Hening (18)

71 11 0
                                        

Dalam mimpinya, ya sudah lama betul sepertinya Hening tak bermimpi, semenjak melarikan diri dari Sunya tepatnya, Hening selalu tak bermimpi apa pun dalam tidurnya yang polos. Namun, malam ini ia bermimpi lagi, barangkali percakapan dengan Topan sebab musababnya, perihal penyamaran seorang perempuan yang menyerupai Hening, dengan hitam sepinggang mahkotanya. Kebetulan, mimpinya berkenaan soal rambut, dan ia kembali di usia lima belas tahunnya, sementara Sunya dua puluh kala itu, persis usia Hening sekarang ini yang kedua puluh, dan dilihatnya Sunya mematut-matut rambut Hening dengan iri.

"Hebat, ya. Rambutmu itu cepat sekali tumbuhnya. Tidak seperti rambutku yang selalu pendek. Memanjangkan sebahu saja susah payah, apalagi bisa sepinggang."

"Bagaimana kalau aku potong rambut saja, Kak? Jadi Kakak gak perlu iri lagi sama rambut aku?"

Sunya kala itu melarangnya, ia memeluk si adik dengan kasih sayang, lalu dikisahkannya tentang legenda rambut Si Kusuk, seorang perempuan berambut panjang nan sakti dari Muara Lalo, Kerinci, dan keturunannya bermukim di desa Air Liki, dusun Renah Kepayang, kecamatan Tabir Ulu, Kabupaten Merangin. Kabarnya rambut panjang Si Kusuk masih terawat sampai sekarang, oleh seorang keturunan langsungnya yang kesembilan.

Rambut itu dipandang bertuah dan penolak bala, hingga rambut sepanjang dua setengah meter itu selalu dikeluarkan setiap liburan Idul Fitri, lalu dilimaukan, ini cara khusus pembersihan dengan menggunakan beberapa jenis kembang yang dicampur dengan jeruk nipis. Sesudah ritual selesai, rambut Si Kusuk kembali dimasukkan dalam kotak, untuk disembunyikan di bubungan bagian atas rumah. Rambut ini pernah dipamerkan seorang keturunan Si Kusuk dalam ajang pameran di Kota Jambi, tidak diikhlaskan oleh seluruh anggota keluarga, akibatnya si pembawa rambut terjangkit penyakit aneh dan meninggal dengan seluruh tubuh membengkak. Kutukan yang antara percaya atau tidak, mengisyaratkan rambut Si Kusuk tak boleh sembarangan berpindah tangan.

Pernah terjadi suatu kali, rumah keturunan Si Kusuk nyaris tertimpa pohon durian. Seisi rumah pun mengungsikan harta benda mereka, dan rumah dikosongkan kecuali rambut sakti Si Kusuk yang dibiarkan tetap di dalamnya. Sungguh ajaib, karena pohon durian yang runtuh itu tidak jadi menimpa rumah mereka. Dipercaya inilah tuah dari kesaktian rambut Si Kusuk yang memiliki sebilah pisau sebagai pengikat kondenya. Bahkan konon, seekor lipan gaib putih menghuni sebuah rongga pada ujung rambut dan merupakan penjaga Si Kusuk dari marabahaya. Uniknya, awal dan akhir jalinan rambut tersebut tidak diketahui, walaupun ujung pangkalnya masih dapat dikenali. Rambut pusaka itu pun dinamakan Sarang Tampuo oleh para keturunan Si Kusuk.

Hening begitu menyenangi cerita sang kakak, sampai Sunya mengulang-ulang cerita  yang sama pun, Hening mendengarkan tanpa merasakan jenuh. Tak terasa rambut Hening semakin panjang menyentuh pinggang, hingga decak kagum Sunya tak lepas memuji Hening pantas menjadi foto model iklan sampo, karena rambutnya mengilap terawat dan subur.

Namun, di usia yang kesembilan belas, Hening dirundung sakit aneh hingga seluruh keluarga mereka percaya, mungkin sekali Hening dijatuhi kiriman santet oleh musuh Gasik yang iri hati. Tingkah Hening seperti setengah kesurupan, beberapa kali melakukan perbuatan nekat yang ditafsirkan upaya untuk bunuh diri. Ia sering mengeluh sakit kepala hebat dan tercekik puntiran rambut lebatnya, hingga puncaknya Hening membabat rambut panjangnya dengan pisau kecil.

Masih bermimpi, Hening kembali berusia sembilan belas tahun, dilihatnya seorang perempuan berambut sebahu membelakanginya, membekapkan bantal pada seorang perempuan yang meronta-ronta. Si korban diketahui Hening perempuan, karena rambut legamnya mencuat dari bantal di wajahnya, panjang sekali. Bantal bersarung putih itu perlahan mencuri nyawanya, hingga akhirnya si rambut panjang terkapar tak bernapas. Si pelaku melonggarkan bekapan dengan lega, perlahan membalikkan tubuhnya dengan sikap yang lemas.

"Sunya? Kenapa kamu membunuh dia? Apa salah dia sama kamu? Sunya?" Hening yang naik darah alpa menyebut Sunya sebagai kakak, seperti kebiasaannya yang bersopan santun.

Hening Cipta TopanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang