Rasanya aneh saat bertemu dengan dia lagi. Ya walaupun sebenarnya hari ini yang gue tunggu-tunggu. Gue jadi bingung musti memulai pembicaraan dari mana di saat dirinya sedikit melupakan gue. Hal yang wajar karena kita nggak pernah bertemu selama itu. Hampir tujuh atau delapan tahun mungkin.
Hah? Selama itu gue belum membuka hati untuk pria yang lain?
Gila.
Sekuat itu magnet seorang Jung Jaehyun buat gue.
Pria yang dua tahun lebih tua dari gue ini terlihat berbeda, sangat pendiam. Berbanding terbalik saat dirinya masih menginjak bangku sekolah menengah atas.
"Kamu kerja di rumah sakit ini?" tanya kak Jaehyun mengawali pembicaraan.
Gue menjawab pertanyaannya dengan singkat. "Iya."
"Maaf, saya nggak ngenalin kamu tadi. Udah lama banget rasanya masa-masa SMA."
Gue menoleh memperhatikan cacat yang terlihat di pipi kanannya. Begitu menggemaskan. Akhirnya gue bisa melihat dimple ini lagi.
"Kakak, apa kabar?" tanya gue berbasa-basi.
Kak Jaehyun menoleh, kami bertatapan selama dua detik. "Seperti yang kamu lihat."
"Kakak lagi nggak sehat ya?" tanya gue takut-takut. Ia menggeleng pelan. Lalu tertawa kecil.
"Menurut kamu?"
"Kalau memang nggak sehat, kenapa nggak periksa?"
"Kamu lihat saya ada di sini. Itu berarti saya lagi ngapain?"
Gue mengulum bibir. Bingung menjawab pertanyaan. Lebih tepatnya malu karena terlihat bodoh. Sudah jelas dirinya ada di rumah sakit karena ingin berobat. Lagi pula dia di sini sebagai pasien bukan sebagai dokter. Gue mengenali beberapa dokter yang bekerja di rumah sakit ini.
Semakin gue menatap dirinya semakin gue yakin kalau gue sering bertemu dengan dia. Kalau dipikir-pikir wajahnya begitu mirip dengan dokter Jeno. Apa mereka bersaudara?
Kembali diam. Kami larut dalam pikiran masing-masing. Gue jadi teringat saat gue bertemu dan jatuh pada pesonanya pertama kali. Dimana kami pernah duduk sebangku saat ujian sekolah tiba.
Gue bukanlah anak yang pintar dan berbakat. Bisa dibilang gue juga bukan tipe anak rajin yang belajar setiap hari seperti anak sekolah pada umumnya. Gue bakal belajar ketika gue dihadapkan pada ujian keesokan harinya. Ya, sistem kebut semalam.
Di saat gue kesulitan menjawab soal matematika. Dengan tangan terbuka, kak Jaehyun mengajari gue saat itu. Gue berterima kasih. Kalau bukan karena matematika, nggak akan mungkin gue bisa menyukai dia. Nggak akan mungkin gue tahu kalau dia begitu humble dan baik.
"Caranya bukan kayak gitu. Kamu salah, sini deketan. Biar saya ajarin." Awal mula dia membuka percakapan setelah melihat gue yang sedang mencoret-coret lembar kertas jawaban.
Waktu itu, gue terdiam. Memilih untuk nggak mengikuti kemauannya hingga dia menarik pergelangan tangan gue untuk mendekat.
"Kamu harus cari X nya dulu biar bisa ketemu jumlah Y ini," jelasnya. Gue mengangguk mengiyakan. Mencoba melanjutkan kegiatan gue yang tertunda. Sedangkan dia terus memberikan gue arahan. Apa saja rumus yang dipakai, bagaimana cara menghitungnya hingga bel masuk berbunyi.
Gue bernapas lega saat itu, di saat yang lain masih kesulitan menjawab soal. Gue sudah menjawab semua soal tanpa hambatan. Dari situ gue mulai tertarik karena kepintaran kak Jaehyun. Awalnya hanya mengagumi tapi entah mengapa timbul rasa yang lain untuk pria yang sedang menatap Mbak Alleta dengan tatapan yang sulit diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)
FanfictionWork ini adalah lanjutan kisah Jaehyun As. Mungkin cerita sebelumnya lebih menceritakan perihal Jika Jaehyun menjadi, tapi work kali ini lebih mengangkat ke topik permasalahannya. Ada kemungkinan juga beberapa Chapter yang belum terselesaikan di par...