7. Incident

17 4 6
                                    


-HAPPY READING-

Intinya dalam hidup itu adalah apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Manusia memang cuma bisa berserah diri dan berusaha. -Nadine Chandrawinata.

Setelah Nayla memutuskan untuk tidak menerima perjodohan itu, hidup Nayla sekarang kembali berjalan normal normal saja. Setiap pulang dari kampus nya, ia akan mampir ke caffe.

Dan setiap hari Sabtu, keduanya akan mengosongkan jadwal nya untuk mengajar. Setiap hari Nayla ikut menyibukkan diri, supaya tidak terpikirkan akan kejadian 'itu.

Setiap Nayla berpapasan dengan Gibran, Gibran tersenyum. Namun, Nayla tau itu, Gibran masih mengharap lebih akan perjodohan itu.

"Hari ini bundamu tidak enak badan, pulang kampus ... Segeralah pulang."

"Bunda sakit, yah?"

"Iya, kalau aja kerjaan ayah bisa ditinggal. Pasti ayah udah pulang."

"Tapi, tadi baik-baik aja kok."

"Bunda ngak mau kasih tau kita, tapi ayah tau. Bunda pasti lagi istirahat dirumah."

"Iyaa, Nayla pasti usahain pulang cepet, kok yah."

"Harus itu, udah dulu yaa? Tadi ayah juga telfon Nayra, dan dia bilang kelas kamu udah free ... Makanya ayah suruh pulang kamu aja, pulang nya naik apa?"

"Pesen grab, mungkin."

"Yaudah, kamu hati-hati ya ... Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam, ayah."

Nayla kembali menghela nafas mengingat kejadian tadi pagi. Saat sebelum dirinya berangkat kampus, dan maaf yah, Nayla bohong.

"Bunda ngak papa?"

Nayla yang sedang duduk dipantry, dibuat khawatir saat bunda nya berlari menuju kamar mandi. "Bunda kenapa!"

Zara tersenyum lalu menggeleng kecil. "Bunda ngak apa-apa, kok."

Nayla mengerutkan dahinya. "Ngak apa apa gimana, badan bunda lemes gini."

"Bunda ngak kenapa-kenapa, kok. Udah, kakak siap-siap berangkat kampus."

Namun, Nayla masih berdiri disana. Tidak mungkin ia meninggalkan bunda nya sendiri, ayah sudah berangkat terlebih dahulu, dan Nayra sudah dijemput oleh teman nya karena ada tugas mendadak dari dosen nya.

"Aku ngak usah ngampus, lah."

"Loh? Ngak! Ngak! Bunda ngak setuju, kakak harus ke kampus sekarang."

Zara yang hendak ingin mencuci piring tertahan oleh sang anak. "Biar aku yang cuci."

"Hari ini tugas bunda, besok baru kakak."

Dengan lembut dirinya memindahkan tubuh Nayla kesamping. "Udah sana, siap-siap!"

Tak bisa berkutik lagi, Nayla hanya bisa mengangguk kecil. "Piring nya, ngak usah bunda cuci semua ... Biar besok aku yang lanjutin."

SEPERTIGA MALAM (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang