12 - SEBERSIT INGATAN

717 70 28
                                    

Suci tahu, kini Venus sudah tertidur di sisinya.

Jika boleh jujur, Suci jelas merasa gugup. Namun entah mengapa, rasa gugup itu perlahan kian menghilang tergantikan oleh rasa kecewa.

Suci tak memungkiri ada sejumput harapan di sudut hatinya bahwa malam ini dirinya dan Venus bisa melewati malam pertama mereka layaknya pengantin baru kebanyakan. Bukannya justru tidur dengan saling memunggungi satu sama lain.

Bukankah Suci sudah berjanji akan menjadi seorang istri yang baik untuk Venus?

Jadi apa salahnya jika dia yang memulai lebih dulu? Toh hubungan mereka sudah halal.

Mungkin hanya sekedar pelukan saja tidak mengapa bagi Suci. Setidaknya, dia ingin merasakan bagaimana hangatnya dekapan sang suami. Suci hanya ingin menunjukkan bahwa dirinya sudah siap untuk benar-benar menyerahkan diri seutuhnya pada Venus.

Seandainya memang Venus yang belum siap, Suci akan menunggu.

Tapi untuk malam ini, Suci ingin sekali merasakan pelukan Venus.

Itu saja.

Perlahan tapi pasti, Suci pun menggeser tubuhnya mendekat ke arah Venus tertidur.

Saat jemari lentiknya menyentuh tubuh lelaki itu, Suci bisa merasakan kalau lelaki itu sepertinya kaget. Tapi Suci tidak perduli, selama Venus tidak menolak, Suci akan tetap memeluk suaminya itu.

"Izinkan aku memelukmu, Mas. Sebentar saja..." bisik Suci saat dia membenamkan wajahnya di balik tengkuk Venus.

Aroma tubuh lelaki itu kian menyeruak ke dalam indra pernapasannya.

Suci ingin menikmati aroma tubuh suaminya lebih dalam hingga dia pun semakin merapatkan tubuhnya. Mempererat dekapannya. Bahkan bibir Suci hampir menempel samar di tengkuk suaminya.

Suci memejamkan mata, mencoba menikmati perasaannya saat ini.

Ingatan tentang percakapannya dengan Bi Lia beberapa hari yang lalu kembali terlintas dalam benaknya.

*

"Bi, menurut Bibi cinta itu seperti apa sih rasanya?" tanya Suci polos. Saat itu dirinya sedang membantu Bi Lia memasak di dapur.

"Loh, memangnya yang selama ini Non rasakan sama Tuan Venus bagaimana? Kan Non sendiri yang bilang kalau Non itu cinta sama Tuan Venus," jawab Bi Lia sambil senyam senyum.

"Iya sih Bi... Mungkin Suci bilang begitu karena selama ini yang Suci tahu, Mas Venus itu adalah calon suami Suci. Makanya Suci berusaha untuk bisa mencintai Mas Venus, Bi. Tapi sampai saat ini, Suci masih bingung apa Suci udah mencintai Mas Venus atau belum?"

Bi Lia tertawa kecil. Wanita paruh baya itu jadi geleng-geleng kepala mendengar kepolosan sang majikan.

"Gini, Non. Biar bibi kasih tau. Cinta itu emang ga bisa terlihat dengan mata telanjang. Tapi kita bisa merasakannya melalui hati. Pikiran dan rangsangan tubuh kita sendiri,"

Suci mendengarkan dengan seksama penjelasan Bi Lia hingga menghentikan sejenak aktifitasnya di dapur.

"Coba Non buktikan nanti kalau Non sedang bersama Tuan Venus, apa jantung Non tiba-tiba berdebar keras? Terus, apa Non merasa sekujur tubuh Non merinding waktu kulit Non bersentuhan langsung sama kulit Tuan Venus? Atau bisa jadi, Non terus kepikiran Tuan Venus, maunya ada di deket Tuan Venus terus, gimana? Non ngerasain hal itu nggak selama ini?"

WANITA BUTA DAN SUAMI BAYARAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang