Hening (14)

60 12 1
                                        

Kelinci itu kenapa? Nawangwulan tidak apa-apa, kan?

Topan berbicara dengan tatapan sendu matanya, tak mengharap akan dimengerti Hening yang berbibir pias. Si perempuan herannya mengerti sedikit banyak, beralih pada kelincinya, ia mengusap telinga panjang Nawangwulan yang sedikit-sedikit berkedut. Tanpa sadar Topan mengembus lega. Si kelinci putih tidak mati rupa-rupanya.

"Nawangwulan meminum air tadi. Lalu dia jadi begini. Ada sesuatu di airnya. Ada sesuatu ..."

"Maksud Mbak Hening, air yang tercemar itu di rumahnya Mbak Hening, begitu?"

"Saya tidak berani kembali ke sana. Saya tidak punya tujuan yang lain. Rumah saya bukan di sana, Bung Topan. Tolong bantu saya sementara ini. Tolong saya, Bung."

Sejak satu tahun lalu Hening berubah setengah waras. Gunjingan orang yang mulanya ditepis Topan tak percaya. Mana mungkin si gadis syahdu punya kelainan mental yang serius? Namun, takut, cemas, dan khawatir yang menganyam di bola mata Hening menunjukkan satu isyarat, memang ada yang kurang benar mengenai gadis itu. Kurang benar yang konotasinya mengkhawatirkan, sekalipun sebagian diri Topan mau percaya, Hening punya kewarasan yang mantap, di balik bahasa tubuhnya yang mengherankan dan janggal.

"Tapi, Mbak Hening, bagaimana kalau kakak Mbak mencari Mbak, saya harus bilang apa, nanti?" Topan mengamati bulir di dahi Hening. Gadis itu berkeringat dingin nampaknya. Berkebalikan sekali dengan roman mukanya yang dingin dan datar.

"Sementara Sunya tak akan tahu. Ada masalah mendadak, Sunya ke Kuningan sejam lalu, mungkin bisa seminggu perginya. Bibik Lik membiarkan saya keluar, seharusnya saya dikunci dalam kamar sampai Sunya kembali lagi. Saya tidak punya rumah sekarang ini. Bung Topan, tolonglah saya sementara saja."

"Oke, oke. Mbak Hening jangan panik dulu. Begini, Mbak, kita masuk dulu, bagaimana? Biar Mbak juga lebih tenang bicara dalam ruangan. Ayo, Mbak, silakan masuk."

Tanpa punya maksud mesum atau kurang beretika, Topan menutup pintu depan rapat-rapat, agar keberadaan Hening di rumahnya tidak memancing gunjingan panas. Sejatinya, paviliun kaki bukit ini milik keluarga Gasik. Tentu miliknya Hening pula, sebagai si bungsu keluarga itu. Namun, paviliun ini sudah dikontraknya secara resmi, hitam di atas putih, lalu masalah yang lebih gawat, ia dan Hening lawan jenis, meski Topan berani bersumpah atas nyawanya, perasaannya pada Hening begitu murni dan tanpa kemauan macam-macam.

Nawangwulan yang sempat terlupakan Topan, kini menjadi pusat perhatian mereka berdua. Hening menceritakan soal air minum di kandang Nawangwulan. Bagaimana si kelinci akhir-akhir ini tertidur sepanjang hari, maka kecurigaannya mengarah pada air yang diminum Nawangwulan. Ada sesuatu di dalam airnya, berulang kali Hening meratapi kondisi tak wajar kesayangannya itu.

"Semua orang yang saya sayangi selalu mati. Saya ini memang pembawa sial. Dulu, Esok juga seperti itu. Esok juga mati. Saya penyebabnya, saya yang membuat Esok mati. Saya ... saya pembunuhnya."

"Esok?" Topan bertanya singkat.

Penjelasan Hening panjang lebar, mungkin kalimat-kalimat terpanjangnya pada orang asing selain kepada tutor homeschooling yang diingatnya bernama Miss Peters, seorang warga Inggris yang menetap dan dinaturalisasi sebagai Warga Negara Indonesia. Ayahnya khusus memilih guru yang tegas itu, untuk mengimbangi kegeniusan Hening yang tak diragukan lagi, begitu mencengangkan di kota kecil domisili mereka. Namun, Miss Peters sudah dipesan agar tak memberi sanjungan satu pun kepada Hening.

Esok bernama panjang Bara Esok Hari Gasik. Bayi yang berumur tiga pekan itu mengembuskan napas terakhir di pembaringan Hening di kamarnya. Kebiasaan Hening memang membawa adik bayinya tidur siang bersama-sama. Esok seharusnya aman dalam pelukannya. Hening memastikan pose tidurnya aman bagi si adik yang masih merah kulitnya. Bau bayi yang enak itu baru pudar sepekan yang lalu, namun tubuh Esok masih harum dan menyenangkan aromanya. Hening bakal tertidur pulas berteman bau serupa keju feta dan susu murni, bau tubuh Esok yang menggemaskan bagi Hening khususnya.

Hening Cipta TopanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang