24. Tha(Lia)Nia ... who are you?

8 1 0
                                    


-HAPPY READING-

“I don’t say: ‘can’t do that’, ‘won’t do that’. I’ve never thought in that way about work. The genuine truth, and I do think about this a lot, is that I’m one of the least competitive people you’ll ever meet. Except with myself.” – Daniel Craig

“Saya tidak mengatakan: ‘tidak bisa melakukan itu’, ‘tidak akan melakukan itu’. Saya tidak pernah berpikir seperti itu tentang pekerjaan. Kebenaran yang sebenarnya, dan saya banyak memikirkan hal ini, adalah bahwa saya adalah salah satu orang yang paling tidak kompetitif yang pernah Anda temui. Kecuali dengan diriku sendiri.”

•••

Nayra sudah sampai di rumah sakit. Tanpa menunggu cellin terlebih dahulu, dia langsung menuju kamar rawat inap Gibran. Yah, Nayra Sangat berdoa agar Gibran masih setia betah di sana.

Sebelum masuk, Nayra lebih dahulu bertemu dengan salah satu suster. Suster itu nampak celingukan disana, Nayra sendiri tidak tau entah apa yang sedang dia lakukan. Yang jelas, suster itu nampak sedang menunggu seseorang.

"Permisi, sus?"

Suster itu menoleh, dan langsung menghadap Nayra. "Iya? Ada perlu saya bantu?" Tanya nya ramah.

"Oh, ngak ... Saya mau masuk ke dalam, di dalam ada teman saya, sus. Lagi di rawat."

Suster itu nampak menaikkan alisnya lalu mengerutkan keningnya. "Di dalam tidak ada orang, saya di sini lagi nunggu pasien baru untuk dipindah kan ke dalam."

Nafas Nayra nampak tercekat.

"Dan ... Seperti nya, pasien nya kabur."

Gotcha!

Keren sekali? Bukan. Lalu setelah itu Nayra berterima kasih dan pamit undur diri, di jalan Nayra nampak tergesa gesa menghubungi kontak sang ayah.

Panggilan pertama tidak di angkat.

Lalu panggilan ke dua—

"Assalamualaikum, kenapa dek?"

Nayra menormal kan pernafasan nya. "Wa'alaikumussalam, yah ... Yah, ayah udah ketemu kak Nayla, nya?"

"Belum, ini ayah sama Shaka udah kelimpungan nyariin nya."

Jawaban lesu itu membuat keputusan Nayra semakin bulat. Bukan lagi menduga-duga, tapi memang sudah pasti dia yang melakukan nya.

"Yah, kita cari dia sekarang." Nayra sudah berlari menuju mobil.

"Siapa? Kamu tau siapa?"

"Gibran, yah."

•••

"Hallow?"

Suara perempuan.

"Udah mati, ya?"

Suara nya semakin mendekat. "Ayo keluar, gue tau Lo lagi sembunyi, kan? Ayo cepet."

Perlahan Nayla memberanikan diri untuk membuka mata nya. Ingat Allah Nayla, satu kata, tapi bisa membuat Nayla segera beranjak dari sembunyi nya. Dia keluar dari sana.

SEPERTIGA MALAM (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang