23. MAIN HATI

393 17 1
                                    

"Beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku pantas untukmu, Mas..." ucap Suci seraya bangkit dari duduknya.

Suci meraba ke arah dada Mars yang terbalut piyama tidur lalu mulai membuka satu persatu kancing piyama itu.

"Suci," tangan Mars menghentikan kegiatan Suci.

"Aku nggak mau mendengar penolakan Mas. Ijinkan aku melayanimu dengan sungguh-sungguh, malam ini..."

Suci menarik perlahan tangan Mars yang memegangi jemarinya. Dia tersenyum manis. Selimut yang tadinya menutupi tubuhnya bahkan sudah tersingkap sebagian.

Mars terus menarik napas panjang setiap kali kulit lembut tangan Suci bersentuhan dengan kulitnya. Sengatan-sengatan aneh itu kian menjadi menguasai seluruh tubuhnya. Menggelitik hingga ke bawah perut.

Rasanya, sudah sangat lama, Mars tidak pernah berada dalam keadaan seintim ini dengan seorang wanita. Setelah malam panas dan panjang yang pernah dilaluinya bersama Jasmine dahulu.

Sebagai seorang lelaki normal, Mars tidak ingin munafik bahwa sebenarnya dia pun menginginkan diri Suci. Hanya saja, Mars merasa sangat jahat jika dia sampai melakukan hal itu terhadap Suci. Meski setelahnya, Mars kembali berpikir ulang, bukankah sudah menjadi tugasnya untuk membuat Suci hamil?

Sudah menjadi tugasnya untuk menjalani perannya sebagai seorang suami yang baik bagi Suci, meski hanya dalam kurun waktu tiga bulan.

Jika memang harus terjadi, maka terjadilah...
Suamimu sendiri yang menginginkan hal ini terjadi, Suci. Aku hanya perantara.

Aku berjanji Suci, aku berjanji mulai detik ini, aku akan menjelma menjadi sosok suami impian untukmu.

Suami yang akan senantiasa kamu rindukan keberadaannya di sisimu...

Suami yang akan membuat hidupmu terasa seperti di surga...

Ya, itu janjiku.

Bisik Mars membatin. Meski saat itu dia masih saja diam tanpa membalas perlakuan Suci terhadapnya.

Suci yang saat itu semakin mengikis jarak mereka. Meraba wajah Mars perlahan sembari menerka-nerka kiranya seperti apa wajah suaminya saat ini.

Seandainya saja dia tidak hilang ingatan, Suci pasti bisa membayangkan bagaimana wajah Venus saat ini. Sebab dari postur tubuhnya, Suci bisa memastikan lelaki di hadapannya ini pasti sangat gagah.

Suci masih asik meraba wajah Mars. Masih mencoba membayangkan bagaimana paras rupawan sang suami.

"Aku yakin, suamiku pasti seorang lelaki yang sangat tampan? Iyakan?" ucap Suci dibarengi sedikit tawa kecil. Jemari lentiknya asik berdiam diri di atas kulit lembut wajah Mars. Merasakan kedua alis tebal Mars, hidung mancung yang dimiliki lelaki itu dan kedua bibir yang kenyal, tipis sedikit basah. Suci menangkup kedua pipi lelaki yang dia pikir suaminya itu seraya mendekatkan wajahnya, lalu mengecup sekilas bibir Mars hingga sentuhannya kini mulai turun perlahan. Menyentuh kulit bagian dada bidang Mars yang mulus.

Mars tahu, hatinya sudah tidak beres sejak dirinya dan Suci pertama kali bertemu di taman kota waktu itu.

Kecantikan Suci sukses mengalihkan dunia Mars dan Mars tak bisa mengingkari bahwa degupan jantungnya yang kian berpacu semakin cepat setiap kali berada berdekatan dengan Suci, tengah menjadi awal pembuka perasaan yang lebih dalam untuk Suci.

WANITA BUTA DAN SUAMI BAYARAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang