•|Neverland, My Love, Goodbye Now

1.4K 163 66
                                    

Tiati sedia tisu.. Maybe... Tau lah bingung
=======================================


Mata Gentar membuka perlahan. Ketika matanya sudah terbuka lebar, tiba-tiba ia merasa linglung. Ia menatap sekelilingnya.




"INI DIMANA ANJG!" Batin Gentar panik.





Ia terbangun bukan di kamar biasanya. Kamar ini bahkan lebih lebar dibandingkan kamar sebelumnya. Selain itu kasurnya lebih empuk dibandingkan kasur dulunya.





"Anjrit gue dimana" Gumam Gentar bingung




Tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk, lalu terbuka. Menampilkan seorang perempuan berambut panjang. Wajahnya tidak terlihat karena kamarnya sedikit gelap, lalu ia pun menyalakan lampunya.





Begitu lampu nyala membuat penglihatannya lebih jelas, mata Gentar membulat. Badannya sedikit bergetar.




Perempuan berambut panjang se punggung dengan mata emas mengkilau dan wajahnya yang sangat cantik.




"Oh udah bangun.. Siap-siap tuh.. Papa mau berangkat ke masjid, mau bareng kan?" Ucap perempuan itu.




Gentar diam.. Masih bingung dengan apa yang ada di depannya. Ia tau siapa perempuan yang di depannya ini, itu mamanya. Mama kandungnya. Gempa.





"Gentar?"




"Ah! Iya.. Oke" Gentar buru-buru turun dari kasur dan keluar.




"Dasar.." Ketika Gempa hendak menutup pintu tiba-tiba Gentar kembali dengan wajah bingung.




"Kamar mandinya dimana?" Mendengar pertanyaan polos dari sang anak Gempa tertawa pelan.




"Makanya bangun gen! Aduhh.. Sini mama tunjukin" Gempa pun mengajak Gentar ke kamar mandinya. Sedangkan Gentar sedikit menahan rasa malu.




☺🪨



















Gentar masih sibuk dengan pikirannya. Sekarang ia sedang di perjalanan pulang menuju rumah.. Enggak! Bukan rumah tapi apartemen yang mewah.





Ia menatap laki-laki jangkung di sampingnya. Mata laki-laki itu berwarna ruby merah menyala, auranya sangat terasa, bahkan ketika Gentar mendengar suara beratnya membuat Gentar sedikit tertegun.




"Gentar.. Heh!" Lamunan Gentar pun pecah seketika.





"Yah... Dasar jangan kebanyakan melamun, awas kesambet" Ucap lelaki yang Gentar tau namanya Halilintar




"Ga.. Siapa yang melamun"




"Tadi dipanggil ga nyaut tuh"




"Cuman mikir aja bukan melamun"




"Yeu alesan!" Ucap Halilintar sambil mencubit pipi Gentar.




Gentar bersungut memegang pipinya. Ia kembali menatap lelaki yang ia tau sebagai papanya itu. Ini terasa nyata bagi Gentar. Atau emang nyata?




"Pa..."




"Hm?"




"Ini beneran papa kan?"




"Hah?"




"Ini yang lagi sama Gentar beneran papa kan?"




Halilintar menatap Gentar dengan wajah tidak percaya. Lalu ia menyentil dahinya.




Gentar Want To be O(r)dinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang