18 - MENGHINDARI SUCI

279 18 4
                                    

Liliana baru saja memasuki ruang therapy mental di salah satu rumah sakit terkemuka di Swiss.

Seperti biasa, Adhiguna tak pernah absen menemani sang istri tercinta untuk menjalani pengobatan penyakit langka yang di derita Liliana.

Adhiguna menunggu dengan sabar di ruang rawat inap sang istri sambil mengecek gawainya.

Dia tampak menghubungi seseorang.

"Halo, Bi Lia?"

"Ya Tuan, ada apa?" sahut suara Bi Lia di seberang.

"Venus dan Suci sedang apa?" tanya Adhiguna.

Cukup lama Bi Lia tidak menyahut. Hingga Adhiguna mengulang pertanyaannya.

"Ada apa Bi? Semua baik-baik sajakan?" cecar Adhiguna, hati lelaki paruh baya itu mendadak resah.

"Ng...ng... Se-sebenarnya, saya tidak ikut pergi ke Maldives, Tuan. Sebab, Tuan Venus yang melarang saya untuk ikut. Tuan Venus bilang, dia sudah meminta Roger, asisten pribadinya untuk menemani mereka di sana," jawab Bi Lia, suaranya terdengar takut.

Adhiguna sungguh terkejut. Kedua bola mata lelaki itu melotot marah.

"Kenapa kamu tidak lapor pada saya? Sayakan sudah memberimu tugas untuk senantiasa berada di samping Suci! Lalu, bagaimana dengan obat-obatan yang harus Suci minum? Siapa yang akan mengurusnya nanti?" omel Adhiguna.

"Ma-maaf Tuan, saya juga bingung kemarin, habis Tuan Venus bersihkeras meminta saya untuk tidak ikut, kalau masalah obat-obatan itu, saya sudah pesankan pada Non Suci untuk terus meminumnya," kata Bi Lia yang jadi serba salah.

Adhiguna bangkit dari duduknya dan dia berjalan mundar-mandir di dalam ruangan itu.

"Dengarkan saya baik-baik, sampai detik ini belum ada yang mengetahui rahasia tentang Suci selain saya dan kamu. Tidak dengan Venus, mau pun Liliana! Saya memperkerjakan kamu dengan gaji yang besar karena saya percaya kamu bisa menjalani tugasmu dengan baik. Jangan sampai mengecewakan saya. Saya tidak ingin Suci sampai curiga mengenai alasan kenapa dia sampai hilang ingatan dan Buta! Kamu tahukan apa konsekuensinya jika semua itu sampai terbongkar?" jelas Adhiguna dengan kedua sisi rahangnya yang mengeras.

"I-iya Tuan, saya mengerti. Saya akan terus menghubungi Non Suci untuk memastikan Non Suci terus meminum obatnya, Tuan..." balas Bi Lia setengah hati. Sejujurnya, Bi Lia sudah muak dengan semua kebohongan ini. Apa yang sudah Adighuna lakukan terhadap Suci sungguh tidak berperikemanusiaan. Sayangnya, Bi Lia terlalu lemah dan tidak berdaya untuk melawan kehendak Adhiguna mau pun Venus. Hingga diamlah menjadi senjata terakhir wanita paruh baya itu.

"Baiklah, kalau ada apa-apa, langsung hubungi saya. Mengerti?"

"Iya Tuan,"

Sambungan telepon itu terputus.

Menahan kesal, Adhiguna melempar asal ponselnya hingga hancur di lantai. Semua masalah yang menyangkut tentang diri Suci selalu sukses membuatnya frustasi.

Bunyi dering ponsel dari atas nakas terdengar.

Itu ponsel milik Liliana, sang istri.

Adhiguna mengambil alih cepat ponsel itu dan melihat siapa yang menelepon istrinya saat itu.

Nama seorang dokter tampil di sana.

WANITA BUTA DAN SUAMI BAYARAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang