19 - KESUCIAN YANG TERENGGUT

610 19 9
                                    

Malam itu Suci tidak bisa tidur karena Suaminya tak kunjung kembali ke penginapan.

Sudah berulang kali Suci menghubungi Venus maupun Roger, tapi tak ada satu pun dari mereka yang mengangkat telepon Suci.

Saat itu yang bisa dilakukan Suci hanyalah menunggu dan menunggu dengan diliputi perasaan gelisah yang teramat sangat.

Kalau pun dirinya harus terpaksa keluar, tapi dia harus kemana?

Bahkan Suci tak tahu sama sekali arah pintu keluar dari penginapan yang cukup besar itu. Hingga akhirnya, Suci bisa bernapas dengan lega ketika di dengarnya suara pintu kamar yang terbuka.

Akhirnya suaminya pulang.

"Mas? Katanya sebentar, kok lama banget sih?" tanya Suci sambil berjalan, meraba dengan tongkat menuju ke arah suara pintu yang terbuka.

Suci tak mendengar suara apa pun lagi setelah pintu itu berhasil ditutup.

"Mas? Mas Venus?" panggil Suci.

Hening.

Ruangan itu kembali hening dalam sekejap.

Tak ada tanda-tanda bahwa ada manusia lain selain dirinya di dalam ruangan itu.

Bahkan langkah kaki pun tak terdengar sama sekali.

Mendadak, Suci jadi merasa takut.

"Mas? Kamu di mana sih? Jawab dong Mas, jangan diem aja," ucap Suci lagi. Suaranya menandakan bahwa dia sedang ketakutan. Suci masih terus meraba dengan tongkatnya. Kini dia beranjak ke arah ranjang tempat tidurnya.

Dirabanya perlahan tempat tidur itu, dan Suci kembali menarik napas lega ketika mendapati tubuh seseorang tengah terbaring di sana.

"Kamu sakit Mas?" tanya Suci. Dia memegang kening suaminya. Hangat.

Karena saat itu Venus sama sekali tidak bereaksi, Suci pun kembali bicara. Dia mengguncang bahu Venus dengan kekhawatiran yang kian meraja.

"Mas-mas Venus, kamu kenapa?"

Saat itu, dia mendengar erangan kecil yang keluar dari mulut Venus. "Kepalaku, sakit sekali..." gumam sang suami.

"Sebentar, aku ambilkan obat," Suci pun bergegas untuk mengambil kotak obat di laci yang memang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Dengan segelas air hangat di tangan lalu menaruhnya ke atas nakas di sisi sang suami terbaring, kini Suci mengeluarkan kotak obat itu lalu menelitinya satu persatu. Dengan hanya meraba Suci pun tahu mana obat sakit kepala yang benar karena Bi Lia sudah mempersiapkan segalanya untuk Suci.

Dia meminumkan obat itu kepada suaminya lalu meminumkan juga air hangat tadi.

"Sekarang, kamu istirahat ya Mas."

Suci hendak berbalik untuk menaruh kembali kotak obat ke tempat semula ketika tiba-tiba lengannya ditarik oleh suaminya.

Sebuah tarikan yang cukup kencang hingga tubuh Suci jatuh menindih tubuh sang Suami.

Jantung Suci kian berdebar keras tatkala tangan Venus terasa merayap di punggungnya dan mencengkram kuat pinggulnya.

Deru napas mereka saling bertukar saking dekatnya jarak wajah keduanya.

WANITA BUTA DAN SUAMI BAYARAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang