan Fourth keluar dari ruang ujian dengan wajah lesu tanpa ada sisi cerah yang nampak. Persis seperti teman-temannya yang lain. Ujian di Allaxe terkenal sulit dan juga menggunakan bahasa Inggris. Fourth sudah mengerahkan semua yang ia punya untuk ujian kali ini, tetapi rasanya masih tetap kurang saja.

Tidak makan teratur dan tidak tidur cukup, membuat lingkaran hitam di sekitar mata Fourth dan temannya nampak begitu kentara.

"Prom, itu omegamu?" Mick mendongak mendengar suara Gemini, kemudian sosok lain menghampirinya yang tengah duduk bersama Fourth di kursi tunggu depan ruangan, "p'Prom!" Sosok itu tersenyum mengusap surai Mick yang memeluk perutnya, "Bagaimana ujianmu?"

"Aku ingin es krim," gumam Mick manja, cukup menjawab pertanyaan Prom, alphanya. Sedangkan Gemini menghampiri Fourth dengan bingung, "Sejak kapan mereka?"

Fourth berpikir sejenak, "Sekitar tiga bulan yang lalu, mereka akan bertunangan saat liburan nanti,"

Yang lebih tua mengangguk, meraih tas Fourth dan tangan si empunya tas, "Baiklah, sekarang waktunya kau memanjakan otakmu setelah di pakai bekerja keras," Gemini menempelkan punggung tangannya di kening Fourth, "Aku merasakan mesinnya panas sekali di sini!" Fourth hanya terkekeh dengan tingkah acak alphanya.

"Prom, n'Mick, kami duluan!"

***

Gemini membawa Fourth berkeliling kota, hanya menghabiskan bensin mobil sang alpha sesuai permintaan si omega. Melihat pemandangan sekitar sedikit banyak membuat pikiran Fourth segar kembali. Pinggiran kota Bangkok yang memiliki kualitas udara lebih baik daripada di pusat kota cukup membuat pernapasan Fourth kembali segar.

Kaca mobil yang di buka membuat angin sepoi-sepoi masuk menerpa kulit lembut Fourth, "Hm... rasanya segar, seperti kembali memiliki kebebasan yang terenggut setelah ujian," Fourth menggumam nyaman, kepalanya diusap-usap sang alpha. Atmosfer sederhana yang membuat Fourth merasa sangat dihargai.

Fourth menutup kaca jendela mobilnya kembali, lalu menatap binar alphanya yang sibuk mengemudi, "Phi, bagaimana kelanjutan Suparoj?"

Yang lebih tua menoleh sesekali pada omeganya yang tangannya sedang ia kecupi, "Ayahku dan ayahmu sudah bekerjasama dengan kejaksaan yang melindungi Suparoj dan beralih ke pihak kita. Karena bagaimanapun kotornya permainan Suparoj, data dan bukti yang kau kumpulkan dari Allaxe sudah bisa mengalahkan dia dengan telak," Binar Fourth membola, tidak percaya dengan fakta yang alphanya paparkan, "Phi? Data dariku hanya laporan dan petisi, bagaimana bisa... aku tidak mengerti,"

Gemini terkekeh pelan, tangannya beralih mengusap surai Fourth lembut, "Dari yang kau serahkan pada tim penyelidik, mereka akhirnya bisa menggali lebih dalam dan mendapatkan bukti-bukti kuat," Gemini melirik kaca spion yang memantul ke belakang, kemudian membanting stir ke arah lain dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya menggenggam Fourth erat.

"Fourth, siapkan senapanmu," titah Gemini tenang, "Anak buahnya mengikuti kita, kau tahu apa yang harus kau lakukan, kan?"

Dengan sigap, Fourth mempersiapkan sebuah pistol yang biasa Gemini simpan di dashboard mobilnya. Meskipun seorang dokter, Gemini adalah cucu dari pengusaha terkenal yang memiliki orang-orang kotor yang mengincarnya kapan saja.

Tidak ada yang murni putih bersih di dunia bisnis, ibaratnya, terkadang kita harus turun ke dalam selokan untuk menangkap tikus-tikus kecil yang tinggal dan beraksi di sana agar tidak merugikan banyak orang.

Gemini memilih untuk menjadi dokter seperti sang papa karena tidak ingin berkecimpung di dunia penuh permainan licik yang mengancam nyawa, "Padahal aku tidak mengincar mereka, tetapi tetap saja nyawaku terancam," gerutu Gemini yang seakan berubah menjadi mode gelap.

Mobil pengawal yang mengikuti Gemini sudah lebih dulu memulai adegan tembak menembak, melindungi tuan mereka. Gemini selalu membawa orang bersamanya yang akan mengikuti dari jauh jika ia harus pergi melewati rute yang sepi orang. Bagi Gemini dan keluarganya, bahaya selalu mengintai di tempat sepi.

"Apa kau takut?" Tanya Gemini seraya kakinya menginjak habis pedal gas, kecepatan penuh untuk mobilnya meninggalkan keributan di belakang sana. Fourth menggeleng, "Aku dan ayah pernah di serang seperti ini bebrapa kali, aku sudah tidak takut lagi," Fourth menoleh ke belakang yang sudah sepi, lalu menatap alphanya, "Dan memilikimu di sisiku, aku tak takut apapun lagi,"

Sedan yang berisikan sepasang cucu Vihokratana itu berhasil berbelok ke kawasan ramai kendaraan, itu artinya mereka selamat tanpa Fourth harus melayangkan pelurunya. Gemini mengantarkan omeganya itu pulang ke rumahnya.

"Phi tidak mau mampir? Minum teh dengan ayah," Tawar Fourth, namun Gemini menggeleng kecil, "Sudah sore, aku harus ke rumah sakit nanti malam,"

"Baiklah, alphaku sibuk sekarang," Fourth merajuk, bibir plumnya ia majukan beberapa senti, menggoda untuk di kecup basah.

Gemini mengusap tangan Fourth yang masih ia genggam "Maafkan aku sayang, kau sudah seharian bersamaku, sekarang pekerjaanku menanti," Gemini membujuk, "Jangan marah, ya? Aku tidak tenang bekerja nanti kalau omegaku merajuk. Bagaimana jika nanti aku salah memeriksa pasien karena tidak fokus?"

Yang lebih muda mengangguk, "Baik, tapi beri aku kecupan dulu,"

Dengan senang hati, Gemini mengabulkan permintaan omeganya yang gemas itu. Satu kecupan tepat mendarat manis di kening Fourth, Gemini belum berani berbuat lebih pada omega kecilnya, "Sudah, sana masuk!"

Fourth masuk ke dalam rumah, Gemini kembali masuk ke dalam mobilnya setelah turun menyapa ayah Fourth sebentar.

Omega bermarga Jirochtikul itu melangkah menuju sofa di ruang tengah, tempat ayahnya menonton berita sore di televisi. Fourth mendudukan dirinya di sebelah tuan Jirochtikul yang asyik menyesap teh herbalnya.

"Matamu hitam sekali, apa kau tidak cukup tidur?" Fourth mengangguk lesu menjawab pertanyaan sang ayah. Kini Fourth menjadikan sang ayah sebagai bantal tidurnya, Fourth ingin bermanja rupanya.

Tuan Jirochtikul tersenyum simpul seraya mengusap pelan surai putranya, "Kau tahu? P'Joong-mu itu selalu sok kuat seperti dirimu. Padahal setiap selesai ujian, ia pulang ke rumah dan bermanja dengan ibumu seperti ini,"

"Ayah merindukan ibu?" Fourth menebak.

Pria baya itu tertawa, "Kau masih bertanya? Setelah ibumu menceritakan perjuanganku mendapatkannya?"

"Apa ayah masih sedih?"

Keduanya terdiam cukup lama, tuan Jirochtikul menepuk-nepuk pelan lengan putranya, "Bohong jika aku tidak sedih, tiga puluh tahun aku bersama ibumu, aku baru puas jika Suparoj masuk penjara,"











Bersambung, hehe double up biar mantap

Rundung [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang